Prolog

631 19 10
                                    

Sebagai manusia biasa tentunya ingin diri ini dicintai juga sekaligus bisa mencintai. Terutama kepada sang lawan jenis. Apalagi hampir semua temanku sudah punya pasangan masing-masing.

Tetapi jika suatu saat kesempatan itu datang menghampiri, banyak cinta datang menyapa, akankah diri ini dengan senang hati menerima salah satunya ataukah semuanya?

Bimbang hati ini untuk memilih jika ternyata cinta kepadaNya menjadi nomor kesekian daripada cinta-cinta yang lain. Jadi cinta yang manakah yang akan ku pilih?

*****

Perkenalkan namaku Alya Choirunnisa. Nama yang indah untuk diucap sekaligus memiliki arti yang indah juga. Sebaik-baik wanita yang mulia, begitulah kira-kira artinya. Orang tuaku benar-benar memberiku nama yang indah. Sebuah nama merupakan doa. Semoga diriku bisa menjadi wanita yang mulia seperti impian kedua orang tuaku.

Umurku 16 tahun dan aku baru masuk ke jenjang pendidikan SMA. Di umur segitu memang aku masih labil dalam hal emosi maupun pikiran.

Aku seorang anak tunggal. Ayahku sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu. Beliau meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Angkot yang disopirinya ditabrak oleh truk yang berlawanan arah akibat sopir truk yang mengantuk.

Sedangkan ibuku berjualan aneka makanan dan minuman di kantin sebuah SDN. Aku kerap membantu ibu menyiapkan barang dagangannya. Untuk itu, aku dan ibu harus bangun sebelum shubuh untuk belanja dan memasak aneka jajanan.

Hidup kami terasa berat sejak kepergian ayah. Biaya hidup kami sebagian besar hanya mengandalkan uang dari keuntungan ibu berjualan.

Untunglah di sekolahku dulu, aku mendapatkan beasiswa karena prestasiku. Aku selalu masuk dalam ranking tiga besar. Ya aku memang harus tahu diri, setidaknya dengan belajar yang tekun aku bisa membantu meringankan beban orang tuaku.

Beasiswa itu akan berlanjut sampai jenjang sarjana jika aku tetap bisa mempertahankan nilaiku. Tentu saja aku mau sekolah sampai sarjana walaupun kedua orang tuaku hanya tamatan SMP.

Seperti halnya sekarang karna tak lama lagi aku akan memasuki sekolahku yang baru, salah satu SMAN favorit di kotaku ini. Tentu saja ada kebanggaan tersendiri bisa masuk ke sana. Bahkan hanya ada tiga siswa dari SMPku dahulu yang bisa masuk ke sana. Yaitu aku, Ratno dan Hendra.

Kebetulan kami bertiga cukup dekat. Kami ikut ekstrakulikuler yang sama. Pencak silat. Mungkin ini sedikit aneh kedengarannya di telinga kalian bila seorang perempuan ikut kegiatan yang banyak didominasi oleh laki-laki.

Tapi dulu kedua orang tuaku mendukungku. Karna dengan ikut pencak silat, bukan hanya fisik kita yang terlatih, tapi kita setidaknya bisa menjaga diri kita sendiri pada saat dibutuhkan. Karna jaman sekarang banyak tindak kejahatan pada perempuan. Jadi perempuan harus kuat, harus bisa menjaga dirinya sendiri.

Mungkin karena banyak bergaul dengan anak lelaki, aku menjadi pribadi yang sedikit tomboy. Rambutku selalu kupotong pendek seperti rambut anak laki-laki. Rekor rambut terpanjangku paling hanya sepundak.

Sebetulnya ibuku ingin aku membiarkan rambutku sampai panjang. Ibu bilang rambutku bagus dan unik. Karna tak semua orang punya rambut lurus di pangkalnya tapi menggulung di ujungnya. Seperti rambut hasil dari salon saja, padahal itu rambut asliku.

Tapi kalau untuk wajah dan tubuh, ibu yang memaksaku untuk tetap memakai lotion. Ibu bilang supaya kulitku tidak menjadi kasar seperti kulit anak laki-laki. Make up yang kupakai sehari-hari paling cuma bedak tabur. Itu pun cuma sebagai penanda kalau aku ini benar-benar anak perempuan.

Aku punya kulit coklat cerah dan perawakan tubuh yang sedang seperti pada umumnya perempuan Indonesia. Aku kira seperti itu penggambaran tentang diriku.

Sekarang yang harus kupersiapkan adalah hari pertamaku besok memasuki sekolahku yang baru. Semoga acara mos sekolah baru nanti bisa kulalui dengan lancar.

Cinta Siapa yang Kupilih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang