Lima - Less than Nothing
Blank Space - Taylor Swift
"Hape gue eh maksudnya hape aku semalem itu error gak tau kenapa. Maaf ya Gha," Risa menjawab pertanyaan Agha dengan gugup.
Tadi Agha menanyakan mengapa dirinya tidak bisa menghubungi Risa. Sebenarnya ponsel Risa tidak memiliki masalah apapun, yang memiliki masalah adalah hatinya. Risa sedikit merasa bersalah kepada Agha, karena jujur di dalam lubuk hatinya, dia masih sangat mencintai Igo yang bahkan tidak ia ketahui lagi kabarnya."Maaf ya, Gha, lo eh maksudnya kamu gak..." ucapan Risa terpotong
"Iya, gak apa-apa kok, Ris, kalo gak biasa ngomong pake aku-kamu juga gak apa-apa. Kaya biasa aja, gak usah dibawa tegang dan jadi kaya masalah besar gitu. Yaudah sekarang makan aja yuk? Lo udah makan?" kalimat Agha barusan membuat Risa merasa semakin bersalah tapi sekaligus menenangkan hati Risa.
"Ayo deh. Gue juga laper nih, ke kantin aja yuk?" Jawab Risa sambil memegang perutnya seolah-olah dia memang sangat butuh makanan untuk meredakan cacing-cacing di perutnya.
Melihat sikap Risa yang sungkan seperti itu, membuat Agha sedikit kecewa, Agha tahu bahwa ia dan Risa belum melewati tahap pdkt seperti pasangan pada umumnya. Dia merasa ada yang salah dengan sikap Risa, walaupun memang sebenarnya Agha juga merasa salah karena dia sudah terlalu terburu-buru tentang hubungan ini.
Tapi Agha tetap tidak akan menyerah dengan sikap Risa yang masih sangat menjaga jarak dengannya. Dia yakin bahwa Risa akan luluh hatinya, seperti yang Naira pernah bilang.
Saat Agha dan Risa sedang asik berbincang sambil menikmati makanan mereka masing-masing tiba-tiba Naira datang menghampiri mereka berdua dengan setumpuk kertas di dekapannya.
"Eh mas mba iya gue tau baru jadian, dan gue juga tau kalian lagi asik. Bukannya gue kesini buat ngerusak kebahagiaan kalian, tapi gue cuma mau nanya deadline yang gue kasih kok belum dilaporin ke gue sih?" Naira bertanya sambil mebuka-buka lembaran kertas dengan pulpen yang disangkutkan ke telinga. Persis seperti pelayan restoran yang ingin mencatat pesanan pelanggan. Risa menatap geli tingkah laku sahabatnya itu, yang terlihat teramat sibuk sekali.
"Aduh mba, situ coba cek e-mail deh. Deadline yang lo kasih udah gue kirim kesitu semalem." Agha menjawab pertanyaan Naira sambil menyuapkan potongan batagor ke mulutnya.
"Oh ya? Yaampun gue sampe lupa ngecek e-mail padahal konfrimasi dari pihak sponsor juga ada beberapa yang via e-mail astaga." Naira langsung mengeluarkan Iphonenya dan mengecek seluruh email yang masuk ke akunnya
"Oh iya udah lo kirim ya Gha? Hahaha sorry deh gak sempet ngecek gue." sambung Naira sambil tersenyum tanpa menatap dua orang yang ada di depannya.
"Makan gih Ra. Tuh badan lo makin kaya tengkorak." Risa sangat mengerti kebiasaan sahabatnya yang satu itu, yang tidak akan mengingat tentang dirinya sendiri jika sudah terlalu sibuk.
Agha yang melihat adegan ini merasa iri terhadap Naira karena mendapat perhatian dari Risa. Agha tahu betul bahwa mereka berdua adalah sahabat dan Risa memang lebih dekat dengan kedua sahabatnya dibanding dirinya yang baru saja memasuki kehidupan Risa.
"Duh perhatian banget si kamu sayang. Tapi sayangnya lagi gue masih harus ke ruangan guru buat ketemu Pak Akbar, mau ngumpulin remed matematika yang tadi gue kerjaiin. So, gue duluan ya pasangan baru. Bye." Naira langsung merapikan lembran-lembaran kertas yang berserakan di meja kantin itu, lalu berjalan meninggalkan pasangan tersebut.
Setelah Naira berjalan meninggalkan kedua orang itu beberapa langkah, ia kembali lagi.
