Aku mengutuk weker sialan yang telah membangunkan ku dari tidur panjang ini. Aku mencoba bangun namun sebuah tangan melingkar di perut ku. Tak perlu menoleh, aku tahu siapa ini.
Tapi, aku hanya bingung. Kenapa dia memilih untuk menginap di rumahku? Padahal, aku sudah menyuruhnya pulang semalam.
"Harry, tolong lepaskan rengkuhanmu. Aku ingin ke universitas pagi ini." Aku berkata kecil sambil mencoba menjauhkan tangannya. Namun tangannya terlalu kekar untuk ku angkat.
Terdengar gumaman kecil dari bibir Harry. Dia pasti sangat kelelahan. Aku mengelus pangkal tangannya membuatnya mengubah posisi.
"Jam berapa ini?" Tanyanya sambil merilekskan tubuhnya.
"Jam 6.30. Bangunlah! Jam pelajaran ku akan dimulai jam 7." Tegasku. Ia mengerang lalu duduk.
"Kau bisa mandi terlebih dulu. Jam pertama ku dimulai satu jam lagi." Ujarnya. Aku mengangguk lalu melangkah ke jendela dan membuka tirainya. Lalu beranjak menuju kamar mandi.
Aku melangkah perlahan menuju lemari pakaian dan mengambil dress selutut berwarna putih dengan lengan segaris lalu memgambil cardigan dengan warna serupa dan memakainya di kamar mandi.
"Harry, aku jalan dulu. Kau bisa mandi di sebelah sana." Tunjukku ke arah kamar mandi di sudut kamar.
Aku langsung melenggang begitu mendapat anggukan darinya. Turun ke bawah lalu memakan sepotong sandwich yang dibuat Mom.
Melangkah menuju rak sepatu dan memilih flat shoes berwarna hitam, dan berlalu keluar rumah.
"Alice, tunggu!" Teriakan Harry membuatku menoleh dan terkejut. Ia sudah rapi.
"Harry? Ku kira kau masih tidur. Ada apa?" Tanyaku kepadanya.
Ia menggaruk kepalanya dan tersenyum. "Aku ingin berangkat ke universitas bersamamu. Kau akan lebih cepat jika pergi bersamaku." Jelasnya.
Aku mengangguk dan mengikutinya masuk ke dalam mobil. "Biar ku tebak, kau pasti tidak mandi. Hanya sikat gigi dan mencuci muka." Tebakku.
Ia terkekeh. "Kurasa kau sudah mulai hapal tentang diriku, Alice." Katanya. Aku memukul lengannya pelan dan tertawa bersamanya.
"Harry, jangan turunkan aku di parking lot. Turunkan aku di halte bus yang sedikit jauh dari universitas." Ucapku saat mobil mendekati wilayah universitas.
"Memangnya kenapa?" Tanyanya.
Aku menghembus napas mensesali kebodohan pria ini. "Jika mahasiswa lain melihat kita berjalan beriringan, akan timbul rumor rumor basi, Harry. Ku mohon. Aku tidak ingin mendapat cacian tambahan dari mahasiswa lainnya." Jelasku.
Sentak, rahangnya menegas dan ia nampak mengatur napas nya yang terkesan tidak terkontrol. Aku sedikit bergidik melihatnya seperti ini.
"Tidak, Alice. Kau tidak perlu menghiraukan ucapan para jalang sialan di universitas." Dia berkata dengan raut wajah yang sulit ku baca.
"Baik, baik. Kau bisa turunkan aku di halte depan universitas. Setidaknya, mahasiswa yang melihat tidak akan sebanyak jika kau menurunkan ku di parking lot." Ujarku. Ia menghembus napas kesal lalu mengangguk. Harry mengarahkan mobilnya ke arah halte yang terletak di depan gerbang utama universitas.
"Harry." Panggilku. Ia menoleh, wajahnya masih sama seperti tadi. Kaku.
Aku mencium pipinya sekilas lalu turun dan mengucapkan terima kasih. Wajah Harry langsung mengendur begitu aku menempelkan bibir di pipinya.
Bibirnya bergetar menahan lengkungan ke atas. Aku hanya tertawa menyaksikannya dan berlalu menyebrang jalan.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY [Completed]
FanfictionAlice Johnson hanyalah mahasiswi yang mendapat beasiswa di universitas terkenal dan elite. Ia hanyalah anak dari penjual roti murahan, tak lebih. Hidupnya serba kekurangan. Bahkan, Ia harus bekerja demi memenuhi kebutuhan pokoknya Namun, kedatangan...