"Sudahlah, tak perlu kau jawab. Ayo cepat ikut aku!" ajak Kak Tio sambil menarik tanganku. Jalannya cepat sekali seperti sedang berlari saja. Aku sampai kewalahan mengikuti langkah lebarnya.
TIN TIN!
Suara kunci mobil terbuka.
"Masuklah!" perintah Kak Tio padaku.
"Ini mobil siapa?" tanyaku.
"Menurutmu?" tanyanya balik padaku.
Ya, ya, ya. Tentu saja ini mobilnya karna dia yang barusan membuka kunci mobil ini. Mobil sport warna merah menyala yang hanya berkapasitas dua orang penumpang. Mobil orang pelit karna yang boleh menumpang cuma satu orang saja.
Aku bertanya begitu kan karna hanya tidak menyangka saja kalau Kak Tio pergi ke sekolah naik mobil. Soalnya dulu kan Kak Tio naik sepeda motor saat aku pernah menolongnya. Apalagi mobil ini diparkirnya agak jauh dari gerbang sekolah.
Aku pun segera masuk dan duduk di bangku penumpang. Kemudian segera memasang seat belt.
"Kita mo kemana ini Kak?" tanyaku.
"Sudah, duduk dan diem ja. Ntar juga tau," jawab ketus Kak Tio.
Tanya aja gak boleh? Aku kan juga pingin tahu mo kemana ini. Aku kesel sendiri jadinya.
"Tu bibir gak usah dimajuin-majuin kayak gitu. Minta dicium apa?" tuduh sarkas Kak Tio padaku.
Kontan aku menoleh dan melotot marah ke arahnya.
"Enak aja! Sapa yang minta dicium? Kak Tio kali!" jawabku sewot.
"Boleh juga. Ya udah sini cium aku," kata Kak Tio sambil memajukan wajahnya ke arahku.
"Gak mau!" kataku sambil menolehkan kepalaku ke arah kaca samping mobil.
"Kalo gitu diem aja, jangan banyak tanya."
Aku pun hanya bisa diam mengikuti perkataan Kak Tio. Hanya terdengar deru mesin mobil yang memecah keheningan antara aku dan Kak Tio. Sepanjang perjalanan tak ada obrolan kami bahkan tak ada juga suara lagu dari radio mobilnya. Masak mobil mahal radionya dah rusak sih? Tapi aku gak berani tanya-tanya lagi. Kak Tio nyebelin!
Ternyata Kak Tio mengajakku pergi ke pantai di pinggir kota. Mobilnya diparkir di bawah pohon besar. Angin pantai yang bertiup sepoi-sepoi dan pemandangan air laut yang berombak kecil merupakan perpaduan yang sangat indah.
Jika tidak sedang kabur dari sekolah, pastilah aku sangat senang diajak pergi ke sini. Perasaanku menjadi tidak tenang karna ini pertama kalinya aku kabur dari sekolah saat pelajaran masih berlangsung.
Kak Tio kemudian keluar dari mobilnya. Aku pun juga melakukan hal yang sama.
Kak Tio kemudian berdiri bersandar di depan kap depan mobilnya. Dia mulai mengeluarkan bungkus rokok dari saku celananya.
"Kau mau?" tanya Kak Tio menawariku rokoknya.
"Aku gak merokok Kak," tolakku.
"Ini ambil. Coba aja. Nanti juga kamu bakalan terbiasa," kata Kak Tio sembari memberiku sebatang rokok langsung ke tanganku.
Aku hanya mengamati rokok yang diberikan oleh Kak Tio. Kemudian Kak Tio menyalakan rokok yang ku pegang dengan pemantik apinya.
"Hisap perlahan, rasakan sensasinya, kemudian hembuskan asapnya pelan, " perintah Kak Tio padaku.
Aku ragu untuk mencobanya. Walaupun Ratno dan Hendra juga merokok, tapi mereka tak pernah mengajariku untuk merokok.
"Cobalah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Siapa yang Kupilih?
Teen FictionKetika banyak cinta yang datang menyapa di saat hati ini masih merindu cintaNya, lalu cinta siapa yang kupilih?