2- Fire

13.5K 855 64
                                    

"Ketika kamu belajar mencintai seseorang, jangan lupa belajar untuk melupakannya juga. Karena itu adalah bagian yang tersulit."

Chapter 2.

Untuk sekian kalinya Risa dan Naira beradu pendapat.

"Gue gak bisa, Ra, lo tau sendiri kalo gue..." kalimat Risa terpotong oleh Naira yang terlihat menahan emosi.

"Kalo lo sayang banget sama Igo? kalo lo masih cinta pake banget sama Igo? Inget, Ris dia itu udah nyakitin lo, ngerusak hubungan kita, masih mau lo pertahanin? Ris, please mikir realistis aja sekarang. Buat apa lo nungguin orang yang sama sekali gak peduli sama perasaan lo? Jangankan perasaan deh, peka sama keberadaan lo aja engga kan? Terus apa yang mau lo harapin dari dia?" Naira pun memotong kalimat Risa dengan penekanan di setiap pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban.

"Kalo lo kaya gini terus sama aja lo nungguin batu buat lunak. Impossible. Gak mungkin! Lo harus move on!"  Naira masih terlihat sangat berapi-api ketika melanjutkan kalimatnya.

"Move on, Ra? Lo bilang apa? Emang lo kira move on itu gampang? Move on itu emang easy to say but, hard to do. Lo bisa ngomong kaya gitu karena lo gak ngerasaiin jadi gue. Lo gak pernah ngerasaiin gimana rasanya sakit ngeliat orang yang bener-bener masih lo sayang dengan sepenuh hati lo bertekuk lutut nyataiin cinta buat...." kalimat itu terhenti lagi. Risa terisak saat mengingat kembali kejadian pahit itu. Naira juga tak kalah berapi-api ketika membahas persoalan ini. Mereka berdua selalu seperti ini jika membahas Igo.

"Ris, harus berapa kali gue bilang sama lo, dia kaya gitu emang karena dia berengsek, gak punya hati. Dan harus berapa kali gue bilang, gue gak pernah deket sama Igo. Dan lo liat sendiri gimana gue nampar dia, bukan cuma karena gue benci sama dia mau ngerusak persahabatan kita, tapi gue ngelakuin itu seenggaknya buat dia jera dan gak nyakitin lo lagi," Naira berhenti sejenak lalu menarik napas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Udah lah Ris, gak usah dibahas lagi masalah ini, kalo lo terus bahas masalah ini gak akan ada ujungnya," ujar Naira. Ia juga ikut terisak karena tidak tega melihat sahabatnya menangis.

Biasanya Oliv hanya terdiam melihat pertunjukkan drama yang tidak pernah selesai, dan selalu mengulang permasalahan yang sama, tetapi tidak pernah bertemu dengan titik terangnya.

Tapi berbeda dengan saat ini, Oliv mencoba memberanikan diri untuk bergabung dengan drama ini, ia tidak ingin hanya berdiam di tempat melihat sahabat-sahabatnya mengungkit kembali masa lalu yang amat pahit.

"Udah selesai buang-buang tenaganya?" Oliv yang dari tadi hanya menjadi penonton tiba-tiba memecahkan keheningan antara Risa dan Naira yang dari tadi hanya terisak.

"Udah selesai?" ulang Oliv. Lagi-lagi hanya isakan yang menjawab.

"Buat apa ngungkit masa lalu yang cuma bisa buat luka lama yang udah kering kerasa sakit lagi? Ris, Ra, kalian bukan anak TK lagi yang ngungkit masalah siapa yang beli permen lebih banyak. Kalian udah gede, seharusnya udah bisa mikir dewasa, udah bisa mikir mana yang perlu diomongin mana yang gak perlu diungkit lagi."

"Ris, lo mau sampai kapan sih kaya gini terus? Mau sampai kapan cuma bisa meratapi abu kertas yang udah kebakar? Gak ada pernah ada ceritanya kertas yang udah dibakar bisa balik lagi kaya awal. Lo harus temuin kertas baru buat lo nulis. Sama kaya sekarang, lo harus cari yang baru kalau lo mau bahagia lagi. Igo itu cuma serpihan masa lalu lo, masa lalu bukan buat diungkit dan ditangisin. Masa lalu itu buat jadi pelajaran biar lo gak ngulangin kesalahan lo dulu," Oliv pun memulai pidatonya yang dipenuhi kata-kata bijak.

"Ra, seharusnya lo bisa madamin api amarah lo, seharusnya lo bisa lebih bijaksana sama apa yang lo omongin, seharusnya lo lebih mikir mutu dari omongan lo. Masalah ini udah kalian omongin sering banget, tapi apa pernah ngehasilin sesuatu? Engga kan? yang ada kalian cuma buat luka lama jadi kerasa sakit lagi. Kalian berdua tuh sama-sama basi, sama-sama tong kosong," Oliv melanjutkan pidatonya sambil menatap Naira dan Oliv bergantian. Tapi yang ditatap hanya bisa menunduk terdiam tak bersuara tanpa ada perlawanan. Oliv pun pergi meninggalkan mereka berdua.

"Lo mau kemana, Liv?" Naira angkat suara ketika melihat sahabtanya itu meninggalkannya.

"Gue gak mau temenan sama api yang gak bisa dipadamin," jawab Oliv tanpa melihat ke orang yang bertanya dan menghilang di ujung kantin.

Risa dan Naira tetap berada di kantin. Diam. Sunyi. Mereka memikirkan apa yang sudah Oliv katakan panjang lebar tadi. Hati mereka sedikit terketuk.

"Gue minta maaf ya, Ra, gue tau maksud lo baik. Dan gue juga tadi gak bermaksud ngungkit yang lalu kok," Risa menatap Naira dan menyesali apa yang sudah ia perbuat.

"Iya Ris gue juga minta maaf ya," Naira tersenyum dan dibalas oleh Risa.

***

Siang yang terik membuat Naira, Risa, dan Oliv hanya ingin bersantai di perpustakaan yang memiliki AC dengan suhu yang sangat dingin, tempat paling pas untuk bersembunyi dibalik teriknya matahari. Saat asik menikmati kesejukkan perpustakaan ini tiba-tiba saja Agha menghampiri mereka bertiga.

"Nai, rapat kan hari ini?" tanya Agha kepada Naira, tapi matanya tertuju pada Risa yang tidak sadar bahwa ia sedang diperhatikan oleh Agha.

"Astaga, gue lupa. Iya, Gha hari ini rapat. Yang lain udah pada kumpul?"

"Belum sih pada mau sholat Jum'at dulu, gak apa-apa kan, Nai?" Agha menjawab pertanyaan Naira dengan sesekali melirik perempuan yang ada di samping Naira.

"Yaudah nanti setengah dua langsung ngumpul di aula aja ya."

Agha mengancungkan jempolnya memberikan tanda bahwa ia mengerti apa yang dikatakan oleh Naira. Lalu Agha pergi meninggalkan Naira, Risa dan Oliv.

"Gila ya, ngomongnya sih ke lo, Ra tapi matanya ke siapa tau," sindir Oliv sambil tersenyum melirik Naira.

"Syuut, udah ah diem nanti ketauan." Naira menjawab sambil tertawa bersama Oliv. Dan Risa hanya mentap bingung tingkah kedua sahabatnya itu.

"Udah lah daripada si Risa makin bingung mending ke kantin. Udah ngeband nih cacing-cacing di perut gue." Naira mengajak kedua sahabatnya itu untuk meninggalkan tempat favorite nya.

Semalam Agha memberanikan diri mencoba untuk mendekati Risa, tentu saja Naira dan Oliv mengetahui semua ini karena Agha sendiri yang menceritakan segala detailnya pada Naira, dan pastinya Naira menceritakkan kembali pada Oliv.

Agha sudah sangat mantap untuk menyatakan perasaannya dalam waktu dekat ini. Sedikit terdengar terburu-buru memang, tapi tetap saja itu tidak mengurungkan niat Agha untuk menjadikan Risa pacarnya.

***
-----------------------------------------------------
Thanks for reading!

All the love -i

Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang