"Apa?! Liam menciummu?!"
"Ssstt.. Jangan keras-keras." Aku segera membungkam mulut Nessa saat dia berteriak dengan keras. Mataku melirik kesana-kemari mencari sosok penguping yang mungkin saja sedang memperhatikan kami. Ini terlalu berbahaya untuk mengatakannya dengan keras. Karna Louis sedang ada dirumah.
"Ups, maaf. Aku tidak sengaja." Nessa tersenyum tipis. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku melihat sikapnya."Apa itu sungguhan?" Tanya Nessa kembali. Aku hanya mengangguk pelan. Rona diwajahku kembali muncul saat aku membayangkan bagaimana hangatnya Liam saat menciumku. Ciuman yang memabukkan bagi diriku.
"Semuanya terjadi begitu saja, Nessa. Aku bahkan seperti orang yang kehilangan kendali saat Liam menciumku secara tiba-tiba." ucapku menjelaskan. Aku membingkai wajahku dengan telapak tanganku. Malu rasanya, menceritakan bagaimana intimya ciuman kami kemarin.
Nessa terlihat tersenyum lebar. Tak berhenti senyum saat melihatku terus tersipu malu. "Jadi kesimpulannya, Liam punya perasaan khusus padamu?"
"Itu. . . Aku juga tidak tahu." Jawabku Ragu. Belum tentu, orang yang menciummu mempunyai perasaan kepadamu. Wajar bagi seorang lelaki reflek mencium saat ada seorang gadis yang begitu dekat dengan mereka.
"Sudah pasti kalau dia mencintaimu. . ." Aku hanya memutar bola mataku. Kalau iya, Liam menyukaiku. Dan jika, dia menyatakan cinta padaku. "Apa yang harus aku lakukan?"
"Terima saja. Lagipula, Liam itu sangat baik. Mungkin kau bisa melupakan Harry dengan berpacaran dengan Liam."
Aku mendengus, "Bukankah, itu sama saja aku memanfaatkan Liam?" Meskipun begitu, aku bukan wanita murahan ataupun wanita jahat yang tega mempermainkan perasaan lelaki. Apalagi cintanya itu begitu dalam.
"Ini berbeda. Kan hanya semisalnya, kalau Liam benar menyukaimu. Dan pada akhirnya dia akan menyatakan cinta padamu. Ya, kan?"
"Kau benar, Nessa. Mungkin, aku harus mencobanya." Meskipun sedikit tidak tahu apa maksud Nessa barusan. Yang jelas, aku harus melupakan Harry dengan memacari Liam.
***
Sudah lebih dari seminggu aku bekerja di Caffe Liam. Dan kami semakin akrab dengan bertambahnya ilmuku mengenai pembuatan Coffe latte yang selalu Liam ajarkan kepadaku. Kami bahkan sering jalan bersama, menonton bersama dan berbincang-bincang membicarakan banyak hal. Aku bahkan, sudah lupa jika aku mencintai seorang lelaki bernama Harry. Hidupku begitu nyaman disini. Tak lagi melihat Harry didepan mataku. Aku cukup bahagia. Dan aku yakini itu.
"Bagaimana?" Aku bertanya pada Liam mengenai Coffe latte yang ku buat baru saja. "Lumayan," jawabnya dengan senyum tipis.
Aku terkekeh, ini masih belum bisa dibilang bagus. Masih belepotan dimana-mana. Sangat tidak bagus jika disajikan untuk pelanggan.
"Jangan khawatir, aku yakin kau akan pintar dalam membuatnya. Hanya butuh waktu dan ketekunan untuk belajar."
Aku tersenyum tipis, menikmati lembutnya tangan Liam yang mengelus rambutku layaknya anak kecil. Kemudian, Liam pergi ke ruang kerjanya. Hari ini dia sangat sibuk karna mengurus pengeluaran dan pemasukan bulan ini. Dan lagi, gaji yang akan pegawai terima akhir minggu. Aku cukup memaklumi dan berusaha belajar sendirian malam ini.
Aku mengambil ponselku. Mengambil gambar dari hasil Coffe latte yang ku buat dan ku kirimkan ke Nessa. Saat aku mendapatkan balasannya, Nessa tertawa melihat hasilku yang begitu buruk.
Kami pun asik mengobrol ditelfon sambil membicarakan hal-hal lucu. Hingga aku mendengar sesuatu yang aneh dipintu belakang. "Nessa, aku tutup dulu ya. Sepertinya aku mendengar sesuatu yang aneh." Aku lekas menutup sambungan telfonku saat Nessa mengatakan ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JUST, LOVE ME (H.S)
FanfictionApa kalian yakin Harry yang mempunyai sikap dingin dan egois itu bisa aku luluhkan? Mencintai pria dingin seperti Harry sangatlah membingungkan Dia teman masa kecilku dan musuhku hingga sekarang aku mencintainya dalam diam apakah aku bisa memilikiny...