chapter25

505 46 0
                                    

Dihari itu juga, aku diperbolehkan untuk pulang. Pulang kembali ke rumah bersama dengan suamiku, Harry. memberikan kesempatan kedua pada Harry untuk membuat hatiku kembali luluh padanya. Menjagaku hingga aku melahirkan nanti.

Meskipun aku masih ragu, dan sikapku masih terlihat dingin padanya. Tapi aku tetap melakukan tugasku sebagai istrinya. Harus menyisihkan sebuah senyum kepalsuan saat kami berada dihadapan Mom.

Kami sengaja merahasiakannya. Mengenai anak Harry, hubungan Harry dengan Kendall, Kami ingin merahasiakan semua itu dari kedua orang tua Harry.
Kami takut, jika mereka tahu, mereka akan marah besar dan kecewa pada Harry. Bahkan membencinya. Aku tak tega jika itu semua terjadi pada Harry. Cukup bagiku merasakan pedih, hanya karna aku membenci dirinya.

Aku menggeram saat ku rasakan sebuah cahaya remang-remang didekatku. Ku lihat, Harry sedang sibuk berkutat pada laptopnya. Sibuk dengan pekerjaan kantor yang memang sengaja dia kerjakan dirumah.

Sejak Harry tahu aku hamil. Dia jadi tambah pengertian padaku. Sikapnya begitu lembut, seakan image dingin dan kejamnya telah lenyap entah kemana. Tapi tetap saja dia Harry. Akan selalu bersikap dingin dan kejam pada siapapun yang membuatnya kesal. Dan aku tahu, dia melakukan itu karna dia peduli padaku. Memenuhi janjinya untuk menjagaku dan juga bayi yang ada dikandunganku.

"Apa aku membangunkanmu, Sayang?" Menyadari aku terbangun, Harry segera menutup laptopnya. Menatapku dengan perasaan bersalah.

Aku menggeleng pelan, "Aku tidak sengaja terbangun. Kau masih belum tidur?"

"Belum, masih ada beberapa document yang harus ku selesaikan."

Aku mengangkat tubuhku, ikut bersandar pada kepala ranjang. "Kau mau ku buatkan minuman.
Kopi mungkin?" Harry menggeleng cepat sambil tersenyum. "Tidak perlu, tidurlah lagi. Sebentar lagi aku akan selesai, lalu akan menyusulmu tidur." Ucapnya lembut, seraya mengelus rambutku.

Aku hanya tersenyum miris. Melihat betapa lembutnya sikap Harry saat ini. Aku benar-benar tak kuasa untuk melihatnya. Hatiku seakan menekan diriku untuk menerimanya kembali. Tapi logikaku seakan menekanku untuk terus membenci dirinya atas apa yang telah dia lakukan padaku.

"Harry," Bisikku pelan, mata kami saling bertemu. Lama hingga aku mengalihkan pandanganku. Mengontrol perasaanku yang tak karuan sebelum aku menatapnya kembali.

"Anak itu. . . Apa dia sudah sembuh?" Tanyaku kemudian.

Selanjutnya, ku dapati wajah Harry mengeras.

"Ya, dia keluar dari rumah sakit dua hari yang lalu." Harry menunduk. Takut jika aku kembali marah lagi.

"Sakit apa?" Tanyaku kembali. Aku mencoba menanyakannya dengan suara lembut. Tak ingin menyakiti hati Harry untuk ke sekian kalinya.
Aku hanya ingin tahu bagaimana keadaan anak itu. Meskipun aku tak suka pada semua yang terjadi, tapi aku tak pernah sekalipun berfikir untuk membenci anak yang tak berdosa itu.

"Kenn kecelakaan, dia tertabrak mobil saat berlari keluar jalanan. Dokter bilang dia butuh transfusi darah. Dan tidak ada satupun dari mereka yang memiliki golongan darah yang sama dengan kenn. . ." Harry terdiam. Aku tahu betapa khawatirnya dia saat itu. Hidup Kenn sangat tergantung pada darah yang diberikan Harry padanya.

"Karna itu, kau meminta untuk segera pulang dihari itu juga." Ucapku pelan. Harry mengangguk.

"Kau sudah melakukan hal yang benar, Harry. Dan aku bangga padamu. . ." Aku tersenyum. Senyum yang benar-benar tulus dari hatiku. anak itu bernama Kenneth,aku bisa membayangkan kalau dia sungguh anak yang sangat lucu,  sampai dia bisa berlarian keluar sampai ke jalanan.

"Kau tidak marah padaku?" Harry menatapku. Ragu-ragu, aku membalas tatapannya. "Tidak, aku memang sangat membencimu. Lebih benci pada Kendall. Tapi, aku tak pernah berfikir untuk membenci Kenneth. Dia hanyalah anak kecil yang polos, yang tidak tahu apa-apa."
Ku rasakan tangan Harry meraihku. Memelukku dengan hangat,

"Sungguh! Aku sangat bersyukur memiliki istri sepertimu. Dapat dicintai oleh gadis baik sepertimu, sayang. . ." Harry menatapku. Membingkai wajahku dan menatapku lembut. "Kau bagai malaikat hidupku. Begitupun bayi kita yang nantinya akan lahir."

