Dunia masih berputar seperti sedia kala. Matahari tetap setia memancarkan teriknya sesiangan ini, membuat banyak orang mengurungkan niat untuk keluar ruangan.
Naira, Risa, dan Oliv.
Mereka berkumpul. Bukan di kantin sekolah, atau di perpustakaan seperti yang biasa mereka lakukan dulu. Tapi di kamar yang baru saja mereka bertiga hias layaknya kamar pangeran.
"Tempat tidur bayinya enak diletakin dimana ya?" tanya Naira kepada kedua sahabatnya yang sudah tergeletak tak berdaya di karpet bermotif Beauty and the Beast.
Oliv memutar bola matanya saat melihat Naira masih sangat semangat mendekorasi ruangan bayi ini dengan peluh di keningnya, "Ra, istirahat dulu kali, capek tau abis ngecat segini luasnya." Oliv benar-benar sudah tidak sanggup memindahkan barang walau hanya satu sentimeter saja. Dia sudah sangat bekerja keras hari ini, mengecat tembok, memasang gorden, menata boneka dan mainan. Memang, Oliv tidak bekerja sendiri ada Naira dan juga Risa, tapi tetap saja itu sangat melelehkan.
"Iya, Ra, minum dulu nanti lanjut lagi, kaya gak ada kata besok," Risa pun menyabung mengamini perkataan Oliv barusan.
"Kayaknya deket jendela bagus deh." Naira memilih untuk tidak mendengarkan kata-kata sahabatnya dan malah mendorong tempat tidur bayi itu dengan semangat.
Oliv menggelengkan kepalanya saat melihat Naira dengan sekuat tenaga mendorong tempat tidur bayi seraya berkata, "yang mau lahiran siapa, yang repot ini-itu siapa."
"Bawel ah," balas Naira tanpa memandang Oliv.
Tidak mau membalas Naira, Oliv memilih mengalihkan perhatiannya kepada perut buncit milik Risa, "Ris, kata dokter lo lahiran bulan apa?"
"Minggu kedua bulan Juli ini."
Yang barusan menjawab bukan suara Risa, tapi suara seseorang yang sudah meletakan tempat tidur bayi menghadap jendela.Oliv memasang wajah heran khasnya dengan alis kanannya yang naik.
"Seriously, Ra? Gue jadi makin yakin yang hamil tuh lo, tapi badannya di Risa,""Kampret lo, Liv!" umpat Naira. Ia pun menghampiri kedua sahabatnya dan ikut merebahkan badan di karpet Beauty and the Beast.
"Kadang gue masih gak percaya kalo kita tetep bareng-bareng kaya gini sampe gue mau punya anak," ujar Risa sambil menatap bergantian kedua sahabatnya. Entah sudah berapa ribu kali Risa mengucapkan syukur atas persahabatan yang dia miliki sampai sekarang.
"Gue juga gak nyangka," balas Oliv dengan tetap memandang langit-langit.
Mereka bertiga kemudian hanya berdiam, saling mengucapkan syukur di dalam hati.
"By the way, resepsi lo jadinya bulan apa, Liv?" tanya Risa.
Oliv sudah melangsungkan pertunangannya lima bulan yang lalu, tapi kabar kapan pernikahannya berlangsung belum terucap dari mulut Oliv."Bulan Desember, ini udah fix banget. Gue gak mau diundur-undur lagi," jawab Oliv langsung. Ia sedikit kesal dengan rencana pernikahannya yang harus mundur karena calon mempelai prianya selalu memiliki kesibukkan. Wajar saja, calon suami Oliv adalah seorang penyanyi yang sedang naik daun.
"Ngomongin nikah, lo kok gak ada berita apa-apa sih, Ra, sama Agha? I mean, kalian kan yang paling lama pacarannya."
Ucapan Oliv langsung menohok hati Naira telak. Pertanyaan Oliv tidak salah, tidak sama sekali salah, hanya saja kebenaran yang dikatakan Oliv benar-benar menusuk hati seorang Naira.
"Gue juga gak ngerti, Liv, sama Agha, dia kayaknya belum mikirin ini deh," jawab Naira nanar. Sudah beberapa minggu ini Naira juga memikirkan hal yang Oliv tanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...