Semalaman aku tidak bisa tidur karna memikirkan Harry yang tiba- tiba seperti tadi malam. Mataku sampai hitam karna kurang tidur. Semalam aku hendak menghubungi Nessa, tapi aku takut menganggunya karna sudah tidur. Jadi aku, memutuskan untuk pergi ke rumah Harry untuk menanyakan apa yang terjadi padanya semalam.
Sesampainya dirumah Harry. Aku sudah disambut oleh pelayan yang ada dirumah. "Non Aby. Kenapa pagi-pagi datang ke sini?" Sang pelayan tadi nampak kebingungan melihatku sepagi ini datang.
Aku hanya tersenyum tipis, "Apa aunt Anne ada?"
"Nyonya sedang merawat tuan Harry, Nona. Semalam, Tuan Harry pulang dalam keadaan mabuk. Dan malamnya, tuan Harry demam."
"Harry demam?!" Aku memekik kaget.
Apa separah itu? Aku langsung menghambur masuk kedalam tanpa memperdulikan pelayan tadi. Berlari menaiki anak tangga hingga aku menemukan pintu kamar yang ada disudut. Pintu yang terbuat dari kayu jati dengan warna kecoklatan. Aku berjalan pelan mendekati pintu. Hendak membuka, tapi tiba-tiba saja pintu kamar Harry terbuka lebih dulu.
Menampilkan aunty yang keluar dengan membawa sebuah wadah berisi air dan handuk kecil. "Aby?" "Aunty, ku dengar Harry sakit. Apa dia baik-baik saja?" Tanyaku khawatir. aku bahkan sudah tidak sabar lagi ingin masuk kedalam untuk melihat kondisi Harry. Lelaki itu jarang sekali sakit. Sekali sakit, akan lama sembuhnya. Dan aku selalu khawatir setiap kali melihat Harry seperti itu.
Aunty tersenyum padaku. sepertinya dia senang melihatku datang.
"Syukurlah kau datang. Harry sejak tadi memanggil-manggil namamu. Sebenarnya, aku ingin sekali menghubungimu tapi. . . Aunty sedikit merasa tidak enak."
Aku mengerutkan keningku. Kenapa? Apa ada hal yang salah yang tidak aku mengerti?
"Aunty, bisakah aku melihat Harry?"
"Masuklah. Tolong jaga Harry, selama aku membuatkan dia bubur ya?" Aku mengangguk. Menatap aunty pergi hingga menghilang dari balik tangga. Aku kemudian masuk kedalam kamarnya. Membuang nafas panjang dan kemudian menutup pintu kamarnya.
Saat ini bukanlah waktunya untuk merasa gugup karna masuk ke kamar lelaki yang aku sukai. Harry sedang sakit, sudah seharusnya aku merawatnya sejak dini. Mataku berubah sayu saat melihat sebuah ranjang yang berisi tubuh Harry yang lemah. Lelaki itu terbaring sakit dengan wajah pucat. Wajah yang biasanya terlihat dingin dan kejam. Saat ini, seperti orang yang tak berdaya. Tak berkekuatan, seperti Harry yang biasanya.
Perlahan, aku mendekati Harry. Menaruh tasku diatas meja dan duduk ditepi ranjang. Ku perhatikan lagi, setiap lekuk wajah Harry yang begitu pucat pasi. Ada keringat dingin yang ada disekujur leher dan dahinya. Harry terlihat tersiksa jika seperti ini.
"Harry. . ." bisikku pelan. Tanganku meraih tangan Harry.
Menggenggamnya erat untuk kemudian aku tempelkan diwajahku. Tangannya sepanas api yang membara. Menyatu dengan dinginnya wajahku karna terkena udara pagi yang dingin.
Lama aku memandangi wajah Harry hingga kedua matanya terbuka. Memperlihatkan kedua bola mata hijau tajam seperti biasanya, namun ini sedikit berbeda. Pancaran matanya terlihat seperti sebuah kerinduan dan kekecewaan? Apa yang sebenarnya terjadi pada Harry?
Apa, dia patah hati dengan gadis yang di cintainya?
"Harry, kau sudah bangun?" Tanyaku pelan. Melepas tangannya. Saat itu, Harry dengan cepat kembali meraih tanganku. Menggenggamnya erat. Sangat erat hingga membuatku tertegun. "Kau baik-baik saja? Kau merasa baikan?" Tanyaku lagi. "Aunty sedang membuatkan bubur untukmu. Tunggulah sebentar lagi." Lanjutku.
Harry hanya diam, tak menjawab pertanyaanku. Matanya hanya sibuk menatapku tanpa berkedip. "Harry,"
Seakan sulit untuk sekedar berkata. Harry menelan ludahnya.
Sepertinya tenggorokannya kering. "Hm, aku tahu Aby."
"Kau mau aku ambilkan minum?" Tanyaku. Aku seperti ibu-ibu cerewet yang terus menanyakan apa yang ingin aku tanyakan saat melihat anaknya sedang sakit.