"Aku ingin bertemu dengannya."

"Apa?" Dahi Harry  berkerut. Tak mengerti dengan apa yang ku bicarakan.

"Aku ingin bertemu dengan Kenn, Harry."





***







"Tidak Aby, sudah berapa kali aku bilang! Berhenti meminta hal seperti itu dariku! Kau sedang hamil, dan aku tidak ingin kau kelelahan."

Suara Harry begitu nyaring terdengar. Menggema di seluruh ruang makan, membuat Mom dan pelayan yang melihatnya bergidik ngeri.

Aku, adalah penyebabnya. Sejak tadi pagi, aku terus meminta Harry untuk mengantarkan aku pergi ke rumah Kendall. Ingin melihat bagaimana keadaan Kenn yang baru keluar dari rumah sakit.
"Uh, maaf, sayang. Aku tidak bermaksud membentakmu, aku hanya. . ." Tangan Harry terulur pada wajahku. Merasa bersalah karna sudah membentakku begitu kasar.

"Mengertilah, sayang. Aku tidak mau sesuatu terjadi padamu maupun bayi yang sedang kau kandung. Perjalanannya juga begitu panjang, akan membutuhkan waktu berjam-jam. Dan kau pasti akan kelelahan dan bosan. Apalagi. . . apalagi. . ." Harry tak melanjutkan perkataannya. Matanya melirik Mom dan pelayan yang memandangi pertengkaran kami dengan serius.

"Aku tidak peduli. Aku ingin bertemu Kenn." Pintaku dengan wajah sendu. Aku tahu, Harry kewalahan menanggapi permintaanku. Entah kenapa, aku merasa sangat ingin bertemu dengan Kenneth. Sesuatu menggemuruh didadaku. Perasan aneh yang entah apa ini, memintaku untuk bertemu dengan Kenneth secepat mungkin.

Harry menghela nafas resah, "Mintalah yang lainnya Aby. Akan ku kabulkan apapun itu, selain bertemu Kenn. Kalau hanya untuk menjenguknya, kau bisa melakukannya setelah kau melahirkan."

"Jadi kau tidak akan pernah mengantarkan aku? kalau begitu, biar aku meminta Liam untuk mengantarku bertemu dengan Kenn. Kau tidak keberatan, kan?"
Harry menggeram kesal, meremas rambutnya jengkel. "Astaga, Mom! Aku mohon katakan sesuatu padanya. Aku benar-benar pusing. Aby , ayolah, jangan bawa-bawa Liam dalam hal ini. Apa kau masih tidak mengerti bagaimana cemburunya aku saat melihatmu bersama Liam? Kau mau melihatku mati?"

Dalam hati, aku tertawa. Ternyata, cara itu masih ampuh untuk membuat Harry kelabakan. Kartu As yang mampu membuat Harry melakukan apapun untukku.

"Mom jangan ikut campur, apalagi mencoba membelanya." Ucapku cepat, sebelum Mom berbicara. Melarangku untuk pergi menemui Kenneth.

"Sudahlah Harry, turuti saja apa keinginan Aby. Dia kan hanya ingin menjenguk Kenn." Ucap Mom. Aku tersenyum senang.

Ya Mom sudah tau Kenneth, tetapi dengan alasan Mom taunya Kenneth adalah anak Kendall,sahabat Harry.
Ku silangkan kedua tanganku didada. Mataku menatap Harry penuh menantang. "Bagaimana, kau masih tidak mau mengantarkan aku? Atau kau benar-benar ingin melihatku pergi dengan Liam?"

"Oke! Berhenti menyebut namanya Aby. Akan ku antar, asalkan dengan satu syarat." Aku tersenyum puas. Akhirnya, Harry mengalah.

Mengiyakan permintaanku untuk bertemu dengan Kenn.

Alisku bertaut, "Syarat?"
"Tidak ada acara menginap, Kau mengerti? kita akan pulang setelahnya, tapi. . . Jika kau merasa lelah, kita akan menginap di hotel."

Tawar Harry.

"Setuju."

Tak masalah mau tinggal atau tidak. Yang jelas, aku ingin bertemu dengan Kenn secepatnya. Dan saat semua itu akan terwujud, perasaan senang yang aneh, entah kenapa muncul tiba-tiba di hatiku.

Perasaan apa ini? aku bahkan tak mengerti dengan keinginanku yang satu ini. Bertemu dengan Kenneth, apakah itu hanyalah sebuah perasaan simpati atau yang lainnya. Aku sama sekali tidak mengerti.



***

Seperti biasanya.. aku akan update 2 chapter yuhuu.

Keep vomment okey! Kalo gak vomment gakboleh baca!

JUST, LOVE ME (H.S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang