CHAPTER 30

2K 179 0
                                    

"Seriously, Harry? Aku tidak mau. Itu terlalu glamour. Ayolah, aku hanya menghadiri prom night bukan menikah." Ku tarik lengan Harry menjauhi gaun berwarna merah dengan model yang sangat anggun dan mewah. Yang benar saja aku memakai itu hanya untuk prom?

"Trust me, kau akan cantik memakai ini." Ia terus memaksa ku untuk memakai gaun pilihannya. Aku memutar mata dan menggeleng dengan tegas. "Aku akan menjadi sorotan orang jika memakai pakaian yang berlebihan. Kita cari yang lain, okay?"

Ia menghembuskan napas kesal dan mengangguk pasrah. Gadis batinku berteriak senang memenangkan perdebatan panjang tadi. "Bagaimana jika kita membeli dengan warna senada?" Usul Harry membuat ku mengangguk dengan cepat.

"Menurutmu, kita bagus memakai warna apa?" Kami mendekati sebuah kursi panjang dan mendudukinya. Ia terdiam berpikir dan tiba-tiba menjetikan tangannya.

"Kita tanya pada Mom. Aku yakin, pilihan Mom pasti bagus." Dengan itu, aku menerima usulannya yang masuk akal. Ia membawaku menemui Anne di ruangannya. Tanpa mengetuk, Harry langsung menekan kenop dan menemui Anne yang sedang berkutat dengan laptop nya.

"Hi, Alice. Hi, Harry. Ada apa? Jarang sekali kalian kesini." Ia menutup laptopnya dan melepas kacamatanya. Harry mengajaku menduduki sofa berwarna darah di sudut ruangan.

"Besok universitas mengadakan prom, Mom. Dan, anak temanmu ini tidak mau memakai pilihanku." Gerutu Harry sambil menendang pelan kakiku.

"Whoa, kalian akan memakai baju dari toko ku, begitu?" Ia berdiri dan mengambil sebuah buku di rak yang tak jauh dari meja nya.

"Ini, katalog terbaru untuk remaja. Kalian bisa melihatnya." Anne menyodorkan sebuah katalog ke hadapan kami. Harry membukanya perlahan, sesekali alisnya berkerut bingung.

"Hey, ini cantik." Dia menunjukanku sebuah gaun semata kaki dengan sentuhan payet berkilauan. "Pilihanmu tepat kali ini."

"Coba ku lihat." Anne mengambil katalog tersebut dan membuka laptopnya.

"Whoa, kalian beruntung. Gaun ini akan rilis besok dan kalian adalah pembeli pertama." Raut keantusiasan sangat terpampang jelas di wajah Anne. Melihat senyumnya yang lebar sontak membuatku turut mengembangkan senyumku.

"Oke, aku mau warna pink." Celetuk Harry.

Aku membelalakan mata, "Aku tidak mau."

"Kenapa? Pink akan tampak romantis. Bukankah kau menyukai pink?"

"Yeah, aku memang suka. Tapi warna pink kurang bagus untuk menjadi gaun malam, Harry."

"Tentu bagus. Kita akan terlihat pasangan paling romantis."

"Aku mau abu-abu. Tampak pas untuk pesta formal."

"No, pink."

"Yap, kau betul. No pink."

"Shit, I mean, no for grey. Pink."

"Grey."

"Pink."

"Biru." Sahutan Anne membuat kami terdiam dan berpikir masing-masing.

"Ya, biru." Kami mengatakan dengan serempak membuat Anne melambungkan tawanya. Itu tidak lucu.

"Kalian tahu, perdebatan kalian antara abu-abu dan pink adalah percuma, karena kedua warna itu tidak ada di model yang kalian pilih." Ucap Anne membuat ku menggembungan pipi meahan tawa. Huh, lebih baik aku bertanya dulu kepada Anne.

"Kenapa Mom tidak bilang dari tadi, huh." Gerutu Harry. Pipinya turut menggembung dan bibirnya dilekukan ke bawah. God, aku ingin menciumnya.

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang