ALERT:
ini extra part super duper mega hiper panjaaang. Jangan lupa vote yaa dan tinggalkan komentar tentang apapun.
sampai jumpa di karyaku berikutnya!
-inessa k.
Kejadian semalam benar-benar membuat Naira kacau, ia tidak tahu mengapa dirinya menjadi selabil dan seegois ini. Tapi setiap kali dirinya ingin meminta maaf dengan Agha, sebagian pikirannya selalu mengatakan hal sebaliknya dan membuatnya hanya diam menatapi orang-orang yang sedang duduk di perpustakaan miliknya sambil memegang handpone.
Tidak ada telpon atau pesan masuk dari Agha sejak semalam.
Ini benar-benar membuat Naira frustrasi.
"Telpon gak ya? Tapi mau ngomong apa kalo nelpon, lagian semalem Agha maksa banget sih. Coba kalo dia gak maksa," Naira bicara pada dirinya sendiri sambil menatap telpon, menunggu agar Agha menghubunginya.
Sampai jam makan siang pun Agha tetap tidak menghubunginya, padahal biasanya mereka makan siang bersama. Kalau pun tidak, Agha pasti mengabarinya.
"Dasar cowok egois, kenapa gak minta maaf sih? Kan dia yang salah, gimana pun omongan gue semalem gak sepenuhnya salah kan? Gak semua masalah harus diceritaiin ke dia, contohnya masalah menstruasi. Masa harus diomongin sama dia juga sih?" dumel Naira.
"Mba, ngga makan siang?" karyawan Naira yang menjaga perpustakaan miliknya ini menyapanya. Sejak lulus kuliah, Naira membuka sebuah perpustakaan yang sangat ia impikan sejak dulu. Perpustakaan yang di dalamnya juga ada bilik-bilik untuk belajar dan juga kafe untuk sekedar meminum kopi atau teh.
"Ngga, Neng, kamu aja gih, ini biar saya yang jagaiin."
Sudah pukul 4 sore, Naira belum juga menyerah dengan ke-gengsi-an-nya dan Agha juga belum menghubunginya. Kepala Naira benar-benar pusing, ia butuh sesuatu untuk menenangkan pikirannya.
"Neng, buatin aku kopi susu ya, taro di bilik 12 aja, aku mau baca di sana," Naira memilih kopi sebagai pelampiasannya.
"Iya, Mba."
Naira memilih untuk membaca novel You Had Me at Hello yang baru ia beli. Tapi tetap saja, itu semua tidak mengalihkan pikirannya tentang Agha dan pernikahan. Sebenarnya ia tidak benar-benar mempermasalahkan tentang pernikahan, tapi yang Oliv katakan kemarin 100% benar. Dan itu semua membuat Naira berpikir keras tentang hubungannya dengan Agha yang belum pernah ke arah serius.
Memang, Naira menjalankan hubungan ini dengan serius walau tidak pernah mengatakannya secara langsung, dan ia juga selalu percaya bahwa Agha melakukan hal yang sama. Tapi, setelah kemarin, Naira menanyakan kepercayaannya sendiri.
"Mba, ada Mas Agha di kafe, aku disuruh manggil Mba," tiba-tiba Koneng, pegawai Naira yang tadi ia minta untuk membuatkan kopi mendatanginya.
Sedikit terkejut dengan berita yang dibawa Koneng, tapi Naira berusaha tetap santai.
"Suruh tunggu dulu aja, Saya mau beresin ini dulu," ujar Naira sambil menunjuk mejanya. Padahal di sana hanya ada satu buah novel yang belum sempat terbaca olehnya tadi.
Sedikit bingung, Koneng hanya mengangguk dan tersenyum lalu meninggalkan Naira. Sambil membatin, "buku cuma satu aja kan tinggal bawa."
Naira tidak terlihat begitu senang dengan kabar yang diberikan Koneng, tapi tetap saja, mengetahui Agha tetap datang ke kafenya membuat hatinya sedikit menghangat. Tapi itu bukan berarti dia langsung memaafkan Agha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...