Dengan ragu, ku masuki ruangan yang sangat dingin dengan bau yang ku suka. Dr. Gretel sedang membulak-balik beberapa berkas di tangannya. Ia berhenti ketika menyadari ku berdiri di ambang pintu. Dengan senyum lebarnya, ia menyuruhku masuk dan duduk di hadapannya.
"Senang bertemu denganmu kembali, Alicia. Bisa kau perlihatkan kartu pasienmu." Pintanya.
"Tolong, Alice saja." Kataku lalu memberikan sebuah kartu berwarna hijau dengan tulisan dan logo rumah sakit yang besar diatasnya. Tak lupa, nama ku yang digaris bawahi ditengahnya. Aku baru saja selesai menbuat kartu pasien tadi. Surat yang ku berikan sudah lengkap dan untungnya hari ini sangat sepi sehingga tidak memakan waktu banyak dalam pembuatan kartu pasien.
"Baiklah, Alice. Kau siap melakukan MRI?" Tanyanya. Aku memiringkan kepalaku, "Siap, namun sebelumnya bisa ka jelaskan apa itu MRI?"
"MRI atau Magnetic Resonance Imaging adalah salah satu cara dokter memeriksa dan menghasilkan gambar organ, jaringan, dan sistem rangka dengan resolusi tinggi. Hal itu nantinya dapat membantu dokter melakukan diagnosis berbagai kondisi." Jelas Dr. Gretel. Aku mengangguk mengerti dan mendandatangani lembaran yang diberikan Dr. Gretel untuk persetujuan melakukan MRI.
"Aku akan menyuruh beberapa suster untuk mempersiapkan MRI mu." Kata Dr. Gretel. Aku mengangguk lalu membulak-balik map yang berisi data-data tentang diriku.
"Alice, ruangan MRI sudah siap. Kau boleh ke lantai 4 ditemani oleh Rianna yang sekaligus akan menjelaskan lebih detil tentang MRI nanti." Aku memutar kepala mencari Rianna yang di maksud. Di ambang pintu, ada seorang suster yang sudah siap menunggu ku. Dia yang bernama Rianna.
"Mari nona, biar ku antar." Ia mempersilakan aku untuk keluar lebih dulu. Di perjalanan ke lantai 4, aku memberanikan diri untuk bertanya tentang kegiatan yang akan ku lakukan sebentar lagi.
"Jadi, apa saja yang harus aku lakukan nanti?" Tanyaku.
"Kau tidak boleh membawa masuk barang-barang yang bersifat magnetik. Seperti, logam, baja, besi. Ponsel, jam tangan, dan lainnya tidak boleh di bawa masuk karena radiasi magnet yang sangat tinggi. Bahkan, alat-alat di dalam pun semuanya bersifat non-magnetik. Seperti, plastik." Jelasnya. Aku mengangguk mengerti dan tak terasa kami telah sampai di depan sebuah ruangan besar yang bertuliskan MRI.
"Ponselku?" Tanyaku sambil mengeluarkan ponsel.
"Kau bisa masuk dulu. Ruangan utamanya masih di jauh di dalam." Katanya. Aku masuk dan masih terdapat alat-alat yang biasa terdapat di suatu ruangan rumah sakit.
"Kau harus mengganti bajumu dengan ini, lalu kau bisa menggantungnya di sana. Jangan lupa, untuk melepas semua pakaian dalammu." Ucap Rianna.
"Pakaian dalam? Serius?" Tanyaku tak percaya. Ia mengangguk yakin.
"Ya. Dan disana ada loker untuk menaruh barang-barangmu. Aku permisi dulu ingin memberikan data mu."
Aku menanggalkan semua pakaian ku di ruangan ganti lalu menggantungnya di lemari yang tersedia. Setelahnya, aku mengambil baju khusus rumah sakit yang berwarna putih tulang dan memakainya lalu menaruh semua barangku di loker kecil.
"Sebelah sana, ayo." Aku terkejut begitu sebuah suara menyapaku saat keluar dari ruang ganti. Ia membawaku ke ruangan besar yang terdapat sebuah alat yang besar dengan penutup berbentuk bulat yang panjang. Ia menyuruhku untuk berbaring di atas ranjang yang di sediakan lalu ranjang itu mulai bergerak perlahan memasuki lorong bulat yang bercahaya.
.
"Jadi, bagaimana hasil MRI ku, Dr?" Tanyaku begitu selesai melakukan MRI.
"Tidak secepat itu, Alice. Butuh beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya serta memecahkan diagnosa nya. Kurasa lusa kau bisa kembali untuk menerima hasilnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY [Completed]
FanfictionAlice Johnson hanyalah mahasiswi yang mendapat beasiswa di universitas terkenal dan elite. Ia hanyalah anak dari penjual roti murahan, tak lebih. Hidupnya serba kekurangan. Bahkan, Ia harus bekerja demi memenuhi kebutuhan pokoknya Namun, kedatangan...