CHAPTER 15

2.3K 202 1
                                        

Aku terpangu menatap kepergian Harry. Semua orang menatap ku layaknya orang tertolol di dunia. Dengan pelan, aku menggapai pinggir kolam dan naik ke daratan. Mengapa kau begitu tolol, Alice? Mau saja diperdaya Harry.

Semua orang menyoraki ku dengan kata kata kasarnya dan aku segera berlari menuju meja yang jauh dari kolam renang. Aku memanggil satu pelayan dan memesan vodka. Sungguh, aku ingin lenyap sekarang juga.

Setelah pelayan tadi membawakan vodka, aku segera menuangkannya ke gelas dan meminumnya dengan satu teguk. Aku benar benar membutuhkan ini. Lantas, aku memanggil pelayan dan memesan terus menerus entah sampai botol keberapa.

Tanpa sadar pandanganku mulai mengabur dan semua hina-an orang yang ku terima menjadi hal yang menyenangkan bagiku. Aku tertawa bebas tanpa memikirkan apapun yang memenuhi rongga pikiranku.

Samar ku lihat seorang pria berlari ke arah ku. Entahlah siapa dia. Ia duduk tepat di depanku dan mengamit tanganku.

"Alice, kau harus minum air putih!"

Aku tertawa dan menggeleng kasar lalu menghempaskan tangannya. Aku berdiri meninggalkan orang itu dan masuk ke kerumunan orang yang sedang berpesta.

Tiba tiba ada seorang lelaki yang merangkul ku lalu mencium daun telinga ku terus sampai ke bibirku.

Aku membalas ciumannya dengan garang dan sesekali meraba dada bidangnya. Ia menarik tanganku ke suatu tempat yang ku asumsikan adalah sebuah kamar.

Ia mendorong ku ke ranjang dan menopang tubuhnya dengan tangannya. Ia menciumi bibirku kasar sambil sesekali menyentuh payudaraku. Oh astaga! Aku terbuai dengan semua ini.

GEBRAK!

Dobrakan pintu membuat pria tadi bangun dan mengepalkan tangannya.

Brengsek! Persetan kepada siapapun yang mengangguku.

"Pergi kau, keparat!" Bentakan suara seseorang membuat kepala ku semakin pening. Aku memegang kepala dramatis dan berjalan menuju toilet memuntahkan gejolak aneh di perutku.

"Kau tak apa, Alice?" Ini masih suara yang sama dengan pria yang menganggu hubunganku tadi. Dia memegang air putih dan memberikannya padaku. Dengan kesal, aku melempar gelas itu dari tangannya dan terdengar suara pecahan beling yang keras.

Lagi, aku tertawa bahagia menyaksikan orang dengan raut paniknya. Tidak jelas memang siapa saja yang ada disini. Namun cukup terasa bahwa raut muka mereka menggambarkan kepanikan dan kekhawatiran.

Aku berjalan melompati pecahan beling dan tertidur tepat di kaki ranjang. Ini sangat nyaman. Aku berdiri sejenak lalu mengambil guling dan melanjutkan tidur di bawah.

.

Aku menggeliat merasakan hawa dingin di sekujur tubuhku. Lantas aku menaikan selimut sampai ke ujung kepala dan bersembunyi di dalamnya.

Aku mengerjap mata merasakan kantuk yang sudah mulai lenyap karena rembesan sinar matahari. Namun, nyamannya ranjang ini enggan membuatku bangun. Ditambah, kepala ku yang terus berdenyut dan terasa berputar.

Aku mencoba untuk bangun mengambil air putih namun sebuah tangan melingkar di pinggangku. Aku menoleh dan melihat Phillip sedang tidur dengan damai. Dalam tidurnya, senyum ketulusan masih terdapat di bibirnya.

Aku mencoba melepaskan rengkuhannya dan berjalan keluar kamar. Mencari dapur di rumah sebesar ini ditambah dengan kepala ku yang pusing, adalah hal yang sulit.

"Alice?" Aku menoleh melihat Harry dengan sepotong sandwich di tangannya. Sapa dia, Alice. Aku lebih memilih mengabaikannya dan berjalan mencari dapur.

LUCKY [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang