CHAPTER 24

2K 197 9
                                    

"Brengsek!"

Aku menutup mulutku begitu melihat Louis yang tersungkur di tanah. Dentuman keras membuat ku melompat dan menghampiri Louis yang menahan perih di sudut bibirnya yang kebiruan dan tak lama mengeluarkan darah.

Aku menoleh ke belakang dan melihat Harry dengan wajah memerah dan tangan mengepal. Aku berdiri dan mendorong tubuh tegapnya. "Kau yang brengsek!"

Harry menegang di tempat begitu tanganku hampir menyentuh pipinya. Aku menarik tanganku dan kembali mengurus Louis lalu membantunya berdiri dan berjalan menuju kamar tamu. Ia terus meringis sambil memegangi sudut bibirnya yang sesekali berkedut.

Melangkah menuju kamar mandi lalu mengambil kotak obat dan menaruhnya di meja kecil di samping ranjang. Mengambil kapas lalu menyelupkannya ke air di wadah kecil lalu mengusapnya ke sudut bibir Louis. Matanya terpejam menahan perih dan sakit. Ini hanyalah pukulan kecil dan ia sudah meringis? Payah!

"Ayolah, Louis. Kau hanya terpukul satu kali. Satu-kali, okay? Kau tidak perlu meringis seperti itu seakan kau dipukuli sampai babak belur."

Ia membuka matanya lalu menatapku tajam. Aku menaikan bahuku dan beranjak pergi menaruh kembali semua peralatan obat yang sudah ku ambil.

"Kau ingin beristirahat atau kembali ke pesta?"

Ia tertawa meremehkan, "Tidak mungkin seorang Louis Handsome Tomlinson akan beristirahat hanya karena terkena satu pukulan." Ia mengendikan bahunya lalu tertawa kencang. Louis bangkit dan berjalan keluar kamar. Aku mengikutinya dari belakang dan langsung mendapati Ruth, Harry, Zayn, dan Niall sedang berbicara di ruang makan. Aku mencoba menghiraukan mereka dan terus berjalan menuju halaman belakang.

Apa lagi sekarang? Harry mengadu kepada mereka semua tentang kelakuan ku tadi? Jika benar, aku tak segan-segan untuk mendiamkannya berhari-hari.

"Duduk, Alice!"

Kakiku langsung berangsur menuju kursi yang tersisa setelah mendengar suara Harry. Louis sepertinya tidak menyadari bahwa aku tidak lagi mengikutinya. Aku memutar mataku ke segala arah kecuali bola mata mereka yang mengintimidasi ku.

"Ada apa diantara kalian?" Ruth bertanya dengan nada yang tajam.

"Hanya masalah kecil dan aku sudah biasa menyelesaikannya." Dengan sengaja ku tekan kata 'aku' agar Harry tahu bahwa aku yang selalu menyelesaikan masalah. Aku yang selalu bersabar. Dan aku yang paling mencintainya.

"Aku merasakan ada kejanggalan diantara kalian berdua. Maaf sebelumnya jika aku mencampuri urusan kalian. Tapi, tidakkah kalian merasa risih jika melihat sahabat kalian terlibat masalah dengan kekasihnya yang juga sahabatku?" Aku diam mendengar perkataan Ruth yang entah dilontarkan untukku atau si bajingan.

"Kau bisa tanyakan langsung kepadanya, Ruth. Berdoa saja semoga ia menjawab jujur." Kataku sarkastik. Aku berdiri dengan cepat lalu meninggalkan Ruth dan kawanannya.

Aku terus melangkah sampai ke pinggir kolam ikan dan mendapati Phillip yang sedang memberi makan ikan. "Enjoy the party, huh?" Ia menoleh dan tersenyum manis ke arahku.

"Not really. By the way, I haven't say 'happy birthday' to my girl.."

"Happy Birthday, Alice. You are the greatest girl ever. I want to be your side everytime. I want to save you no matter if I would get bad luck. I have no words to say anything. Once again, HAPPY BIRTHDAY, MY LOVELY ALICIA." Dia memelukku dengan erat sambil mengangkat ku sesekali. Aku tertawa kencang merasakan hilangnya kekesalan di hari ini.

"Percaya padaku, jika kau tidak dimiliki Harry, aku akan mencium bibirmu." Aku tidak yakin mendengar perkataannya barusan. Jadi hanya kutanggapi dengan kekehan kecil sambil mengajaknya bergabung dengan kerumunan orang lainnya.

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang