Aku langsung menyiapkan diri begitu menerima pesan dari Harry. Ia berkata bahwa ia akan berkunjung ke rumahku. Mom dan Ally sedang pergi entah kemana. Yang kutahu, mereka sedang dalam perjanan ke bandara. Tapi, aku sama sekali tidak tahu kemana mereka akan terbang.
"Hi, lovely." Aku menoleh begitu mendapati suara yang sangat khas. Aku menyimpulkan senyum melihatnya dengan kaus putih polos ditambah celana jeans.
"Apa yang ingin kau lakukan disini?" Tanyaku kepadanya. Ia mengangkat bahunya lalu menghampiri ku. Ia menyenderkan kepala nya di headboard sambil terus memainkan rambutku. Aku hanya diam menerima perlakuan manisnya. "Harry! Lakukan sesuatu. Aku bosan." Keluhku. Ia mencium rambutku lalu beranjak bangun. Mengambil setumpuk kaset di bawah nakas televisi ku.
"Horor!" Aku langsung berteriak begitu dia memilih film. Ia menoleh, alisnya terangkat satu dan terkekeh. Senyuman miringnya menandakan bahwa ia menantangku. Baik! Siapa takut?
Sebelum film dimulai, Harry berjalan menuju ke arah pintu. Menutupnya dan mematikan lampu. Aku memasuki selimut lalu bersender pada headboard. Tak lama, dia mengikuti apa yang ku lakukan. Ia menarik badanku untuk lebih dekat dengannya. Kepala ku bersender ke bahu tegapnya. Struktur tulang nya sangat terasa di kepala ku. Pikiranku berlabuh kemana-mana. Membayangkan tubuhnya yang seksi tanpa busana. Aku terkekeh saat membayangkannya.
"Ada yang salah?" Ia bertanya seraya menaikan sebelah alisnya. Aku menggeleng dan melingkarkan tanganku di perutnya.
Merasa nyaman dengan posisi ini, film yang berputar ku hiraukan sedari tadi. Aku sibuk memperhatikan sturuktur wajahnya. Ditambah dengan mimik wajahnya saat ketakutan atau kaget. Itu menambah kesan pada wajahnya.
"Alice, kau tidak menonton?" Harry bertanya membuat ku melepaskan pandangan dari nya. Aku melihat tayangan yang entahlah aku tidak mengerti jalan ceritanya.
"Uh..uhm.. ya.. aku sedang menonton." Menonton wajahmu. Harry terkekeh lalu mengusap rambutku. Ia menarik pelan kepalaku lalu mendekatkannya ke dadanya. Dari sini aku bisa mendengar detak jantung normalnya. Tidak sepertiku, jantungku berdegup kencang saat kulit ku menyentuh kulitnya. Karena bingung apa yang akan ku lakukan, aku memilin ujung selimut sambil bersenandung kecil. Harry masih belum mengalihkan pandangannya dari film dan itu membuatku bosan.
"Harry, apa kau lapar?" Tanyaku. Ia mengangguk kecil dan aku bangkit lalu turun ke dapur untuk membuat makanan. Kubuka kulkas dan mendapati berbagai macam jenis makanan. Aku mengambil beberapa potong ayam yang sudah dicuci lalu merebusnya agar bagian dalamnya matang.
Setelah 30 menit ayam direbus, aku mengangkatnya lalu membumbuinya dengan berbagai macam rempah yang sudah ku campur. Setelahnya, ku olesi di seluruh permukaan ayam dan ku rebus dengan bumbu cair lainnya. Mom pernah berkata kalau ini adalah salah satu resep makanan Asia karena didominasi oleh rempah-rempah.
Ayam sudah matang sempurna, aroma bumbu menyengat indra penciuman siapapun yang berada di dekat dapur. Aku memindahkannya ke piring saji dan meletakannya di atas meja. Ini sudah hampir satu jam dan film yang ditonton Harry belum juga selesai. Aku berlari kecil menghampirinya di kamar. Begitu membuka pintu, aku melihat Harry yang sedang bersender di balkon. Tangannya memegangi ponselnya. Ia sedang menelepon siapa? Aku berjalan mendekati nya perlahan. Mencoba tidak mengeluarkan suara pijakan tapi sayangnya gagal. Harry memutar tubuhnya dan dengan cepat memasuki ponsel nya ke saku celana.
"Makanan sudah siap." Ucapku. Ia mengangguk kecil lalu mengikuti ku turun ke ruang makan. Aku merasa ada yang berbeda dengan Harry semenjak ia mengangkat teleponnya tadi. Ia menjadi...diam?
"Harry, ada apa denganmu? Mengapa kau tidak memakan makananmu? Kau tidak suka?" Ia langsung tersadar dari lamunannya begitu aku berbicara. Dengan sigap, tangannya langsung menyambar sendok dan memakannya dengan lahap.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY [Completed]
FanfictionAlice Johnson hanyalah mahasiswi yang mendapat beasiswa di universitas terkenal dan elite. Ia hanyalah anak dari penjual roti murahan, tak lebih. Hidupnya serba kekurangan. Bahkan, Ia harus bekerja demi memenuhi kebutuhan pokoknya Namun, kedatangan...