chapter22

472 47 2
                                    

Mataku berbinar saat ku lihat sebuah tiket pesawat dan brosur mengenai negara Spanyol yang ada ditangan Harry. Hadiah ulang tahunku yang sudah disiapkan oleh Harry. Kami akhirnya akan bulan madu juga, dan kami akan pergi ke Spanyol untuk beberapa minggu disana.

Penuh rasa senang saat mengetahui hadiahku. Aku langsung menghambur ke pelukan Harry. Tak menghiraukan semua orang yang tengah menatapku.
Kami sedang ada di Caffe Liam, Nessa dan Liam memberikan sebuah party kecil untuk merayakan ulang tahunku. Ditemani suamiku tercinta dan juga Louis.

Nessa bersorak. "Sepertinya, aku akan segera menjadi bibi."

Godanya padaku. Aku hanya tersipu malu saat membayangkan aku akan hamil dan punya anak dari hasil cintaku dengan Harry. Rasanya sangat mengesankan.

"Jangan hanya pulang membawa bayi saja. Bawakan kami oleh- oleh saat kalian ada disana." Sambung Louis. Harry mengangguk. Menuruti apa kata Louis tanpa banyak bicara.

"Semoga kalian semakin bahagia." Aku tersenyum. Hal berbeda yang dikatakan Liam, selalu membuatku merasa damai.

"Hmm, kau juga Liam." Ucapku lembut. Ingin sekali aku memeluknya, tapi tak ku lakukan karna aku sudah mendapatkan tatapan tajam dari Harry.

***

Setelah semuanya beres. Akhirnya, aku dan Harry pergi ke Spanyol beberapa hari untuk bulan madu.
Kami cukup bahagia disana. Berbelanja, jalan-jalan dan melakukan berbagai hal menarik yang kami lakukan disana. Terkadang kami hanya berada didalam kamar berdua saja. Membicarakan banyak hal mengenai masing-masing.

Apalagi diluar sedang hujan, membuat kami betah didalam hotel sambil bergelayut manja dipelukan Harry.

"Harry," Bisikku pelan. Dijawab gumaman oleh Harry. Aku menatap wajah Harry yang sedang sibuk memejamkan kedua matanya. Tangannya sibuk mengelus punggungku, memberikan sebuah kehangatan ditubuhku.

"Sejak kapan kau menyukaiku?" Tanyaku polos. Harry lantas menatapku. Dahinya berkerut, sulit untuk menjawab pertanyaanku sampai dia berusaha menggerakkan tubuhnya untuk mencari posisi yang nyaman.

"Sejak kita sama-sama belum hadir didunia ini." Ucapnya lembut. Aku tersipu, kalimat yang mampu membuatku melayang. "Lalu, kenapa selama ini kau bersikap seolah-olah tidak menyukaiku?"

Raut wajah Harry nampak berbeda. Seakan resah dengan suatu hal yang masih mengganjal di hatinya. Aku mencoba mencari jawabannya dikedua mata Harry. Tapi tidak ada.
"Itu hanya masa lalu, Aby."

"Tapi aku ingin tahu masa lalu itu," Desakku. Harry menghela nafas resah. "Kau akan tahu kalau waktunya tiba Aby. Tanyakan hal lainnya saja, bagaimana kalau soal Liam?"

Alisku bertaut. "Kenapa dengan Liam?"

"Kau berani pacaran dengannya." Aku terkekeh. Nada bicaranya kembali dingin sama seperti biasanya.

"Kau sendiri yang menyia-nyiakan cintaku. Lagipula Liam itu baik, dia selalu bersikap lembut padaku. Apalagi.. saat dia menciumku."

Ucapku penuh menggoda. Harry berhasil terpancing, lihat bagaimana saat ini dia marah membuatku semakin suka. itu artinya dia cemburu dan sangat menyukaiku.

"Dan kau bangga?"

Aku tersenyum. "Jujur saja, itu adalah ciuman pertamaku."

"Kau yakin, itu ciuman pertamamu?" Dahiku berkerut. Seingatku iya, kecuali ciuman kami saat kami masih kecil. Tapi itu bukan termasuk. Lagipula, Mustahil Harry masih ingat kejadian itu.
"Yap! Tentu saja, itu ciuman pertamaku." Jawabku penuh percaya diri. Tapi Harry terlihat begitu senang. Tidak ada raut kesal ataupun marah.

JUST, LOVE ME (H.S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang