CHAPTER 2

3.9K 335 11
                                    

Selepas pelajaran bahasa, dengan cepat ku masukan semua alat tulisku dan bergegas keluar dari ruangan ini. Namun langkahku terhenti ketika seseorang mencekal pergelanganku. Sensasi hangat langsung menjalar ke seluruh tubuhku. Tanpa ku menoleh, aku tahu siapa itu. Pria yang membuatku nyaman dalam hitungan menit.

Aku memutar tubuhku dan mendapati dirinya sedang memasukan kedua tangannya ke saku celana sambil tersenyum lebar.

Dugaanku benar. Dia Harry.

"Alice. Mau temani aku makan siang? Hitung-hitung sebagai balasan kau mengerjakan tugas ku." Ujar Harry.

"Uhm, aku tidak bisa."

Harry terus mendesak, "Ayolah, Alice. Kapan lagi kau makan siang bersamaku?" Tanyanya.

"Hm..."

"Kalau masalah balasan, hitung saja aku mengerjakan tugas mu sebagai balasan kau membayar taksi ku. Jadi kita impas." Lanjutku.

Harry menyerngit kesal, "Baiklah. Tak ada hitung-hitungan. Kau temani aku sekarang."

Harry mengaitkan jarinya di buku-buku jarinya. Aku tersenyum.

Sial!

Jantungku!

Berdegup kencang!

Harry membawa ku ke tempat parkir mobilnya dan menyuruhku masuk ke dalam mercedes benz hitam nya.

Ketika aku memasuki mobilnya, tercium jelas wangi tubuh Harry dicampur dengan wangi khas mobil.

Aku melihat ke jok belakang dan tampak sangat rapi untuk ukuran pria seperti Harry.

"Mobilmu rapi sekali." Komentar ku.

"Aku tidak suka melihat sesuatu yang berantakan."

Aku menggumamkan oh dan berlalu melihat jalanan sekitar. "Kita mau kemana, Harry?" Harry menoleh. Tersenyum misterius.

"Duduk diam saja. Setengah jam lagi sampai."

"Lama sekali." Aku berkomentar pelan berharap Harry tidak dengar.

"Sudahlah, diam saja."

Setengah jam sudah berlalu namun tempat yang ku tuju belum sampai juga. Aku mulai tidak betah dengan suasana yang sedari tadi hening.

"Harry, ini sudah 45 menit. Kapan kita sampai?"

Harry terdiam dan memunculkan senyum misteriusnya lagi. Aku menggerutu kesal ingin rasanya melompat dari mobil mewah ini.

"Sabarlah. Aku ingin mengajak mu ke restaurant favorit ku." Ucapnya.

"Astaga! Kenapa kau harus memilih restaurant favorit sejauh ini." Aku meredam kesal sembari melihat wajahnya yang memasang tampang tak peduli.

"Kalau kau mau, kau akan ku ajak ke restauran favorit ku lainnya di Los Angeles." Ujar Harry. Aku membelalak kaget dan tersenyum masam.

"Kau gi..-"

"Berhenti, kita sudah sampai. Tak usah banyak bicara." Potongnya.

Aku terdiam dan membuka pintu secara kasar. Tak peduli dengan mobil mewah nya.

Aku melihat sebuah restaurant yang unik. Pantas Harry suka. Aku pun akan menyukainya jika suasana nya damai seperti ini.

"Hei, jangan diam. Ayo cepat."

Tersadar Harry memanggil, aku segera berjalan mengikuti Harry menuju ke dalam restaurant. Design restaurant di dominasi dengan warna cokelat muda. Terasa sangat tentram dan hangat.

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang