Bab 18

133 6 26
                                    

Biasanya kalau aku tidak masuk sekolah, aku akan menitipkan surat pada Hendra atau Ratno. Mereka dengan suka hati akan bersedia untuk mampir ke rumahku dulu sebelum berangkat ke sekolah. Tapi kali ini, aku tidak bisa menitipkan surat pada salah satu dari mereka. Kalau Ratno, jelas alasannya karna dia masih sakit. Tapi kalau Hendra, itu juga gak mungkin. Kemarin kan kami berselisih paham.

Ya sudahlah, aku mending kirim pesan langsung aja ke Mr. Nando untuk meminta ijin gak masuk sekolah karna sakit. Semoga Mr. Nando bisa memakluminya.

TOK TOK TOK!

Terdengar suara pintu diketuk dari luar.

Aku melangkah tertatih dengan bantuan tongkat karena pergelangan kakiku yang masih terasa sakit. Aku menuju ke ruang tamu untuk membuka pintu.

"Mr. Nando...?" ucapku tak percaya kalau tamu yang datang pagi ini adalah Mr. Nando.

"Nando, Sweetie. How about your ankle?" tanya Mr. Nando padaku.

"I feel sick but it's ok. Now is better than yesterday. Oh I'm sorry, please come in," kataku mempersilahkan masuk Mr. Nando.

Mr. Nando kemudian melangkah masuk sambil membantuku berjalan.

"Please sit down, I will take a drink for you."

"No need Alya. Aku ke sini untuk menengokmu bukan untuk minta minum. Aku langsung ke sini setelah menerima pesanmu. Kemari duduklah di sini," kata Mr. Nando sembari menepuk sofa di sebelahnya.

Aku pun mengikuti kemauannya.

"Rumahmu sepi sekali. Dimana ibumu?" tanya Mr. Nando sembari mengamati ke sekeliling rumah.

"Ibuku sedang berjualan jam segini. Aku di rumah sendirian sekarang."

Mr. Nando memandangku dengan khawatir, "Mau aku temani? Kau sedang sakit sekarang. Aku tak mau terjadi apa-apa denganmu nanti."

"Eh, gak usah! Sungguh aku gak pa-pa kok. Yang sakit kan hanya kakiku. Badanku yang lain masih sehat."

"Baiklah kalau itu maumu. Aku harap kau tidak ikut cheers lagi. Aku takut kau mengalami cidera yang lain lagi. Kau tau kan? Aku sangat menyayangimu. Aku gak mau kau terluka, sekecil apapun itu," kata Mr. Nando sambil membelai lembut rambutku.

Aku mengangguk, " Iya, aku akan keluar dari cheers."

Tentu aku akan keluar dari cheers. Tak ada alasan bagiku untuk bertahan di sana karna kedua pacarku pun sudah memintanya. Boleh kan aku menyebutnya kedua pacarku? Walaupun yang satunya hanya pacar bohongan.

"Kau sudah periksa ke dokter?" tanya Mr. Nando lagi.

"Sudah, kemarin Kak Tio yang mengantarku ke dokter."

Ku lihat raut wajah Mr. Nando tampak tak suka mendengar jawabanku.

"Tio... dia baik padamu ya?"

"Iya."

Mr. Nando menghela nafas panjang, "Sebenarnya aku cemburu jika kau dekat dengannya. Bahkan saat kau dekat dengan Ratno dan Hendra juga. Tapi aku tak bisa memaksamu memilih siapa saja orang yang bisa dekat denganmu. Aku berusaha memahamimu. Asalkan jangan sampai kau jatuh hati selain pada diriku. Do you understand Sweetie?"

Aku hanya mengangguk. Entahlah aku bakalan mengerti ato gak perkataan Mr. Nando tadi.

"Oke, jika kau tak mau aku temani, aku akan pergi mengajar sekarang. Beristirahatlah. Aku akan menengokmu lagi besok," pamit Mr. Nando padaku.

Aku pun ingin mengantarnya sampai ke pintu tapi Mr. Nando menahanku.

"Don't have to take me Sweetie. Just keep your health. I love you," pamit Mr. Nando seraya mencium keningku.

Cinta Siapa yang Kupilih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang