Bab 5

179 8 6
                                    

Masalah seragam dengan Bu Lusy akhirnya selesai juga. Murid-murid cewek di kelasku kompak melempar balik aturan itu pada sang Bu Guru galak yang membuatnya terdiam tidak mengomel lagi. Emang enak dimarahi tapi orang yang memarahi juga ikut melanggarnya? Untungnya guru BP di sini juga tidak terlalu keras dalam menerapkan aturan berseragam. Jadi yes ... kami yang menang!

Memang sudah kodratnya setiap perempuan yang cantik dan mempunyai bentuk tubuh proporsional berlomba-lomba untuk memamerkan kemolekan tubuhnya. Mana ada sih perempuan yang tidak ingin dibilang cantik, seksi dan menarik? Mungkin Bu Lusy itu memarahi kami yang melanggar aturan berseragam karena tidak ingin kalah bersaing mendapatkan perhatian Mr. Nando. Maklumlah kami ini kan masih "daun muda" he...he...he...

Sekarang Bu Lusy memang sudah tidak menghukum kami lagi berdiri di depan kelas, tapi dia menjadi guru yang keras dalam mengajar matematika. Bila ada murid yang tidak bisa mengerjakan soal matematika pasti akan dimarahi olehnya habis-habisan. Untunglah aku tak pernah kena marah. Berkat kepintaranku, aku bisa mengerjakan semua soal matematika dengan nilai sempurna. Tentunya Cindy juga ikut dapat nilai bagus karena saat ulangan, akulah yang mengerjakan soalnya. Dan ketika ada PR, dialah orang pertama yang menyalin hasil kerjaku.

"Al, gimana kalo malam minggu besok kamu pergi denganku? Kebetulan pacarku lagi dinas luar kota. Jadi aku free deh. Itung-itung ini sebagai balasan kamu bantuin aku ulangan matematika tadi," ajak Cindy padaku.

Cindy memang mempunyai pacar yang sudah mapan, sudah bekerja. Jadi terkadang dia tidak bisa pergi kencan saat weekend jika pacarnya itu sedang dinas ke luar kota.

"Emang mau pergi kemana Cin?" tanyaku pada Cindy.

"Kita ke diskotik yuk! Kamu belum pernah pergi ke sana kan?"

"Belum pernah sih, tapi yang bisa masuk sana kan yang sudah punya KTP. Kita kan belum punya KTP Cin?"

"Tenang aja. Diskotik itu tempat langgananku dan pacarku kalo dugem. Aku dah kenal ma penjaganya. Pasti kita dibolehin masuk lah."

"Oh.... gitu. Kita gak ngajak temen the girls yang lain nih?"

"Alya, nanti itu malming. Tentu aja Tika dan Sella dah punya acara kencan dengan pacarnya masing-masing. Oh ya, kamu datang ke rumahku dulu. Kamu dandan yang cantik dan seksi. Ijin Ibumu juga kalo kamu mo nginep di rumahku ya. Karna kita bisa pulang sampe pagi."

Aku pun mengangguk mengerti. Akhirnya malmingku mulai berwarna sekarang. Aku akan tahu diskotik itu seperti apa. Tidak cuma dari melihat tv atau dari cerita orang lain.

Biasanya setiap malming aku, Ratno dan Hendra akan menjadi asisten pelatih silat di SMPku dulu. Jadi selain ijin ke Ibu untuk menginap di rumah Cindy, aku juga harus memberi tahu Ratno dan Hendra kalau aku tidak bisa datang di latihan silat malam nanti. Heran juga ma mereka berdua yang lebih memilih mengajar silat daripada berkencan dengan pacarnya. Tapi tentunya untungnya di aku sih. Aku jadi punya teman sesama asisten pelatih kalau ada mereka.

*****

Jam tujuh malam aku telah sampai di depan rumah Cindy. Aku mengenakan kaos casual berlengan panjang, celana jeans panjang, sandal santai dan tas selempang kecil. Aku datang ke rumah Cindy naik ojek biar lebih cepat sampai ke rumah Cindy.

Satpam rumah Cindy sudah mengenalku dan langsung mengantarku menuju ruang tamu. Walaupun sudah beberapa kali ke rumah Cindy, tapi aku tetap saja terpukau dengan kemewahan rumah ini. Aku sampai tidak berani kalau hanya untuk menyentuh benda-benda yang ada di ruang tamu ini. Ada guci dan patung antiknya. Serta lukisan-lukisan yang terlihat mahal.

Namun rumah Cindy yang besar ini terlihat sangat sepi. Hanya ada dua pembantu yang merawat rumah sebesar ini. Kedua orang tua Cindy sering sibuk di luar rumah. Sedangkan kakak perempuan Cindy sudah menikah dan tinggal di rumahnya sendiri.

Cinta Siapa yang Kupilih?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang