"Pagi sayang," aku menggeram. Merasakan tangan Harry mengelus rambutku sambil menyapaku dengan senyum lembut.
Tak memperdulikan sarapan pagi Harry. Aku justru lebih mendekatkan diriku ke dada Harry. Mencari sebuah kehangatan yang lebih untuk menghangatkan diriku yang kedinginan.
"Kalau kau melakukan ini, mungkin kita tidak akan keluar dari kamar sampai sore nanti." Aku hanya menjawabnya dengan gumaman.
Merasakan tangan Harry meraih pinggangku dan memeluknya dengan lembut. Aku ingin dimanja, tak mau keluar dari kamar meskipun ini sudah terlihat begitu pagi.
Di ciumnya puncak kepalaku penuh kasih. Bibirku menyunggingkan sebuah senyuman. Rasanya seperti ada ribuan bunga yang berada di sekelilingku. Membuat keharuman dan kesejukan yang tiada tara..
Aku kembali menggeram saat ku dengar suara pintu kamar kami diketuk. Mataku yang masih setengah terbuka menatap Harry. Dia hanya menatapku sebelum dia menoleh ke sumber suara.
"Tidurlah lagi. Aku akan melihatnya." Harry mengecup dahiku lembut sebelum dia beranjak dari ranjang. Aku kembali beringsut pada selimut hingga menutupi hampir seluruh tubuhku. Memejamkan mataku yang masih mengantuk karna kegiatan melelahkan yang baru kami lakukan.
Tak lama aku tertidur, kembali ku rasakan tubuh Harry yang sudah ku jadikan penghangat tubuhku. Tangan kanannya sibuk memelukku, sedangkan tangan kirinya mengelus rambutku penuh kasih."Siapa?" Gumamku, masih dengan kedua mata yang tertutup. "Mom. Dia hanya menawarkan sarapan pagi untuk kita. Tapi, aku sudah bilang kalau kita akan makan nanti."
Aku melenguh. Semakin mendekat, dan ku rasakan Harry ikut merapatkan tubuhnya kepadaku. Membiarkanku kembali tertidur didekapannya yang begitu hangat. Sampai aku tak sadar kalau aku sudah tertidur sampai siang hari. Saat aku merasakan Harry tak lagi disampingku.
Aku menoleh kesana kemari. Mencari sosok Harry yang tak ada dimanapun. Aku mengangkat tubuhku yang terbalut oleh selimut. Mengerjapkan mataku berkali-kali untuk mengumpulkan nyawaku.
Apa ini mimpi? Pikirku dalam hati. Konyol, saat aku memikirkan jika pernikahan yang kami lakukan kemarin adalah mimpi belaka.
Jika memang itu hanyalah mimpi. Tidak mungkin, aku bisa berada dikamar Harry dengan bertelanjang dada.
Saat kurasakan tubuhku sudah lebih baikan. Aku langsung beranjak dari ranjang. Memperhatikan lantai yang sudah rapi dari baju-baju kami yang semalam sempat berserakan dimana-mana. Aku kemudian masuk kedalam kamar mandi. Membersihkan diriku secepat mungkin dan keluar dari kamar. Aku menuruni tangga dan pergi ke dapur. Melihat pelayan yang tengah sibuk bersih-bersih."Bibi, apa kau tahu Harry dimana?" Tanyaku kemudian. Pelayan tadi tersenyum tipis. "Tuan sedang mengantar nyonya ke rumah anda Nona. Sebentar lagi juga akan pulang."
"Kerumahku?"
"Iya, Non. Nyonya bilang kalau beliau ingin bertemu dengan ibu anda. Katanya mau membicarakan sesuatu. Karna itu, Tuan Harry diminta untuk mengantarkan nyonya."
"Oh," Aku hanya menjawabnya dengan gumaman.
Apa yang ingin mereka bicarakan? Tanyaku dalam hati. Aku lantas, mengambil segelas air mineral dan meminumnya.
"Non Aby, mau saya siapkan makanan?"
"Apa Harry sudah makan?" Pelayan tadi menggeleng. "Tuan Harry bilang, dia ingin makan bersama dengan nona nanti, setelah anda bangun." Ucapnya kemudian."Kalau begitu, Bibi siapkan makanan untuk kami ya." Pelayan tadi langsung menyiapkan semuanya. Sedangkan, aku menungguinya di ruang meja. Sampai ku dengar suara mobil datang. Aku yakin, itu berasal dari suara mobil Harry.
Dan benar saja, tak lama kemudian. Kulihat Harry tengah berjalan ke arahku dengan jaket yang dia tenteng ditangannya.
"Kemarilah. Kita makan bersama." Ucapku lembut. Harry menuruti, menaruh jaketnya dikursi dan duduk disebelahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST, LOVE ME (H.S)
FanfictionApa kalian yakin Harry yang mempunyai sikap dingin dan egois itu bisa aku luluhkan? Mencintai pria dingin seperti Harry sangatlah membingungkan Dia teman masa kecilku dan musuhku hingga sekarang aku mencintainya dalam diam apakah aku bisa memilikiny...