CHAPTER 20

2K 196 3
                                        

Aku menghempaskan badan kesal ke sandaran mobil Louis. Seakan mengerti, Louis tidak berbicara sama sekali kepadaku. Aku menjambak rambut kesal sambil memukul pelan dashboard. Harry membuat ku gila! Kemana saja ia selama ini? Berkencan dengan mantannya itu?

"Jadi, ini alasan kenapa kau tidak mau ke restaurant itu?" Aku berteriak tanpa melihat wajah Louis. Ia membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu namun mulutnya langsung terkatup lagi begitu aku mendesaknya untuk menjawab.

"Ya! Itu alasanku, Alice. Harry sudah memberitahu ku untuk tidak membawamu kesana dan juga ia juga menyuruhku agar menjagamu." Jawab Louis membuatku memutar mata. "Menjaga? Dia pikir aku perempuan lemah yang harus dijaga?" Aku mendecak sebal sambil memutar kejadian tadi.

"Bukan seperti itu, Alice. Aku sengaja tidak memberitahumu karena aku tidak ingin kau lebih sakit hati...-"

"Kau pikir aku tidak sakit hati? Sama saja, Louis! Kau memberitahu ataupun tidak aku akan tetap sakit hati dengan bajingan itu."

"Baik, aku minta maaf sebelumnya. Harry mempunyai beberapa urusan yang harus diselesaikannya dengan Beatrice. Ia tidak bisa memberitahumu, atau mungkin belum. Sekali lagi, aku minta maaf." Sesekali Louis menatap ku dengan tampang yang penuh bersalah.

Aku menghembuskan napas. "Maaf, Louis. Aku tidak bermaksud untuk membentakmu. Aku hanya...hanya...-"

"Aku mengerti." Ia memberikan senyuman manisnya membuat ku ikut tersenyum dibuatnya. Ia kembali fokus menyetir ke arah rumahku. Entah darimana ia tahu rumahku. Sepertinya dari bajingan menyebalkan itu.

Aku merogoh tas dan mencari ponsel. Setelah dapat, aku mencari kontak berinisial H lalu mengiriminya pesan.

To : Harry
Hi, Harry! Kau dimana? Aku merindukanmu, X.

Aku tersenyum berharap Harry akan menjawab jujur pesanku. Akhir-akhir ini aku merasa kalau perasaan Harry terhadap ku mulai hilang. Aku langsung menggelengkan kepala berharap itu tidak akan terjadi. "Kau kenapa?" Tanya Louis dengan bingung. Aku menggeleng lalu memberikan kedua ibu jariku menandakan bahwa aku baik. Meski sebenarnya tidak.

Drtt..

From : Harry
Hi, love! Aku sedang di rumah. Mengerjakan beberapa tugas sialan. Kau sedang apa? X

Aku tersenyum miris melihat jawabannya. Dia berbohong kepadaku. Mungkin, dimatanya aku tidaklah penting. Hanya orang baru yang mengusik kehidupannya. ya! Aku sadar akan hal itu. Tapi, bisakah ia menghargai perasaanku? Aku selalu terbuka terhadapnya. Tidak pernah menutupi apapun itu termasuk latar belakang keluarga ku. Tak terasa cairan bening membendung di pelupuk mataku. Aku segera mengelapnya dengan lenganku sebelum air mata itu benar-benar turun. Beruntung Louis tidak melihat. Bisa kupastikan jika ia melihat ia akan bertanya banyak hal. Aku segera membalas dengan kata-kata yang sedikit sarkas. Ku harap itu sedikit menyindirnya.

To : Harry
Benarkah? Mengapa tidak pergi ke suatu restaurant pizza bersama mantanmu atau teman kencan mu yang lain? HAHAHA.

Sudah 5 menit dan ia belum membalas pesan ku sama sekali. Sepertinya ia tertohok dengan kata-kata ku tadi. Baguslah jika seperti itu. Tiba-tiba ponsel ku berdering dan mendapati nama Harry meneleponku.

"Alice!"

"Biar kutebak, kau sedang bersembunyi di kamar mandi sebuah restaurant. Benar?"

"Alice."

"Sedari tadi kau hanya memanggil nama ku tanpa mengatakan hal lain. Apa maumu meneleponku, Harry?"

"Apa maksudmu dengan semua kata-katamu tadi?"

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang