Bab 10

143 6 6
                                    

Hoamh.... aku menggeliat. Ku rasakan tidur yang benar-benar nyenyak. Ingin aku memejamkan mataku lagi yang masih mengantuk. Tapi aku ingin tahu jam berapa sekarang. Ku raba sebelah bantalku, tempat biasanya aku menaruh hp.

Mulai aku memicingkan mata, mencoba menahan rasa kantuk yang ada. Jam 06.15. Apa?! Mataku langsung membuka seketika. Aku segera duduk dan mulai melihat sekitar. Ah... ya aku ingat sekarang. Aku ada di kamar Ratno.

Makanya tidak ada suara Ibu yang membangunkanku untuk sholat shubuh. Lagian sudah jam segini juga. Shubuhnya dah dipatuk ayam. Sudah telat sekali. Walaupun aku biasanya juga sholat kilat. Tapi kali ini gak usah sholat ajalah. Toh Ibu juga gak tahu jadi tak kan ada yang memarahiku.

Lebih baik aku mandi saja supaya badanku segar. Enak juga jadi orang kaya ya, ada kamar mandi di dalam kamar tidurnya. Hm... apalagi ternyata Ratno lumayan rapi anaknya. Kamar tidur dan kamar mandinya juga bersih.

Selesai mandi, aku segera turun ke lantai bawah. Ya aku tahu dirilah. Aku ini tamu di sini. Setidaknya ada yang bisa ku lakukan untuk membantu sang tuan rumah.

Ternyata tuan rumahnya masih molor juga. Tampak Ratno dan Hendra yang masih tidur pulas di atas karpet di depan tv. Aku melewati mereka dengan pelan. Ku dengar ada suara di bagian belakang rumah. Ya itu tempat dapur berada.

"Pagi Tante," sapaku pada Tante Amel, Mamanya Ratno.

"Pagi. Eh... Alya juga ikut nginep ternyata? Wah... kamu keliatan tambah cantik aja Al," puji Tante Amel.

"Masak sih Tan?" tanyaku seraya tersipu malu.

"Iya, mungkin karna pake dress ya? Biasanya kan kamu pake celana panjang dan kaos kedodoran. Rambutmu juga dipanjangin sekarang."

"Hahaha... iya kali Tan. Mm... lagi masak ya Tan? Boleh Alya bantuin?" tawarku.

"Iya, boleh bangetlah. Tante malah senang ada yang bantuin. Anak Tante kan cowok semua. Ratno dan Reno mana mau bantuin masak? Tuh liat sendiri, jam segini masih pada tidur semua."

"Masak apa nih Tan?" tanyaku sembari mendekati Tante Amel.

"Masak yang gampang aja. Sayur sop dan ayam goreng. Kamu bisa bantu motong-motong sayurannya tuh Al."

Aku pun segera mengambil sayur wortel dan buncis yang ada di meja dapur. Dapurnya bersih dan bagus. Kalau di rumahku dapurnya sebagus ini, mungkin akan jarang dibuat masak. Sayang nanti dapurnya kotor. Setiap hari pasti akan dilap terus.

"Iya Tan. Betul motongnya kayak gini?" tanyaku memastikan.

"Iya betul. Wah kamu pinter masak juga ya?" puji Tante Amel padaku.

"Gak juga kok Tan. Biasanya kan Alya bantu-bantu Ibu masak. Makanya tau dikit-dikit," kataku seraya memotong wortel.

"Kalo ada yang bantuin gini, Tante jadi semangat masak. Gimana kalo nanti kita bikin kue?"

"Boleh Tan, Alya pasti bantuin."

"Kita bikin rainbow cake aja ya. Nanti sebagian bisa kamu bawa pulang buat Ibumu."

"Iya Tan, makasih."

Aku dan Tante Amel pun melanjutkan acara masak-memasak dengan diselingi obrolan ringan. Tante Amel orang yang menyenangkan. Akan ada saja bahan omongan jika bersamanya. Terkadang aku yang dibuat terpingkal karna guyonannya.

"Hm... baunya wangi dan enak banget. Dah mateng belum Ma?" tanya Ratno kepada Mamanya.

"Baru bangun tidur itu langsung ke kamar mandi Rat, bukannya ke dapur," omel Tante Amel.

"Ratno dah laper Ma. Makan dulu baru ke kamar mandi," jawab Ratno seraya mengambil piring dan sendok.

"Kamu tuh apa gak malu ada Alya lagi. Jorok banget sih!"

Cinta Siapa yang Kupilih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang