CHAPTER 31

2.1K 185 15
                                    

"Good night, everybody." Sebuah suara melengking terdengar melalui speaker yang ada di ruangan besar ini. Lampu menyorot kepada pria yang sedang memegang microphone di atas panggung.

"Whoa, Louehh.." Kataku sambil tertawa. Aku terus tertawa mendengar suaranya yang sangat lucu.

"Kau tahu Ha-...Hey, ada apa denganmu?" Bibirnya melengkung ke bawah sambil melipat tangannya di depan dada. "Kau bahkan tidak pernah mendesahkan namaku."

God, dia cemburu dengan Louis. "Aku akan mendesahkan nama...-aw." Damn! Ada apa dengan kepala ku? Tuhan, rasa sakit ini datang lagi.

"Harry, ehm.. aku ingin ke toilet. Da-ah." Tanganku meremas perutku berpura-pura menahan sakit di perut. Namun nyatanya bukan. Ku buka clutch namun tak ku temukan obat penahan nyeri disana. Bodoh, kenapa aku bisa melupakan obat itu? Argh.

Mungkin cara ini berhasil. Tarik napas, hembus. Tarik napas, hembus. Begitu seterusnya hingga hitungan ke 10. Demi Tuhan, rasa nyerinya berkurang. Segera ku sambar clutch ku dan berjalan kembali menuju ballroom. Aku merasakan ketidakseimbangan pada tubuhku. Lunglai dan lemas, itu yang ku rasakan saat ini.

"Hey, you okay?" Aku langsung menautkan tanganku pada pergelangan tangan Harry. Mengangguk untuk meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja.

Harry pergi menjauh untuk mengambil minuman. Mataku menerawang seisi ruangan mencari seseorang yang ku kenal. Tapi nyatanya aku tidak menemukan siapapun yang ku kenal, baik Ruth ataupun teman-teman Harry lainnya.

Sambil menunggu Harry, aku berjalan menuju sudut ruangan dan menyenderkan tubuhku di dinding sambil sesekali memijat kepalaku.

"Hey, aku kenapa kau berpindah?" Sebuah suara menghampiri ku. Oh, Harry.

"Uhm, maaf. Hanya sedikit lelah."

"Lelah? For fucking seriously, kau baru 15 menit disini." Ujar Harry kesal.

You don't know what's wrong with me, Harry.

"Maaf." Hanya itu yang dapat ku lontarkan. Beberapa menit ke depan suasana diantara aku dan Harry menyepi. Tidak ada yang berani mengeluarkan sepatah apapun kecuali suara tegakan air minum dari tenggorokan kami.

Aku mendengar deringan ponsel, dengan cepat ku buka clutch ku namun ponsel ku dalam keadaan silent jadi mustahil untuk berbunyi. Saat mengarahkan pandangan ke arah Harry, ia nampak pergi menjauh dengan ponsel yang diletakan di antara bahu dan telinganya.

Hampir 10 menit lamanya menunggu Harry yang tak kunjung kemari. Aku memutuskan untuk keluar ballroom mencarinya. Namun tidak ada siapapun kecuali beberapa pegawai yang menjaga pintu.

Dengan berat hati, aku bertanya kepada salah satu pegawai yang terdekat. "Uh, permisi. Apa kau lihat pria keriting dengan bola mata hijau dan tinggi kira-kira 1 jengkal dariku?"

"Pria itu berjalan ke tempat parkir."

"Oh, baiklah. Thanks."

Segera aku berjalan cepat menuju tempat Harry memarkirkan mobilnya. Namun, hanya sepetak lahan parkir yang kosong. Mobil Harry sudah tidak ada disitu. Ia pergi setelah mendapat telepon entah dari siapa.

Ku keluarkan ponsel dan langsung menghubungi Harry. Belum ada 5 detik menunggu, panggilan terputus. Harry merejectnya.

.

"Berhenti. Ini uangnya." Aku langsung turun dan membanting pintu taksi. Ku tekan bel yang menempel di dinding sebelah pagar besar.

Seorang penjaga menyembulkan kepalanya di jendela. "Ada yang bisa dib...- kekasih Harry?" Aku mengangguk dan penjaga itu langsung menekan tombol di remote untuk membuka pagar itu.

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang