Chapter 17 – New Year (2)
Detik demi detik berlalu, tidak terasa hari terakhir di tahun ini hanya tersisa tiga puluh menit lagi. Naira dan Agha sudah duduk di rerumputan Taman Monumen Nasional dengan menjadikan jaket Naira sebagai alas.
Setelah menyelsaikan acara membakar uang –menurut Agha, mereka berdua memilih berpindah tempat ke Monas, di sana tak kalah ramai dengan Taman Suropati, tapi entah mengapa Naira merasa hanya ada dirinya dan Agha saat ini.
"Kenapa lo malah tahun baruan sama gue?" tanya Naira. Sebanarnya pertanyaan tersebut sudah ada dibenaknya sejak pertama kali ia melihat Agha berada di depan rumahnya.
"Karena gue mau ngajak Risa tahun baruan itu gak mungkin, jadi gue sama lo aja deh," jawab Agha santai.
Tapi jawaban santai tersebut telah membuat hati Naira mencelos, menjadikan dirinya terkubur lagi dalam kenyataan pahit, membuang dirinya ditumpukan sejuta fakta bahwa ia menyukai seseorang yang mencintai sahabatnya. Ini terlalu sakit jika diteruskan.
"Oh," akhirnya hanya gumaman kecil yang keluar dari mulut Naira, entah mengapa matanya terasa panas kali ini.
"Coba aja Risa disini, gue bisa pegang tangan dia kaya gini," ujar Agha sambil mengambil tangan Naira dan menggenggamnya erat. Menganggap tangan mungil milik Naira adalah milik Risa.
Satu fakta yang sekali lagi membuat selaput air di mata Naira semakin mengembang. Sekali saja Naira mengedipkan mata, itu akan menjadi akhir darinya hari ini. Jika Agha menggenggam tangannya bukan karena Risa mungkin sikapnya tidak akan seperti ini. Mungkin jantungnya tidak bergerak selambat ini.
Naira hanya diam tidak mengeluarkan sepatah kata pun, mulutnya terasa kelu dan kerongkongannya terasa kering mendadak. Ia tidak memiliki secercah harapan untuk bersama Agha, mungkin fakta tersebut yang membuat dirinya manjadi lemas tak berdaya.
"10... 9... 8..." terdengar teriakan di sekeliling mereka berdua. Naira buru-buru mengelap air matanya, dan mengeluarkan ponselnya begitu juga dengan Agha. Mereka berdua sama-sama ingin mengabadikan momen ini.
"5...4..." Agha dan Naira berteriak bersamaan, air wajah Naira berubah sumringah, apapun kenyataannya, untuk detik terakhir tahun ini ia ingin melupakannya. Karena ia juga ingin bahagia walau hanya di detik terakhir.
"3...2...1... HAPPY NEW YEARRR..." teriak mereka berdua berbarengan dengan ratusan orang lainnya, tidak lupa Naira merekamnya dan menyimpannya ke gallery, ia tidak berniat membaginya ke social media apapun. Karena ini terlalu berharga untuk dibagikan ke semua orang.
Menurutnya, menghabiskan waktu bersama Agha adalah sesuatu yang berharga dan teramat berharga jika harus ia bagikan ke akun sosial medianya.
"Happy New Year, Nai," ujar Agha tepat di telinga Naira. Suara Agha sangat menggema di telinga Naira, membuatnya kesulitan bernapas. Naira hanya mengangguk kecil lalu meniupkan terompet yang tadi dibeli Agha.
Mereka berdua terpana melihat keindahan langit kota Jakarta yang sangat gemerlap. Bagaikan di berikan kostum baru, langit Kota Jakarta berubah menjadi warna-warni yang menyala dan berkelip, kerlipan kembang api tersebut mengalahkan cahaya bintang yang sepertinya memilih bersembunyi.
Ketika sedang mmandang gemerlap kembang api, tiba-tiba Agha membisikkan sesuatu yang membuat Naira mematung.
"Bukan karena Risa," gumam Agha tiba-tiba, membuat Naira sedikit bingung dengan maksud dari laki-laki dihadapannya.
"Apanya?"
"Gue mau tahun baruan bareng lo bukan karena gak ada Risa, bukan karena gue gak ada temen-temen gue, dan bukan karena Neta sakit juga," Agha menarik napas sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...