"Hai Al, gimana dengan kakimu?" sapa tiba-tiba Sella yang sudah berada di sampingku.
"Hai kalian ikut dateng juga rupanya. Lumayanlah, kakiku dah mendingan sekarang," jawabku.
Tika dan Sella, mereka berdua juga anggota the girls, masing-masing duduk mengapitku.
"Tentu dateng dong. Selain mendukung tim basket sekolah kami, kami juga ingin melihat aksi Cindy. Juga menemanimu. Sayang ya kamu jatuh kemarin. Kalo gak pasti deh ikut perform sekarang," kata Tika padaku.
"Udahlah gak usah dibahas kejadian itu lagi. Bikin bete aja. Lagian aku dah ijin keluar sejak insiden itu," kilahku.
"Ya udah deh, terserah kamunya aja. Kami sebagai temenmu cuman bisa ngasih support apapun keputusanmu," kata Tika lagi yang kali ini juga diiyakan oleh Sella.
"Hei Al, mana Kak Tio yang katanya pacarmu itu? Kami kepo deh pingin liat aslinya kayak apa. Beneran cakep kayak yang di foto pa gak? Beneran gak kayak apa yang diomongin cewek-cewek sekolah sekompleks? Ganteng, tinggi, atletis, keren, macho, romantis abis..."
Segera ku bekap mulut cerewet Sella. Ku arahkan telunjukku ke tempat Kak Tio sedang berada.
"Itu liat... cowok dengan kostum basket dominan merah bernomor 9. Gimana menurut kalian?" tanyaku.
Pandangan Tika dan Sella pun segera mengikuti arah telunjukku. Sontak kedua mulut Tika dan Sella ternganga dibuatnya.
"Oh my... gak ku-ku, gak na-na Al! Kak Tio ternyata cakep bingitz. Kalo aku belum punya pacar, kalo kamu bukan pacar Kak Tio, kalo gak inget sesama anggota the girls gak boleh saling nikung, aku bakalan ngejar-ngejar dia Al," kata Tika berapi-api sembari geregetan sendiri.
"Ho-oh Al, itu Kak Tio cakep banget sih? Ih... kamu beruntung banget tau. Pertamanya dapet pacar langsung te-o-pe, kece badai, cowok idaman banget deh ah! Boleh gak pegang-pegang dikit nanti?" tanya Sella juga padaku.
"Hush! Emang Kak Tio barang apa bisa dipegang-pegang sembarangan?" protesku.
"Duh Alya ih...! Gak ngerti kode-kodean. Maksudnya tuh nanti kenalin Kak Tionya ma kita berdua. Begichu...," terang Sella dengan mulut mengerucut lucu.
"Oh... begichu! Ya, ya, ya...," sahutku ikut-ikutan gaya ngomong Sella.
Berteman dengan the girls memang membuat sisi cewekku yang lain muncul. Secara perlahan aku jadi mengikuti gaya mereka. Cewek yang feminin, genit dan sedikit heboh bila lihat cowok yang bening-bening. Semua sifat itu tak kan ku dapatkan jika hanya berteman dengan Ratno dan Hendra.
"Trus, trus... kata Cindy, mantannya Kak Tio juga ikut cheers juga. Gara-gara dia, kamu jadi jatuh kemaren. Mantannya yang mana sih Al?" tanya kepo Tika.
"Itu... yang rambut panjang dikuncir satu, kulitnya putih dan lagi ketawa-ketawa sekarang. Mungkin mulai gila kali?!" jawabku sebel.
"Oh... pantes ya pernah jadian ma Kak Tio. Serasi banget gitchu...! Yang satu cantik bingitz, yang satunya ganteng abiz," kata Sella yang membuat telingaku panas mendengarnya.
Aku melotot ke arah Sella, "Hei Sel! Yang jadi temenmu di sini sapa? Aku ato dia sih?!" tanyaku sebel.
"Ups... sorry Al! Keceplosan hehehe...," jawab Sella sambil menyengir.
Tika kemudian merangkul bahuku, "Tenang aja Al! Walaupun dia menang cantik, tapi kalo urusan body masih kalah ma kamu. Punyamu lebih gede."
"Apanya Tik?"
"Itunya."
"Itunya apa sih?"
"Anunya hahaha...," jawab asal Tika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Siapa yang Kupilih?
Teen FictionKetika banyak cinta yang datang menyapa di saat hati ini masih merindu cintaNya, lalu cinta siapa yang kupilih?