Harry menggeleng tanda tidak. Melihatnya seperti ini, aku jadi tidak tega untuk menanyakan kejadian yang terjadi semalam. Tidak disaat Harry sedang sakit seperti ini. atau mungkin, aku harus membuangnya dari ingatanku. Saat itu Harry sedang mabuk, semua lelaki tidak akan sadar dengan apa yang dia lakukan saat itu. Dan pastinya, Harry juga sama. Dia mengira aku wanita yang dia cintai dan melakukan hal seperti itu padaku.
Tak ku sadari aku mendesah resah. "Apa itu?" Dahi Harry berkerut.
Sepertinya dia menyadari perubahan raut wajahku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. "Bukan, bukan apa- apa. Aku hanya khawatir saat tahu kau demam. Kenapa kau bisa sampai jatuh sakit?"
"Aku tidak tahu. Ini hanya demam biasa, beberapa hari istirahat, aku akan kembali sembuh."
"Kau tidak bekerja?" Tanya Harry. "Ba-bagaimana kau tahu aku sudah bekerja?" Aku mendelik. Mataku melotot penuh kebingungan.
Seingatku. Aku hanya memberitahu kedua orang tuaku dan juga Nessa.
"Kau tahu, Louis tidak bisa berbohong padaku. Dia sudah bercerita, kalau kau bekerja di Caffe Liam." Jelasnya. Aku hanya tersenyum getir. Aku jadi merasa tidak enak saat Harry tahu mengenai pekerjaanku dari orang lain. Harusnya dari awal aku mengatakannya. Mengingat hubungan Liam dan Harry tidaklah baik.
"Benar, dia memang tidak bisa berbohong kepadamu." Gumamku pelan. Mataku tak berani menatap matanya. Sulit bagiku untuk melihat mata penuh kesedihan yang tersirat dikedua mata Harry.
Kenapa denganku ini? setelah aku sedikit demi sedikit mengikis rasa cintaku pada Harry. Hanya dengan melihatnya sekali saja, semua pengorbananku selama ini runtuh begitu saja. Tembok besar yang sudah ku bangun seakan sia-sia. Hancur begitu saja, saat mataku kembali melihat sosok Harry yang sangat aku cintai. "Itu tidak menjawab pertanyaanku, Aby."
"Aku sudah meminta izin pada Liam, kalau hari ini aku tidak masuk bekerja. Aku ingin merawatmu Harry."
"Kau tidak perlu merawatku. Ada Mom, dan juga pelayan disini. Jadi, kau tidak perlu khawatir."
"Tapi,"
"Kau sudah melihatku baik-baik saja, kan? Sekarang pergilah bekerja. Kau justru akan membuatku tidak bisa sembuh karna menggangguku." Hatiku berdesir saat mendengar ucapan Harry.
Sekejam itukah dia harus berbicara? Apa aku disini hanya di anggap penganggu?
"Kalau tujuanmu hanya ingin mengusirku. Kau tidak perlu mengatakan hal sekejam itu padaku, Harry!" Aku berdiri dari dudukku.
Setengah membentak Harry. Aku tidak peduli, aunty mau dengar atau tidak. Aku sama sekali tidak peduli.
"Sejak awal, seharusnya aku tidak perlu repot-repot datang kemari. Apalagi mengkhawatirkan orang kejam seperti dirimu. Aku menyesal! Sangat menyesal sudah mengenal orang sepertimu Harry!" Aku langsung meraih tasku yang ada ditas. Setengah berlari keluar dari kamar Harry. Bisa ku dengar lelaki itu menghela nafas, saat melihat kepergiaanku.
"Ah, Aby. Kau mau kemana?" langkahku terhenti saat aku berhadapan dengan aunty yang baru kembali dengan bubur dan segelas minuman beserta obat diatas nampan.
Aku hanya membungkukkan kepalaku sejenak, sebelum aku pamit pergi. "Maaf, aunt. Aku harus segera pergi." ucapku kemudian, sebelum aku berjalan melewati aunty dan melenggang pergi dari Rumah Harry.
Ku kendarai mobilku dengan kecepatan penuh. Emosiku begitu tak tertahankan saat aku kembali mengingat ucapan Harry yang membuat hatiku terluka. Aku menjerit. Memukul stir mobilku dengan kasar.
Kenapa aku selalu seperti ini. merasakan indahnya cinta, hingga pada akhirnya aku dihempaskan begitu saja ke tanah. Ini menyakitkan. Saat kau merasakan hatimu selalu disia-siakan oleh orang lain. Saat kebaikanmu dianggap buruk. Dan saat senyumanmu dianggap rendah olehnya.
Aku buruk. Selalu buruk dimata Harry. Andai saja, saat ini aku boleh meminta. Aku ingin kecelakaan saat ini juga. Pergi dari dunia ini, agar Harry tak lagi melihat gadis penganggu seperti diriku. Dia akan bahagia. Mungkin sangat bahagia tidak lagi harus melihatku setiap hari.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
JUST, LOVE ME (H.S)
Fiksi PenggemarApa kalian yakin Harry yang mempunyai sikap dingin dan egois itu bisa aku luluhkan? Mencintai pria dingin seperti Harry sangatlah membingungkan Dia teman masa kecilku dan musuhku hingga sekarang aku mencintainya dalam diam apakah aku bisa memilikiny...