Hari Senin ini adalah hari pertama diriku masuk sekolah di SMA. Setelah selesai pekerjaanku membantu Ibu, aku segera bergegas untuk berangkat ke sekolah.
Untunglah lokasi sekolahku cukup dekat. Aku bisa ke sekolah dengan berjalan kaki ataupun dengan naik angkot yang hanya sekali saja. Tapi untuk hari pertama masuk sekolah kali ini, aku putuskan untuk naik angkot. Aku tak mau terlambat di hari pertamaku masuk sekolah.
Kali ini aku menggunakan seragam SMPku yang lama. Hem putih berlengan pendek dan celana panjang biru. Memang di sekolahku dulu murid perempuan diperbolehkan memakai seragam celana panjang. Mungkin pertimbangan dari pihak sekolah supaya murid perempuan tidak ikut tren memendekkan panjang rok menjadi di atas lutut.
Aku pun berencana kalau nantinya seragam SMAku sama dengan seragam SMPku ini. Tentunya itu juga akan membuatku lebih leluasa bergerak.
Dengan rambut cepak dan kulit kecoklatan seperti ini, dari belakang aku akan tampak seperti murid laki-laki. Tapi dari depan tetaplah aku seorang perempuan. Ya dada yang lebih besar dari punya lelaki tak bisa ditutupi bukan?
*****
"Hai Al, baru datang ya? Kangen nih kami berdua," suara Hendra mengangetkanku. Ya kedua temanku ini Ratno dan Hendra masing-masing merangkulku dari samping. Aku berada di tengah di antara mereka.
Mereka berdua teman yang paling dekat. Kami bertiga semakin akrab karena kami memang selalu satu sekolah sejak kami SD. Entah disengaja atau hanya suatu kebetulan saja. Kami pasti mendaftar di satu sekolah yang sama. Lihatlah sekarang di SMA ini kami juga ketemu lagi, bagaikan tiga orang anak kembar yang lain ayah lain ibu, seperti ada ikatan batin saja.
"Kangen apaan coba? Liburan aja kalian seneng-seneng sendiri. Mana gak inget lagi ma aku. Oleh-olehnya mana heh?" tanyaku dengan malas.
Liburan kemarin Hendra pergi wisata ke Bali, ke rumah sepupunya. Sedangkan Ratno pergi wisata ke Bogor, ke rumah neneknya. Ya mereka memang anak dari orang kaya. Pergi liburan begitu mudah buat mereka. Sedangkan aku yang anak orang tak punya harus bekerja mengisi waktu liburanku. Di saat waktu liburan kenaikan kelas, ibu tidak berjualan di kantin sekolah SD. Jadi aku dan ibu yang berjualan keliling dari kampung ke kampung.
"Hahaha... ada kok di rumah. Tak bawain leak kamu dari Bali," sahut Hendra.
"Aku bawain kamu daun teh yang dipetik langsung di pucuknya Al, masih seger lho," kali ini Ratno juga menimpali.
"Gak lucu tahu! Udah ah males ngomong sama kalian berdua."
"Dih... pake ngambek segala Al, kayak cewek aja sih!" sindir Ratno. Hendra malah ikutan tertawa mengejek.
Segera kuhempaskan rangkulan lengan keduanya. Kupelintir tangan keduanya ke belakang.
"Masih berani gak ngejekin aku? Atau mau lebih dari ini heh?"
"Duh..duh..duh Al ampun deh! Kami minta maaf. Kami gak maksud ngejek kok, suer!" ujar Hendra sambil merintih kesakitan. Ratno juga ikut mengangguk mengiyakan. Segera kulepaskan pelintiran tangan keduanya. Keduanya langsung mengusap-usap tangan bekas pelintiranku tadi.
"Hampir dua minggu kita gak ketemu lho Al, tapi tenagamu masih tetap kuat aja," ujar Hendra dengan bibir dimanyunkan.
"Lah aku kan masih tetep latihan, gak kayak kalian berdua. Pasti liburan yang ada diisi untuk makan, tidur dan jalan-jalan aja kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Siapa yang Kupilih?
Novela JuvenilKetika banyak cinta yang datang menyapa di saat hati ini masih merindu cintaNya, lalu cinta siapa yang kupilih?