Bab 24

173 6 2
                                    

Walaupun cuman tinggal sehari, tapi aku tetep semangat masuk sekolah. Aku gak mau lagi menambah daftar panjang nilai minusku di depan guru BP apalagi Mr. Nando. Setidaknya juga aku gak bakalan ketinggalan pelajaran terlalu jauh.

"Al, beneran kamu dah putus dengan Kak Tio?" tanya kepo Cindy ketika kami berdua sedang berada di kantin sekolah ketika jam istirahat.

"Kamu tau dari mana Cin?" tanyaku balik.

"Ya dari gosip yang beredar. Palagi tuh liat aja sendiri. Kalo kamu dan Kak Tio masih pacaran, mana mungkin Kak Tio duduk ma cewek lain? Keliatan mesra lagi," kata Cindy sambil menunjuk dengan dagunya keberadaan Kak Tio.

Emang bener ternyata yang dikatakan ma Cindy. Sekarang Kak Tio sedang duduk sambil bersenda gurau dengan seorang cewek yang aku gak kenal namanya sapa. Mungkin cewek itu kakak senior. Apa cuma aku aja sih yang ngrasain putus cinta itu gak enak? Kok Kak Tio terliat biasa aja ya? Malah bisa ketawa-ketiwi ma cewek lain kayak gitu. Mana ucapannya yang cinta ma aku dulu itu? Cinta tapi kok mudah nglupain begitu aja.

"Udah ah Cin, gak usah dibahas lagi," kataku sambil membuang muka ke arah lain.

"Iya sih bikin nyesek aja yak. Kita cabut yuk dari sini. Kasihan aku kalo liat kamu Al," ajak Cindy penuh perhatian padaku.

"Emang aku keliatan kayak kaum dhuafa ya Cin sampe harus kamu kasihani?" tanyaku berusaha membanyol dengan muka memelas.

"Iya kali, patut dikasih sedekah nih kayaknya. Sedekah cinta hahaha...," balas Cindy tak mau kalah.

"Asal kamu tau aja ya, aku gak butuh tuh sedekah cinta. Si cinta udah dateng duluan tuh."

"Kamsud lo udah ada cadangan gitu Al?" tanya Cindy heboh dengan mata membulat tak percaya.

Aku segera berdiri, hendak beranjak dari tempat dudukku. "Menurutmu?" tanyaku balik dengan nada sok misterius.

"Ah Alya, critain dong!"

"Gak mau we....," jawabku mengejek dan meninggalkan Cindy.

Cindy yang gak terima aku ejek segera mengejarku. Aku gak mau kalah gesit dengan Cindy hingga aku pun berlari menghindarinya sepanjang koridor menuju ke kelas. Setidaknya dengan menggoda Cindy, untuk sejenak aku bisa melupakan kisahku dengan Kak Tio. Bisa tertawa riang walaupun untuk beberapa detik. Ku rasa itu lebih dari cukup.

*****

Rupanya ada keberuntungan juga untukku. Sekolah hari ini pulang lebih awal. Biasa, rapat guru. Entah apa yang dirapatkan, aku pun tak peduli. Yang pasti semua murid pada happy karna bisa pulang lebih cepat. Apalagi ini weekend. Jadi rencanaku dan temen-temen the girls datang ke spa juga bisa lebih cepet.

Istana Salon & Spa. Begitu nama yang tertera besar dan jelas di depan gedung bertingkat itu. Kata temen-temen the girls, di sini tempat perawatan kecantikan top to toe yang lengkap dengan harga yang murah. Kayaknya murah menurut mereka bertiga tapi mahal menurutku. Bayangkan aja, ambil sepaket perawatan yang komplit itu harus merogoh kocek dengan enam digit angka nol di belakang. Tapi gak pa-palah, kan cuman sekali aja.

Ruangan untuk tempat perawatan kecantikan bagus, bersih dan nyaman. Sejuk lagi. Padahal di luar, cuaca sangat terik. Aku, Cindy, Sella dan Tika sepakat mengambil yang tipe standard room dengan satu ruangan yang tanpa disekat. Jadi sambil menikmati perawatan kecantikan, kami masih bisa mengobrol berempat.

Aduh, gini ya rasanya jadi orang kaya. Dipijeti enak banget. Jadi ngantuk dan pingin tidur. Setelah body massage, kami berempat masuk ke tempat sauna portable. Perawatan lanjut ke body scrub and body mask. Dan setelahnya kami bisa menikmati mandi dan berendam di kolam jacuzzi. Ingin rasanya aku berendam lebih lama lagi. Tapi gak bisa rupanya karna perawatan masih berlanjut.

Cinta Siapa yang Kupilih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang