chapter24

504 61 3
                                    

Saat aku membuka mataku. Pertama yang kurasakan adalah kepalaku terasa begitu pusing. Harum obat langsung tercium dihidungku. Melihat ruangan yang begitu terang, dengan dominasi warna putih. Ingatanku seakan kembali berputar saat aku merasakan mual yang luar biasa, hingga akhirnya aku jatuh pingsan.

Lagi-lagi aku dirumah sakit. Aku sudah seperti gadis dengan langganan sakit.
Kembali aku mengerjapkan mataku, menatap ke sekeliling dan berakhir pada sesosok tubuh yang tengah tertidur pulas disampingku. Tangan dinginnya memegangiku dengan erat. Tak melihat wajahnya pun aku sudah tahu kalau lelaki yang tidur didekatku ini adalah Liam.

Lelaki yang selalu ada setiap kali aku mendapatkan masalah. Aku sungguh bersyukur punya teman sebaik Liam yang selalu bisa menjagaku disaat aku mengalami masalah.

Aku mengelus rambut Liam dengan tangan kiriku. Mencoba membuat Liam semakin terlelap, tapi tak kusangka itu justru membuat Liam terbangun. Menampilkan pancaran mata lembut yang dipadu dengan kekhawatiran. Oh, astaga. Aku tak sanggup melihat matanya yang seperti itu.

"Liam. . ."

"Aby, kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu. Kau sudah lebih baik?" aku mengangguk sambil tersenyum tipis. Ku rasakan tangan Liam mengelus rambutku. Sedangkan tangan satunya masih menggengam tanganku, dan sesekali mengelusnya.

"Syukurlah,"

"Liam, dimana Momku? Kenapa hanya ada kau disini?" Tanyaku kemudian.
"Aku menyuruh mereka untuk pulang."

"Lalu Harry? bagaimana dengan Harry, Liam?" Suaraku begitu parau. Kembali kurasakan mataku memanas ingin sekali menangis.

"Ssst..Untuk saat ini, jangan pikirkan itu. Pikirkanlah bayi yang ada dikandunganmu saat ini."

"Aku hamil?" Tanyaku. Lidahku seraya kelu, di ikuti air mata bahagia. Aku tersenyum, meskipun bahagia karna ada kehidupan didalam perutku. Tapi, saat aku mendapatkan kabar bahagia. Justru Harry tak ada disampingku.

"Hmm, masih sangat awal. Dan dokter menyarankanmu untuk tidak terlalu banyak fikiran. Kau tahu sendiri tubuhmu sangat lemah. Sekali stress, itu bisa berakibat pada bayimu nanti."

Aku mengelus perutku dengan lembut. "Ya, aku senang kau hadir didalam hidupku. Aku, akan berusaha untuk menjagamu dan kemudian akan lahir ke dunia ini." ucapku parau. Doaku saat ini hanyalah, semoga anak yang ada diperutku ini sehat sampai lahir nanti. Agar, setiap tawanya mendatangkan sebuah kebahagiaan di keluarga kami.

"Tapi. . ."
"Tapi kenapa Aby?" Dahi Liam berkerut. Aku menatapnya dengan sendu. "Masih ada yang kurang. Tidak ada Harry, disini." Tundukku sedih.

"Tenanglah. Kami sudah menemukannya, dan Harry sedang menuju perjalanan kemari. Mungkin besok pagi, dia baru sampai kemari."

Dahiku berkerut. "Dia ada diluar kota?" Tanyaku bingung. Liam mengangguk ragu. Seakan mengatur ucapannya agar tak membuatku semakin stress.

"Kenapa? Jelaskan semuanya padaku, Liam. Aku mohon. Aku istrinya, dan aku ingin tahu mengenai apa yang telah terjadi pada Harry."

Desakku kemudian.

Namun Liam hanya mendesah resah. Menatapku penuh sayu. Membuatku semakin gelisah dibuatnya.

"Sebenarnya. . . kemarin Harry sedang pergi menemui anaknya,"

Aku tersentak. Jantungku berdegup cepat. Merasakan kedua mataku yang memanas, sebelum akhirnya aku menangis terisak. Menutupi kedua mulutku saat Liam menceritakan semua kebenaran mengenai Harry padaku.
Tentang bagaimana Harry berubah menjadi lelaki yang lebih dingin. Tentang kematian kakaknya, dan anak yang saat ini tengah terbaring sakit dirumah sakit.

JUST, LOVE ME (H.S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang