Bab 21

104 5 0
                                    

"Bukan urusanmu Al! Kamu gak akan ngerti apa yang aku rasakan," kata Kak Tio sambil menarik tangannya paksa dan berusaha memasukkan obat itu ke dalam mulutnya.

Aku segera mencegahnya hingga obat itu terlempar ke lantai. Kak Tio berusaha hendak mengambil obat itu. Aku menghalanginya lagi dengan merentangkan kedua lenganku.

"Minggir Al!"

"Kak Tio, jangan! Obat itu hanya akan merusakmu. Tolong sayangi tubuhmu Kak."

"Buat apa aku peduli pada tubuhku? Gak ada yang peduli ma aku Al."

"Kakak gak liat apa fans Kakak banyak di sekolah? Kakak idola cewek-cewek di sekolah. Kakak jago maen basket. Tolong jangan sia-siakan itu."

"Yang mereka liat hanya kelebihanku Al, bukan kekuranganku. Jika mereka tau sebenarnya aku ini seperti apa, mereka pasti akan meninggalkanku. Kau pun juga pasti akan meninggalkanku setelah ini kan? Aku ini cowok lemah Al. Dengan konsumsi obat itu, aku bisa menjadi lebih percaya diri dan bahagia," kata Kak Tio lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Kak, aku tau itu cuma asumsimu semata. Kak Tio yang aku kenal gak kayak gini. Lagi pula aku gak akan meninggalkanmu. Aku, aku... juga mencintaimu," kataku dengan suara terbata.

"Kau mencintaiku tapi gak mau jadi pacarku?"

"Baiklah aku mau, dengan syarat Kakak gak make obat itu lagi."

"Baiklah Al, aku janji."

Kak Tio kemudian memelukku dengan erat. Aku pun membalas pelukannya. Hah... aku terpaksa menjawab iya sekarang. Aku gak mau Kak Tio menjadi pecandu narkoba. Lagipula aku juga mencintainya. Lalu hubunganku dengan Mr. Nando akan aku pikirkan kemudian. Ish... kedua pacarku berada dalam satu sekolah yang sama. Jadi aku harus pintar-pintar mengatur waktu untuk keduanya. Ya, ku rasa tips dari Cindy akan banyak membantuku nanti.

*****

Kini aku berada di sebuah kamar yang mewah. Kamar tamu yang tepat berhadapan dengan kamar pribadi Kak Tio. Tadi kami akhirnya berbicara tentang banyak hal. Ternyata menjadi anak orang kaya gak selalu enak. Kurang perhatian dari orang tua salah satunya. Karna orang tua sibuk dengan bisnisnya masing-masing. Mereka memberikan segala fasilitas dan kemewahan pada anaknya tanpa mau mendengarkan apa yang menjadi kebutuhan anaknya. Kasih sayang, rasa saling mencintai di antara anggota keluarga, waktu bertemu yang terbatas apalagi dengan luas rumah yang sebesar ini. Bukan gak mungkin walaupun sekeluarga berada dalam satu rumah, bisa saja mereka tidak saling bertemu muka.

Hah... hidup ternyata terasa membingungkan. Aku yang anak orang miskin aja bermimpi menjadi anak orang kaya. Sedangkan Kak Tio yang anaknya orang kaya malah beranggapan kalo aku lebih bahagia dari pada dia. Karna aku masih punya ibu yang setiap hari bisa bertemu di rumah. Gak seperti ibunya yang jarang berada di rumah.

Suara tiba-tiba dering hp-ku mengagetkanku. Aku segera merogoh isi tasku. Ternyata sebuah pesan ku terima.

From : Mr. Nando

Tomorrow I will pick you up at your house at 7.00 am. Don't go everywhere Alya.

Astaga! Bagaimana ini? Mr. Nando mau menjemputku di rumah besok. Padahal sekarang aja aku kan ada di rumah Kak Tio. Lagipula untuk pulang ke rumah saat ini juga gak mungkin. Selain udah malam, aku juga udah janji menginap ma Kak Tio. Ah... aku punya ide. Segera ku ketik balasan pesan pada Mr. Nando.

To : Mr. Nando

Forgive me Nando, I'm still at my uncle's house now. If you want to meet me, I can come alone at your apartment.

Cinta Siapa yang Kupilih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang