"Pokoknya Alya gak mau tahu! Alya minta uang itu sekarang Bu. Aku ingin beli alat-alat make up serta produk perawatan wajah dan tubuh seperti punya teman-temanku. Apa Ibu tidak ingin punya anak yang cantik?" mintaku pada Ibu.
"Tentu saja Ibu ingin punya anak yang cantik dan Alya, anak Ibu ini, sudah cantik kok," jawab Ibu.
"Cantik apanya Bu? Ibu gak tahu sih kalo Ratno dan Hendra sering banget ngejekin aku kayak anak cowok. Aku kan sedih Bu. Jadi aku ingin ngerubah penampilan jadi feminin gitu. Kok Ibu malah gak dukung sih?"
"Bukannya gak dukung Al. Tapi uang yang kamu minta itu banyak sekali kalo cuma untuk merawat diri. Bukankah sebaiknya uang itu bisa ditabung untuk keperluan kita yang lain?"
"Sekarang Ibu itu lebih sayang uang ato aku sih?"
Ibu lantas memelukku, "Ibu sayang banget sama Alya karna kamu adalah putri Ibu satu-satunya. Baiklah, Ibu akan berikan ke kamu uangnya ya. Janji Alya jangan cemberut lagi kayak gini."
Aku pun akhirnya tersenyum senang, "Nah gitu dong Bu. Ibu gak akan nyesel deh nanti."
Uang yang kuminta memang banyak kepada Ibu. Tapi aku tidak peduli. Aku ingin egois sekarang. Kalau menuruti Ibu terus, pastilah yang ada cuma bedak harga murahan yang bila terkena keringat saja, bedak itu bisa luntur. Tapi dengan merk bedak seperti milik the girls yang harganya mahal, aku yakin bisa merubah wajahku menjadi lebih cantik.
Segera setelah mendapatkan sejumlah uang yang aku inginkan, aku pergi ke sebuah toko kecantikan untuk membeli produk kecantikan seperti milik anggota the girls yang lainnya. Aku sudah tidak sabar untuk memakainya. Semakin cepat aku pakai maka tentunya aku semakin cepat cantik tentunya.
*****
Senin pagi seperti biasanya setelah membantu Ibu menyiapkan barang dagangannya, aku pun berangkat ke sekolah. Mulai hari ini aku putuskan untuk naik angkot terus. Sayang kan bedak mahalku ini kalau sampai luntur kena keringat.
"Hoy Al! Hari Minggu kemana aja, tumben gak maen ma kita?" seperti biasa Hendra menyapaku sambil merangkul pundakku dari samping kanan. Sedangkan Ratno berjalan di sebelah kiriku.
"Mainlah ma yang lain! Aku punya temen baru nih, ada nama gengnya lagi, keren! The girls," jawabku.
"Temen cewek Al?" tanya Ratno.
"Lah iyalah cewek! Bisa bahasa Inggris gak sih kamu?" jawabku sewot.
Kulihat Ratno mengangguk-anggukkan kepalanya. Kudengar dia bersuara lirih, "Kok tumben ya?"
"Ngomong yang keras!" kataku.
"He..he..he.. gak kok Al. Kenalin dong ma kita. Kalo cantik sapa tahu bisa jadi kecengan kita, betul gak Hen?"
"Tul banget tuh usul Ratno. Kapan Al mo kenalin temen cewekmu yang baru ke kita?" tanya Hendra padaku.
"Percuma dikenalin ke kalian juga. Orang mereka dah punya pacar semua kok. Kasihan deh elu!" ejekku pada Ratno dan Hendra.
"Eh gak nyadar ngatain diri sendiri. Elu juga sama jomblonya ma kita Al!" kata Hendra sambil menoyor kepalaku.
"Sakit dodol!" ucapku tak terima.
"Nih Al ya, aku kasih tau ke kamu. Setidaknya kita berdua kan waktu SMP dah pernah pacaran. Lah kamu kan belum pernah pacaran sama sekali. Kamu tuh yang jomblo, kalo kita sih emang milih single ha..ha...ha...," penjelasan Ratno benar-benar membuatku kalah telak.
"Aku jomblo karna kalian berdua nih yang deket-deket aku terus. Jadinya cogannya takut kan ngedeketin aku. Kalian kayak preman pasar sih!" jawabku tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Siapa yang Kupilih?
Teen FictionKetika banyak cinta yang datang menyapa di saat hati ini masih merindu cintaNya, lalu cinta siapa yang kupilih?