13 - Penawar Luka

5.7K 415 18
                                    

Happy Reading, gengs!!!!
-
-
-
-
-
-
-

13 - Penawar Luka.

Agha mematung di depan pagar rumah Naira, ia tidak berani memanjat pagar rumah Naira seperti satu setengah bulan yang lalu. Atau lebih tepatnya laki-laki yang sedang patah hati itu tidak memiliki tenaga untuk memanjat pagar rumah Naira seperti sebulan yang lalu.
Agha mengambil ponsel di dalam saku jaketnya. Menekan lama angka dua yang ada di layar ponsel tersebut, itu adalah speed dial untuk menghubungi Naira. Entah mengapa Agha mesetting hal sepele seperti itu. Saat dering yang ketiga Naira baru mengangkat telponnya.

"Gue yang matiin atau lo yang matiin?" cerca Naira langsung tanpa berbasa-basi. Naira mengira Agha hanya ingin mengganggu tidurnya saja. Tapi nyatanya, ia salah.

"Gue putus," sangat terasa nada kecewa di suara Agha. Membuat Naira yang mendengarnya ternganga kaget. Ia yang awalnya ingin langsung mematikan panggilan tersebut karena merasa tidurnya terganggu mendadak tidak mengantuk. Entah mengapa ada banyak percikan sakit yang menjalar ke ulu hatinya.

"Lo dimana sekarang?" tanya Naira dengan suara tak kalah parau dari Agha.

Entah mengapa perasaannya ikut hancur saat mendengar dua kata yang Agha sebutkan. Seperti ada sesuatu dalam dirinya yang ikut hancur, yang ikut hilang, dan ikut tersakiti. Dan Naira tidak tahu perasaan seperti apa itu.

"Gue sakit, Nai," ucap Agha tanpa menjawab pertanyaan Naira. Ini adalah kali pertama Agha merasakan sakit yang teramat dalam. Walaupun hubungannya dengan Risa bisa dikatakan sangat singkat, tapi Agha telah memberikan seutuh hatinya untuk Risa dengan waktu yang sesingkat itu.

"Gue ke rumah lo ya sekarang?" pertanyaan Naira lebih tepat dikatakan pemberitahuan karena Naira langsung bangkit dari tempat tidur dan berjalan mengambil sweater merah muda miliknya.

Entah mengapa Naira menjadi sangat sedih, Naira meneteskan air matanya saat mendengar suara parau Agha.

Agha kembali bersuara di ujung sana dengan suara seperti menahan tangis "Lo tau gak, Nai? Rasanya tuh kaya ada yang ngenyayat hati gue, terus di kasih air jeruk nipis, perih banget."

Lagi-lagi Naira hanya bisa menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak, ia tidak mengerti mengapa ini terjadi. Seolah-olah dirinya juga merasakan apa yang sedang dialami oleh Agha.

Naira berjalan menuruni tangga, lalu membuka pintu utamanya. Ia berjalan menuju pagar rumah dan membuka gemboknya. Saat Naira menarik pagar rumahnya, alangkah terkejutnya ia menemukan Agha yang berdiri sambil menopang tangannya di kaca spion mobil.

"Lo disini?" tanya Naira langsung, lalu memasukkan ponselnya ke saku celana.

Tanpa ba bi bu, Agha langsung menghambur ke pelukan perempuan di hadapannya. Menenggelamkan kepalanya ke rambut panjang Naira. Berharap bisa mengurangi rasa sakitnya, karena Agha hanya butuh teman bernagi. Tapi tanpa Agha sadari, tanpa sentuhan fisik pun Naira sudah bisa merasakan apa yang ia rasakan.

Agha harus membungkukkan tubuhnya agar bisa merengkuh Naira sepenuhnya, karena ukuran tubuh mereka yang lumayan berbeda.

Naira sangat kaget dengan perlakuan Agha. Tapi ia tidak bisa menolak, ia hanya menepuk-nepukkan tangannya ke punggung laki-laki itu berharap bisa memberikan suntikan energi.

Agha tidak menangis, ia masih bisa menahan tangisnya. Tapi seluruh hatinya sudah terbanjiri oleh air mata yang ditahannya.

"Kok gue sakit banget ya Gha, lo diginiin?" Naira sedikit berbisik, Agha yang mendengar itu tidak menjawab. Ia hanya sedang membutuhkan seseorang yang bisa mendengarkan dan bisa ia tumpahkan emosinya seperti ini.

Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang