Tiga - Stay Till the A.M
Naira
A.M - One Direction
Tugasku sebagai seorang siswa dan ketua pelaksana event tahunan sekolah mewajibkanku untuk tetap terjaga hingga larut. Lembaran-lembaran proposal yang masih harus direvisi untuk para sponsor dan lembaran soal-soal ulangan yang harus diperbaiki berserakan di mana saja. Meja belajar, lantai, sampai tempat tidur. Aku jadi tidak merasa kesepian, karena kamarku ini sudah teramat ramai.
Sebagai ketua pelaksana event tahunan sekolah, aku memegang tanggungjawab penuh atas terselenggaranya acara ini. Aku harus mencoba segala cara agar acara yang kuketuai ini berjalan lancar dan sukses.Saat sedang asik membolak-balikkan kertas-kertas nan indah ini, tiba-tiba ponselku bergetar dan membuat badanku ikut bergetar juga. Ternyata si cowok bawel itu yang menelponku. Malas rasanya mengangkat, karena ini sudah sangat larut, tapi mungkin saja Agha mempunyai sesuatu yang penting mengingat dia adalah panitia juga di event sekolah ini.
"Kenapa, Gha?" Tanyaku langsung tanpa berbasa-basi sambil melatekkan benda tipis yang tidak panjang itu ke telinga dan memiringkan kepala.
"Udah tidur belom, Nai?" basa-basi macam apa ini?
"Ngga usah pake kata pengantar deh, to the point aja!" cercaku kesal.
"Oke langsung ke intinya aja," Agha berhenti sejenak, aku hanya diam. Malas untuk membalasnya.
"Rencananya besok gue mau nembak Risa gimana?" Aku yakin seratus persen bahwa orang ini tingkat kewarasannya sudah di bawah rata-rata orang waras.
"Lo tau gak? Ini tuh udah jam," kulirik jam digital yang ada di nakasku "dua belas lewat sembilan belas menit. Gue kira lo nelpon karena ada yang penting. Ternyata? Udah gila lo!" lanjutku sedikit kesal dan langsung menjatuhkan badan ini ke tempat yang menurutku paling nyaman.
Bagaimana aku tidak kesal? Ini sudah tengah malam dan Agha menelponku hanya untuk urusan yang masih bisa dibicarakan besok pagi.
"Ya justru ini tuh penting pake banget, Nai, kalo gue gak buruan nembak Risa, yang ada semua tugas yang lo kasih ke gue bareng sama Risa gak bakalan bisa selesai." Agha menjawab cacianku nada yang sumringah, merasa fakta yang ia lontarkan adalah kartu AS. Aku memang memberikannya tugas kecil bersama Risa karena mereka memang di dalam kepanitiaan yang sama.
"Jadi gimana, Nai menurut lo? Tembak atau ngga?" pertanyaan yang menurutku tidak membutuhkan jawaban.
"Gue yakin seyakin-yakinnya gue sama horoskop yang ada di majalah, kalau lo bakalan tetep nembak Risa walaupun gue bilang ngga sekalipun."
"Lo itu cenayang ya, Nai?" Agha benar-benar membuatku naik darah.
"Tuh kan, lo tuh ngeselin banget tau gak? Ngapain nanya kalo udah tau jawabannya." Aku benar-benar ingin memelintir perut manusia satu ini dengan tanganku.
"hehehe..." terdengar suara cekikikan di ujung sana.
Sabar Naira, sabar...
"Hmmm sebenernya sih gue nelpon lo mau nanya, kira-kira gue nembak Risa kayak gimana ya?" tanya Agha tanpa beban.
"special kaya martabak. Komplit kaya jamu. Beda kaya lady gaga."
"YANG BENER KEK JAWABNYA!" Agha berteriak dan sukses membuat kupingku sakit.
"LAH KOK LO MALAH NYOLOT?" teriakku tak kalah kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...