prolog

1K 76 9
                                    

Abigail Hudgens POV

Aku benci padanya!

Ya. Semestinya semua orang melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan saat ini. Membenci seorang lelaki yang kini tengah tersenyum penuh mengejek kepadaku. Aku begitu tidak menyukai semua yang ada pada dirinya. Bau tubuhnya, senyumannya, rambutnya, matanya. Bahkan kepribadiannya. Aku benci semuanya!

Terkadang, aku selalu berpikir kenapa ada manusia seperti dirinya. Dia seperti es yang benar-benar membeku. Susah untuk mencairkannya. Seperti seorang robot yang tidak punya ekspresi sama sekali. Tidak punya hati. Bahkan perasaan.

Tapi kenyataanya, banyak sekali wanita yang tergila-gila kepadanya. Semuanya memandangnya dengan kesempurnaan yang tinggi yang dia miliki. Aku akui dia tampan. Sangat tampan malah. Dia juga kaya. Pintar dan sangat elegan. Semua pakaian yang dia kenakan selalu pas di tubuh proposionalnya.

Seperti model? Ya. Dia memang pernah di tawari menjadi model baju. Tapi dia menolaknya dengan sikap dingin. Bukankah itu tidak sopan? Aku saja, tidak tahan dengan sikapnya yang sok. Membuatku ingin muntah.

"Menyebalkan." Aku mendesis pelan. Mataku menyipit tajam pada

Harry yang begitu senang mendapatiku ditertawakan okeh teman-teman kerjaku Sekedar tahu saja, Aku dan Harry sedang merayakan kesuksesan proyek yang berhasil kami tangani. Tapi, meskipun kita bekerja pada satu perusahaan. Ini adalah perusahaan ayahnya. Dan Harry bertindak menjadi presdire, sedangkan aku hanyalah karyawan biasa.

Ini semua terjadi karna permintaan mom Anne ibunya Harry yang menginginkanku kerja satu perusahaan dengan anaknya Harry. Ingin sekali menolak. Tapi apa daya, saat melihat mata memohon dari aunt Anne, Tanpa sadar, aku langsung mengiyakannya begitu saja.

Dan di sinilah aku sekarang, duduk tepat didepannya sambil merasakan di tertawakan oleh semua orang karna ucapanku.

"Sudah.. Sudah. Kalian semua membuat wajah Aby masam."

Salah seorang teman kerjaku menyuruh semua orang untuk berhenti tertawa karna mendapatiku berwajah masam.

"Masam atau tidak, dia tetap terlihat manis." Aku tersenyum, kalimat yang keluar dari teman lelakiku, Niall tadi sukses membuat Harry mendelik. Seakan tidak suka jika ada seseorang memujiku. Dia kan sangat membenciku. Begitupun denganku.

"Dia tak lebih dari itik yang buruk rupa." Harry bergumam.  Lelaki itu benar-benar menyebalkan. Tidak ingin sekali membuatku senang.

Semua rekan kerjaku sampai terdiam tak menjawab. Takut jika mereka membalas ucapan Harry akan dimarahi seperti yang sering Harry lakukan. Harry itu paling galak melebihi siapapun. Apapun yang tidak sesuai dengan keinginannya, dia akan memarahi siapa saja. Meskipun itu keluarganya sendiri. Aku sampai bingung, dari mana sifat galaknya itu menurun. Mom dan Dadnya saja lemah lembut dan sangat baik.

Pernah waktu dulu, aku menangis karna aku dimarahi olehnya hanya karna aku merusakkan mobilnya saat aku hendak menyetir ke kampus. Mobil lecet kan bisa diperbaiki, tapi kalau hati yang tersakiti? Jangan harap aku akan melupakan semua hal kejam yang dia lakukan kepadaku.

"Dasar monster..." Aku mendesis.

Cukup membuat semua orang mendengar apa yang ku katakan tadi. Semua orang nampak ketakutan mendengar aku mencibir sang presdire. Tapi tidak berlaku padaku. Tidak untuk takut pada orang seperti Harry.
Harry menaikkan satu alisnya. "Apa kau sedang menyebut dirimu sendiri?" Ucapnya membalikkan perkataan yang ku katakan tadi. Huh.

Menyebalkan.

Aku menggebrak meja. Berdiri dengan raut wajah kesal. "Aku tidak begitu! Kenapa kau suka sekali memancing kemarahanku sih!" Aku berteriak keras. Tidak memperdulikan semua orang yang sudah memandangiku.

"Ciri orang bodoh, selalu memakai emosi." Aku menggeram kesal saat mendengar ucapan kejam yang dikatakan Harry. Kata-katanya memang selalu pedas. Dan entah kenapa, aku selalu terpancing emosi. Ku akui aku memang punya sifat temperamental. Tapi itu semata-mata hanya karna terpancing oleh kata-kata Harry yang menyebalkan. Kalau kalian jadi aku, pasti kalian juga akan merasakan apa yang seperti aku rasakan saat ini.

Aku mencoba menghela nafas panjang saat aku sadari semua orang memandangiku. Sepertinya mereka merasa terganggu dengan kekacauan yang sudah aku buat saat ini. "Terserah kau mau bilang apa."

Aku membuang muka, mengambil tas yang ada disampingku.

"Aku mau pergi." Ungkapku dan langsung melenggang pergi meninggalkan meja makan. Kekesalanku selalu memuncak setiap kali bertengkar dengan Harry. Hal yang selalu terjadi setiap kali kami terlihat bersama.

Aku mendecak kesal, mengumpat disepanjang kepulanganku. Membawa mobil yang dibelikan oleh Dadku selang setelah aku membuat mobil Harry lecet dulu.

Saat aku sibuk menyetir. Ku lirik ponselku yang berdering, jika dilihat sekilas. Ada nama Mr. Cold yang tertera dilayar ponselku.

"Apa?!" Aku mengangkat dengan ucapan kasar saat Harry menghubungiku setelah pertengkaran kecil kami tadi.

"Dimana kau sekarang?" Aku bisa mendengar suara Harry yang begitu tenang. Sepertinya, dia sedang ada ditempat sepi untuk menghubungiku.

"Kau tidak perlu tahu!" Aku langsung menutup sambungan telfon kami. Menyebalkan, jika aku harus berbicara dengannya disaat amarahku sedang memuncak. Rasanya aku ingin sekali menjambak rambut keritingnya yang sangat panjang itu.

"Dasar Harry menyebalkan!" Aku memukul stir mobilku. Berteriak sekencang-kencangnya sambil mengumpat kesal. Tidak apa. Toh tidak ada yang mendengarnya, karna aku sudah memutar musik keras yang entah lagu siapa itu.

***

JUST, LOVE ME (H.S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang