Tak seperti biasanya, malam minggu ini dengan sengaja Ratno dan Hendra menjemputku di rumah agar aku tidak absen lagi melatih silat adik-adik kelas di SMP-ku dulu. Dengan terpaksa aku pun mengikuti kemauan mereka. Padahal aku bisa jalan-jalan sendiri dengan Cindy. Kebetulan malam minggu ini pacar Cindy sedang dinas luar kota lagi.
Aku heran melihat Ratno dan Hendra yang semangat sekali melatih silat daripada pergi berkencan dengan pacarnya. Apa pacar mereka gak protes ya? Sebagai info aja, mereka berdua dengan cepat sudah mendapatkan pacar masing-masing. Masih teman seangkatan tapi lain kelas.
Kalau aku mau sih, aku juga bisa mendapatkan pacar dengan cepat. Aku bisa saja mengiyakan tawaran Mr. Nando untuk jadi pacarnya. Apalagi dengan berbagai barang-barang bermerk yang ditawarkannya. Mr. Nando memang tampan dan kaya. Tapi... entahlah hatiku tidak yakin dengannya. Apalagi melihat hubungan spesialnya dengan Bu Lusy. Aku tak mau menjadi orang ketiga di antara mereka.
"Yuk berangkat! Aku dah siap nih," ajakku pada Ratno dan Hendra yang menunggu di teras rumahku setelah aku berpamitan pada Ibu.
Aneh! Mereka berdua malah diam dan memandangiku dari atas ke bawah, terus memandangiku lagi dari bawah ke atas.
"Kenapa....?" tanyaku heran.
"Al, kamu mau ngelatih silat ato mo pergi kencan sih? Cantik amat ck ck ck...," tanya Ratno padaku.
"Ya terserah kalian. Kalo aku boleh bolos lagi, aku bakalan senang. Aku bisa malam mingguan dengan Cindy sekarang," jawabku.
Memang sekarang aku memakai mini dress motif bunga tanpa lengan yang dipadu dengan legging hitam serta flat shoes yang senada dengan gaunku. Rambut ikalku yang telah panjang sebahu ku biarkan tergerai dengan poni yang menghiasi wajahku. Make up natural semakin membuat tampilanku sempurna. Thanks to the girls. Mereka yang mengajariku tampil lebih feminin. Penampilanku kali ini memang terlihat imut dan girly.
"Kali ini kamu gak boleh bolos lagi Al. Adik-adik kelas pada nanyain kamu semua tuh," kata Ratno padaku.
"Iya, gak ada lagi yang bikin mereka semangat latihan. Omelan emak pelatih emang manjur ternyata. Tapi kamu nanti harus ganti baju silat di sana lho! Jangan salah kostum kayak gitu," kali ini Hendra pun juga menceramahiku.
"Iya, iya... kalian berisik! Aku dah ngerti. Nih aku bawa baju ganti di backpack -ku. Sekarang mana kunci motor?" tanyaku sembari menadahkan tangan.
"Apaan? Gak usah. Kamu ikut aku Al," kata Ratno sembari menarikku tanganku.
"Eh... enak aja! Alya ikut aku," kali ini giliran Hendra yang menarik sebelah tanganku yang lain. Dan akhirnya aku berada di tengah-tengah kedua cowok berisik ini. Badanku ditarik ke kanan dan ke kiri. Dikira mereka apa aku ini tali tambang untuk lomba tujuhbelasan? Sakit tau!
Segera kuhempaskan dengan kasar pegangan tangan mereka di kedua tanganku, "kalian ya... mau berangkat aja ribetnya gak ketulungan?! Cepet suit!" kataku dengan gemas.
"Hah... suit? Gak ah! Kayak anak kecil aja," tolak Hendra.
"Suit gak? Kalo gak mau, ya udah aku gak jadi berangkat," kataku final.
"Iya, iya... kita suit. Ayo Rat!"
GUNTING BATU KERTAS!
"Yes... aku yang menang Al. Yuk boncengan ma aku. Yang kenceng meluknya ya biar gak jatuh," Hendra berkata dengan senang.
"Kunci motormu mana?" tanyaku pada Hendra dan Hendra pun menurut memberikan kunci motor sport -nya padaku.
"Oke, aku bawa motor Hendra sendiri. Dan kamu Hen, boncengan ma Ratno ya. Inget yang kenceng meluknya biar gak jatuh." Aku pun segera memakai jaket kulitku dan helm serta segera me- starter motor.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Siapa yang Kupilih?
Teen FictionKetika banyak cinta yang datang menyapa di saat hati ini masih merindu cintaNya, lalu cinta siapa yang kupilih?