Bab 22

159 7 7
                                        

Senin pagi yang cerah, secerah hatiku saat ini. Walaupun sedikit suntuk dengan upacara bendera yang membosankan. Tapi gimana lagi, udah kewajiban murid kayak aku harus mengikuti upacara bendera dan mengenang jasa para pahlawan.

Aku udah gak sabar menceritakan keberuntunganku pada Cindy nanti. Benar kata Cindy bahwa punya pacar lebih dari satu itu banyak untungnya asal kita bisa mengaturnya dengan tepat.

"Cin, ntar pulang sekolah bisa anter aku ke spa langganan kamu yang mahal itu gak? Aku pingin ke sana," kataku sembari jalan mensejajari Cindy ketika telah usai upacara bendera.

"Beneran Al, kamu mo ke sana? Udah punya duit banyak ya sekarang? Beneran gak rugi kan pacaran ma cowok tajir bin ganteng kayak Kak Tio?" tanya balik Cindy padaku.

"Iya Cin. Gimana, bisa gak?" tanyaku lagi.

"Mm... gimana kalo Sabtu besok aja sepulang sekolah? Soalnya barusan hari Sabtu kemarin, aku, Tika dan Sella abis dari sana. Seru kayaknya kalo kita berempat bisa pergi bareng," usul Cindy dengan mata berbinar.

Aku hanya menggangguk mengiyakan usul Cindy walaupun dalam hati sedikit kecewa juga.

"Hai Al! Sepulang sekolah kita ke toko buku yuk!" ajak Ratno yang kini udah jalan di sampingku.

"Mo beli buku apa Rat?" tanyaku pada Ratno.

"Beli bank soal buat latihan UAS ntar. Eh Cin, kalo kamu mo ikutan juga boleh," ajak Ratno juga pada Cindy.

"Enggak deh Rat, kalo ke toko buku bawaannya pusing mulu. Kalo kamu ngajakin shopping ke mall baru aku mau," tolak Cindy.

"Dasar kamu Cin shopping mulu kerjaannya," kataku tak habis pikir dengan hobi Cindy yang satu itu. Ya maklumlah anak orang kaya, duit kayak gak ada habisnya walau dipake shopping terus.

"Lagian nih Rat, aku bilangin ya. Aku tuh gak usah belajar juga gak masalah. Kan ada Alya, peri penolongku di saat ujian," kata Cindy seraya merangkulku.

"Ck, nyontek kok bangga kamu Cin. Usaha sendiri napa?" sindir Ratno.

"Biarin we..., Alya aja gak ribut kok trus ngapain kamu yang protes?" balas Cindy.

"Udahlah gak usah tengkar kalian," aku menengahi, "iya Rat, ntar aku bisa kok nemenin kamu ke toko buku. Hendra diajak juga gak?"

"Gak tau, dia bilang liat nanti aja gitu."

Akhirnya kami pun berpisah ketika tiba di kelas masing-masing.

Selepas jam pelajaran sekolah usai, aku pun sengaja menunggu di depan kelas Ratno. Untunglah kelas Ratno juga udah selesai hingga aku tak perlu menunggunya terlalu lama.

"Mana Hendra? Dia gak ikut kita Rat?" tanyaku sambil mataku mencari keberadaan Hendra.

"Ikut kok. Dia jalan duluan katanya. Ntar ketemu langsung di toko buku. Kamu bareng dengan aku Al."

Aku pun mengangguk mengerti. Kami berdua pun jalan beriringan menuju ke tempat parkiran.

"Kok kita ke parkiran mobil Rat? Kamu gak naik sepeda motor?" tanyaku heran ketika Ratno mengajakku ke parkiran mobil.

"Sementara gak dibolehin dulu ma ortu Al. Gara-gara aku kecelakaan kemarin itu. Tuh Reka dah nungguin kita di sana," kata Ratno sambil menunjuk sebuah mobil Honda Jazz warna putih dan Reka, pacar Ratno, emang udah berdiri di dekat mobil itu.

"Kok gak bilang Reka kamu ajak sih? Trus ngapain aku juga ikut kamu Rat? Udah deh aku gak ikut aja. Kamu pergi aja ma Reka," tolakku dan aku mulai bersiap untuk pergi tidak mengikuti Ratno.

Cinta Siapa yang Kupilih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang