"Main kemari lagi ya? Aunty jarang ada teman mengobrol. Kalau ada Aby, aunty jadi merasa lebih baik." Aunty mengantarkan ku sampai kedepan pintu rumah. di ikuti Harry yang kini sudah berdiri disampingku dengan gagah. "Iya aunt, tentu saja." Ucapku penuh senyum.
"Harry, antarkan Aby pulang ya?"
"Tidak perlu!" Aku langsung menyanggah ucapan aunty. "Aku bisa pulang sendiri. Akan merepotkan jika Harry mengantarkan aku pulang.
Lagipula, aku bawa mobil sendiri." Gumamku lagi.
"Ya sudah. Terserah kau saja," Bibirku mengkerut saat disuguhkan sikap dingin Harry yang menerima penolakanku begitu saja. Parahnya, Harry langsung melangkah pergi. Meninggalkan aku dan aunty yang masih ada diluar rumah. Berdua saja.
"Maklumi sikap Harry ya." Aku hanya tersenyum kecut. "Itu sudah biasa aunt. Aku pergi dulu, sampai ketemu nanti." Aku kemudian pamit pergi. masih dengan rasa kesal. Aku mengemudikan mobilku dengan pelan dijalanan raya.
Hati-hati dijalan. . ..
Aku tersenyum penuh senang saat mendapatkan sebuah pesan yang singkat namun begitu bermakna bagiku. Dari Harry. Hal tak terduga yang selalu dia lakukan. Hatiku rasanya sangat senang sekali.
***
Hari pertama kerja setelah beberapa hari aku menjadi pengangguran dirumah. Semoga saja semuanya berjalan dengan lancar. Dan aku bisa melakukan perkerjaanku dengan baik.
Sengaja aku datang lebih awal untuk bertemu dengan Liam dulu. Mengenalkan seluruh tempat yang ada diCaffe dan segala peraturan yang ada disana. Semuanya terlihat baik-baik saja untuk saat ini.
Hingga satu persatu pegawai mulai berdatangan. Liam pun mengenalkanku pada mereka semua. "Namaku Abigail,kalian bisa memanggilku Aby. senang bekerja dengan kalian." Bukan hal sulit untuk berkenalan dengan mereka karna aku sering sekali datang kemari dan terkadang aku mengobrol dan bercanda dengan salah satu pegawai disini. Ini sangat perfect. Tuhan sepertinya tengah berpihak kepadaku. Aku memulai kerja pertamaku dengan sangat baik. Melayani pelanggan dan aku juga disuruh membuatkan pesanan untuk beberapa meja. Dan hasilnya, memuaskan!
"Kau seperti seorang ahli saja," Liam tersenyum padaku saat aku selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan. "Benarkah?" Aku tersipu. Aku tidak merasa seperti seorang ahli. Yang ku pikirkan adalah, bagaimana caranya aku bisa memuaskan pelanggan dengan apa yang aku lakukan saat ini. Itu saja.
"Ya, aku sangat bangga padamu. Oh ya, sepulang kerja. Kau tunggu aku sebentar ya. Ada hal yang ingin aku perlihatkan padamu. . ." Liam tersenyum. Menepuk pundakku sebelum dia pergi. Kembali ke ruang kerjanya.
Apa yang akan dia perlihatkan padaku? aku jadi penasaran. Menunggu jam pulang hingga akhirnya tiba juga. Aku menunggu dimeja pelanggan sesuai dengan apa yang dikatakan Liam tadi pagi. Suasana sudah sangat sunyi karna Caffe sudah ditutup dan semua pegawai sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Mataku melirik jam yang menunjukkan pukul 11 malam. Hmm. . . lumayan malam, dan aku mulai mengantuk. "Aby! Kau menunggu lama?" Aku tersentak, membuyarkanku yang hampir saja tertidur karna mengantuk. "Kau mengantuk?" Liam tertawa kecil melihat kedua mataku yang begitu berat untuk dibuka.
Aku hanya terkekeh. "Begitulah. Ngomong-ngomong, apa yang ingin kau perlihatkan padaku?" Tanyaku mendekati Liam. Tangannya kemudian meraih tanganku. Mengajakku untuk pergi kedapur.
"Aku akan mengajarimu caranya membuat Coffe latte." Ucapnya penuh senyum. Aku hanya melongo tak percaya, Coffe latte? Sungguh? Yang benar?
Aku bahkan tidak pernah berfikir jika aku akan bisa melakukannya. Itu terdengar sangat sulit. Meskipun aku suka sekali mengkonsumsinya.
"Kau yakin?" Aku menaikkan alisku. Meyakinkan diriku sendiri atas ucapan yang baru saja Liam katakan. "Ya, sangat yakin Aby. Sebagai pegawai disini, aku ingin kau belajar cara membuat Coffe latte. Kau tertarik?"
"Kau bercanda? Tentu saja aku tertarik." Ucapku penuh girang. "Jadi, kita akan mulai dari mana?" Tanyaku lagi dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu didadaku.
Aku memulai pelajaran membuat Coffe latte bersama Liam. Secara pribadi dan dibimbing langsung oleh sang pemilik Caffe. Ini sangat menakjubkan. Apalagi melihat Liam yang begitu mahir membuat pola-pola, dan gambar yang sangat lucu dan unik.
