Aku berjalan menyusuri koridor universitas. Ini baru jam 6 pagi dan aku belum memakan apapun. Sial! Perutku bergemuruh. Aku memutar tumitku dan melangkah cepat menuju Mc Donalds.
Sesampainya disana, keadaan masih sangat sepi. Hanya ada satu atau dua pengunjung. Aku mempercepat langkah menuju tempat pemesanan sekaligus membayarnya. Setelah dapat, aku mengambil satu bangku kosong dan memakan chicken burger dengan secangkir kopi hangat.
"Tidak mengajak, huh." Sebuah suara dari arah belakang mengejutkanku.
Aku menoleh dan terbelalak kaget. "Astaga, kau sudah sembuh?" Tanyaku kepadanya. Harry hanya mengangguk lalu menduduki satu bangku kosong di sebelahku.
"Jadi, apa yang membuatmu datang sepagi ini?" Tanya Harry. Senyuman cerahnya masih menempel di bibirnya. "Ada beberapa urusan dengan Mr. Jack." Balasku.
Ia berlalu menuju counter dan memesan beberapa makanan. Setelah didapat, Ia kembali ke sebelahku dan memakan makanannya. "Hampir satu bulan aku di rawat inap dan kau baru menjengukku dua kali. Such a good friend." Sindirnya.
"Harus berapa kali kukatakan bahwa tugas tugas sialan itu menungguku." Ujarku. Ia mengangguk lalu memakan double beef burger nya. Aku melihatnya mengunyah burgernya sambil sesekali menjilat saus yang hampir jatuh.
"Kau tak pakai mayonaise?" Tanyaku heran. Ia menoleh, "Itu menjijikan, sungguh." Jawabnya polos dan itu membuatku tertawa terbahak.
"Kau aneh." Ucapku. "Dan tampan." Lanjutnya. Aku sentak memukul bisepnya. Sudah berapa lama aku tak menghabiskan waktu bersama Harry? Hampir satu bulan. Sangat lama.
"Aku akan menunggumu di depan ruang bahasa. Jangan pergi sebelum aku datang." Ujarnya lalu mencium pipiku. Ia pergi menyisakan pipiku yang merah.
Aku mengambil barangku dan beranjak balik menuju universitas. Pipiku kembali bersemu ketika aku mengingat perilaku manis Harry.
"Hi, Alice." Seseorang menyapa ku dan menyamakan langkahnya denganku. Aku mengerutkan alis. "Maaf."
"Oh, aku Louis. Masa kau tidak mengenalku?" Ujarnya sambil mengedipkan mata sesekali.
"Apa kau sudah ke dokter?" Tanyaku meledek. Ia terheran.
"Kenapa aku harus ke dokter?" Tanyanya heran. Aku mendengus masam.
"Mungkin ada yang salah dengan matamu. Kedipanmu berbeda dari orang normal." Jawabku asal. Ia tersenyum malu dan wajahnya tampak lebih santai.
"Well, aku teman Harry. Sahabat lebih tepatnya." Ucapnya.
"Senang bertemu denganmu, Lewis." Aku memaksakan senyum kepada orang aneh ini. Aku berlari masuk ke ruang bahasa meninggalkannya diambang pintu. "Louis bukan Lewis." Dia berteriak nyaring. Aku tertawa dan mengambil kursi dipaling depan.
"Hai." Sapa seseorang disebelahku. Aku menolehkan kepala dan melihat Zayn yang sedang menaruh tas nya.
"Hai, Zayn." Balasku ramah.
"Omong omong, Harry sudah sembuh?" Tanya Zayn membuka percakapan.
Aku menyengir, "Ya, aku bertemu dengannya tadi." Ucapku. Dan seketika pipiku panas mengingat hal kecil yang Harry lakukan tadi pagi. Zayn hanya terkekeh lalu mengabaikanku.
Aku mengambil laptop dan mengecek hasil tugasku. Semoga Mr. Jack suka dengan hasil ku. Tugas ini benar benar menyita waktuku.
.
Aku merapikan buku serta laptop lalu beranjak keluar dari ruang bahasa, menunggu Harry di bench depan ruang bahasa.
"Alice, mau pulang bersamaku?" Tanya seseorang. Aku mengangkat daguku. Astaga! Dia lagi. Lewis bukan. Lewy astaga bukan juga. Oh! Aku tahu. Lovis. Iya benar dia Lovis.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY [Completed]
FanficAlice Johnson hanyalah mahasiswi yang mendapat beasiswa di universitas terkenal dan elite. Ia hanyalah anak dari penjual roti murahan, tak lebih. Hidupnya serba kekurangan. Bahkan, Ia harus bekerja demi memenuhi kebutuhan pokoknya Namun, kedatangan...