"Alya? Ih, kok sekarang kamu pake baju kedodoran kayak gini sih?" tanya Cindy padaku ketika aku baru aja duduk di bangkuku.
"He-em, gak pa-pa kan?" jawabku santai sembari meletakkan tas di sebelahku.
"Ih, gak pantes tau! Kamu kayak kutu buku aja deh! Body kamu jadi gak keliatan," protes Cindy sengit. "Jangan-jangan karna kamu mulai ikut ekskul rohis itu, makanya jadi rubah penampilan kayak gini?"
"Ya, ada benernya juga sih. Tapi ini semua karna aku emang ingin berubah menjadi lebih baik. Gak hanya dengan sifatku, tapi juga dengan penampilanku Cin. Aku harap, kamu gak mempermasalahkan penampilanku yang sekarang. Kita masih bisa temenan kan?"
Cindy menarik nafas panjang, "Hah ... ya udah kalo itu emang kemauanmu Al. Selama kamu nyaman sih, aku oke aja. Dan selama kamu masih baik hati nolongin aku dalam hal pelajaran alias contek-menyontek, so pastilah kita masih temenan."
"Ish, aku tuh jadi merasa gagal jadi guru les privatmu Cin. Cobalah sekali-kali untuk ngerjain soal sendiri. Kamu tuh pasti bisa asal gak males aja. Ini ilmu yang keliatan aja lho! Padahal ilmu yang gak bisa keliatan aja bisa dipelajari," kataku panjang lebar.
Cindy mengibaskan rambut panjangnya ke belakang, berlagak seperti model iklan shampoo. "Iya deh, Bu Guru. Udah ya ceramahnya. Sekarang mana buku pr matematikamu? Aku mo nyalin nih!"
Astaga?! Ternyata aku ngomong panjang kali lebar tadi hanya dianggap angin lalu oleh Cindy. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Cindy. Dengan terpaksa aku ulurkan buku pr matematikaku ke arahnya.
Untunglah temen-temenku yang lain juga gak terlalu mempermasalahkan penampilanku yang sekarang. Bahkan Ratno dan Hendra mendukungku. Mereka berdua malah senang aku berpakaian agak longgar begini.
Tak hanya itu kebahagianku. Walaupun aku sempat bersedih dan down karena kepergian Ibu, tapi untunglah aku masih bisa mempertahankan nilai terbaik di kelasku. Di akhir semester satu ini, aku mendapat rangking satu. Mr. Nando sangat senang dan memberi ucapan selamat. Bahkan dia mengijinkanku meminta apapun yang kumau. Tapi gak, aku gak minta apa-apa. Udah membuatnya senang dan bangga karna prestasiku, itu udah cukup bagiku.
*****
Drttt .... Bunyi getaran hp membuatku bangkit dari tidur malas-malasan. Sekarang udah libur semester, cukup lama, dua minggu. Jadi wajarlah aku malas-malasan di rumah. Asal aku sudah membantu Budhe membersihkan rumah.
Dari : 081331xxxxxx
Alya, ini dg Bu Lusy. Tlg kamu cpt pergi ke apartemen Mr. Nando. Ada hal penting yg ingin aku bicarakan dgmu.
Aku cukup terkejut membaca isi pesan itu. Ini dari Bu Lusy dan ada hubungannya dengan Mr. Nando. Ada apa ini? Segera kuketik balasan pesan pada Bu Lusy yang menyatakan aku akan segera pergi ke apartemen Mr. Nando secepatnya.
Hari udah menjelang sore saat ini. Untunglah aku udah mandi tadi. Segera aku menyambar jaket kulit dan tas selempang kecilku. Tak lupa aku bawa juga payung lipat karna rintik hujan mulai turun. Udara pun menjadi lebih dingin sekarang. Setelah berpamitan dengan Budhe, aku berangkat menggunakan taxi agar lebih cepat sampai.
"Bu Lusy ...," sapaku ketika melihat Bu Lusy berdiri di samping pintu apartemen Mr. Nando. Dia memandangku dan tersenyum sekilas.
"Kau sudah sampai? Cepat juga. Mr. Nando sangat berarti bagimu ya?" tanya Bu Lusy dengan ekspresi datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Siapa yang Kupilih?
Teen FictionKetika banyak cinta yang datang menyapa di saat hati ini masih merindu cintaNya, lalu cinta siapa yang kupilih?