"Cobalah dengan gambar yang mudah dulu," Ucapnya kemudian.
Aku sudah setengah berkeringat saat hendak melukis sesuatu diatas minuman. Rasanya ingin berteriak saja.
Dengan hati-hati aku mulai mencoba menggerakkan tanganku. Tapi tidak berani. "Aah! Bagaimana ini? aku jadi gugup sendiri!" Aku berteriak seperti orang bodoh disamping Liam. Ini menyenangkan, menegangkan sekaligus membuatku semakin gila untuk terus mencoba.
"Kemarilah, aku akan membantumu." Aku tertegun, merasakan tangan Liam yang menyentuh kedua tanganku. Tubuhnya yang tinggi dan tegap begitu menempel dipunggungku. Secara tidak sengaja kami berpelukan!
Jantungku rasanya berdebar-debar merasakan hembusan nafas Liam yang begitu teratur. Apalagi bisikkan suaranya yang begitu merdu.
Tepat digendang telingaku. "Follow me,"
Tanganku sibuk mengikuti arah tangan Liam. Sedangkan hati dan pikiranku melayang entah kemana. Aku merasa malu. Bersemu merah dan terus memikirkan hal-hal aneh yang membuatku jadi gugup sendiri. "Li-Liam. . ." Aku bergumam pelan. Memanggil namanya setengah berbisik. Nada bicaraku sempat bergetar. Aku sudah tidak sanggup lagi untuk menahan rasa berdebarku yang sulit untuk berhenti. Untuk bernafaspun aku sulit dan begitu susah.
"Ya Aby?" Oh astaga! Kenapa Liam memanggil namaku dengan begitu merdu. Namaku terdengar begitu indah saat Liam mengatakannya dengan lembut. Begitu pas dan sangat menenangkan.
"A-akuu. . ." Aku tergagap. Tak mampu berkata apa-apa lagi selain tertegun ditempatku. Bisa ku rasakan tangan Liam beralih menuju pinggang dan sebelah tanganya mencoba beralih ke kepalaku.
Dan tanpa diduga, aku merasakan sebuah kecupan lembut yang mendarat dibibirku.
Liam menciumku! Aku memekik dalam hati saat Liam semakin memperdalam ciumanku. Ciuman yang begitu lembut yang membuatku sulit untuk menolaknya.
"Liam," Aku mendesah, memanggil namanya dengan begitu bergairah saat Liam memutar tubuhku. Mendorongku hingga aku terduduk pada meja dapur yang ada dibelakangku. Liam yang masih sibuk menciumku mencoba semakin memperdalam ciumannya. Membiarkan aku ikut menikmati sensasi aneh yang menjalari tubuhku. Tanganku yang sejak tadi bebas kini beralih ke atas pundak Liam. Meremas rambutnya dengan kasar. Menikmati setiap cumbuan panas yang diberikan Liam. Cecapan demi cecapan Liam membuatku menggila. Seakan memanjakan bibirku yang begitu kering. Membuatnya semakin memanas.
"Aby," Liam menggeram. Melepas ciumannya sejenak sebelum kami kembali melanjutkan ciuman panas kami. Hingga aku kehabisan nafasku. Aku mendorong tubuh Liam untuk memberi tanda jika aku butuh udara untuk bernafas.
Aku menempelkan dahiku didahi Liam. Sejenak kami saling mengisi oksigen diparu-paru kami yang terasa kosong. Bisa ku dengarkan Liam terus terengah-engah sama seperti diriku saat ini.
Tak pernah ku sangka jika aku akan berciuman sepanas ini dengan lelaki lain. Selain Harry. Aku bahkan belum pernah berciuman dengan Harry sekalipun.
"Aby, apa aku sudah keluar dari jalur?" Liam berbisik pelan kepadaku. Masih dengan nafas yang terengah-engah. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Entahlah, aku juga tidak mengerti dengan diriku sendiri. Perasanku saat ini, aku seperti menyukai semua ciuman yang diberikan Liam padaku. Tapi, disisi lain aku merasa kecewa karna Liam bukanlah Harry yang selama ini aku bayangkan menjadi lelaki yang akan menciumku.
Liam menciumku sejenak, sebelum melepaskannya kembali.
"Sepertinya, latihan hari ini sudah cukup." Ucapnya lembut. aku melepas tanganku dari pundaknya, melirik kesana-kemari karna merasa canggung pada Liam.
"Ya, kau benar," Gumamku pelan. "Ayo, aku akan mengantarkanmu pulang." Liam membantuku turun dari meja. Mengantarkanku pulang dengan mobilnya, sedangkan mobilku tetap berada di Caffe. Tidak masalah, karena Liam bilang padaku jika dia akan menjemputku besok.
**
Huh double update untuk kalian my lovely readers. Go vomment okayy

KAMU SEDANG MEMBACA
JUST, LOVE ME (H.S)
FanfictionApa kalian yakin Harry yang mempunyai sikap dingin dan egois itu bisa aku luluhkan? Mencintai pria dingin seperti Harry sangatlah membingungkan Dia teman masa kecilku dan musuhku hingga sekarang aku mencintainya dalam diam apakah aku bisa memilikiny...