"Kok balik lagi sih lo? gak liat lagi ada yang pacaran ya?" Agha langsung mencerca Naira yang datang kembali kemejanya.
Risa hanya begidik mendengar kata 'pacaran' yang Agha sebutkan. Risa masih tidak menyadari statusnya sekarang, statusnya yang menyandang sebagai pacar seorang Agha.
"Abis manis sepah dibuang najis, dulu menye-menye ke gue, sekarang gue udah gak dianggep. Lagian gue cuma mau minta batagor doang satu." Naira menjawab sambil menusuk batagor yang ada di piring Agha dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"ITU BATAGOR TERAKHIR, NAI GAK IKHLAS GUE SAMPE KAPANPUN." Teriak Agha saat batagor terakhirnya dimakan Naira seenak jidat.
"Yaudah nih ambil." Naira membuka mulutnya yang di dalamnya sudah ada batagor yang belum sempat ia telan.
"Najis. Bodo gak ikhlas Nai, gak akan ikhlas!!!" Agha terus mengumpat dan Naira langsung pergi tanpa mengucapkan terimakasih. Agha meneriaki nama Naira tapi yang diteriaki langsung mendadak tidak bisa mendengar dan kembali berjalan keluar kantin.
Risa tertawa sedikit melihat tingkah laku sahabat dan ehmm pacarnya itu, Risa tidak pernah tahu bahwa Agha mempunyai hubungan yang cukup dekat dengan Naira. Tapi itu adalah hal yang wajar karena mereka berdua memang partner di organisasi sekolah.
"Kalian lucu, gue baru tau kalo lo sama Naira itu deket." Ujar Risa sambil menyeruput jus mangga yang tadi ia pesan.
"Ya lumayan, selain partner kerja dia juga suka minta nebeng balik, soalnya rumah kita deket, cuma beda 2 blok doang." Jelas Agha kepada Risa, dan ia hanya mengagguk-ngangguk sambil ber-oh ria.
"Nanti balik sama siapa Ris?" Agha bertanya saat mereka berjalan menuju kelas masing-masing.
"Sama Oliv paling, rumah kita kan deket banget." Jawab Risa dengan senyuman di akhirnya.
"Kalo gue anterin lo pulang gimana?" Jujur Agha sangat gugup mengajak wanita dihadapannya ini untuk pulang bersama dia, padahal mereka sudah resmi pacaran selama tiga hari.
"Duh kayaknya jangan deh, takut ada Papah di rumah, dia itu belum ngebolehin gue pacaran Gha." Dengan hati-hati, Risa menjawab pertanyaan Agha.
"Oh jadi sekarang kita udah pacaran?" Goda Agha sambil menaik turunkan alisnya.
"Ih apaan sih lu, serius nih gue." Risa merasa malu karena Agha menggodanya.
"Iya iya, yaudah kapan-kapan aja deh gue nganterin lo pulang. Tapi janji ya gue harus anterin lo pulang walau cuma sekali?"
"Iya."
"Yaudah masuk kelas gih, daah." Agha mengantar Risa ke kelasnya, ketika Risa sudah masuk ke ruang kelas Agha berbalik arah menuju kelasnya. Kelas Agha dan Risa berbeda koridor, karena Agha adalah anak IPA sama seperti Naira namun berbeda kelas, sedangkan Risa dan Oliv memilih jurusan IPS.
Risa pun berjalan menuju tempat duduknya. Disana sudah ada Oliv yang menatapnya lekat seraya tersenyum penuh arti kepadanya.
"Punya pacar nih yee, jadi ke kantin gak ngajak-ngajak gue lagi." Oliv langsung meledek Risa ketika teman sebangkunya itu duduk dikursinya.
"Kok gue masih ngerasa aneh gitu ya kalo ada orang yang bilang kalo gue sama Agha itu pacaran?" Oliv yang mendengar pertantaan itu hanya diam, karena ia tahu bahwa lawan bicaranya sudah memiliki jawabannya.
"Karena menurut gue kita tuh gak pacaran, hmm bukan gak pacaran juga sih. Gimana ya ngejelasinnya." Lanjut Risa berniat menjelaskan tapi dia sendiri tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang tepat.
Oliv menunggu lanjutan cerita sahabatnya itu, Oliv memang sosok yang lebih suka mendengarkan dan bijak. Dia selalu menjadi penengah antara Risa dan Naira jika berdebat.
"Gimana ya, Liv bilangnya, gue sama Agha tuh gak pernah pdkt atau semacamnya. Tiba-tiba dia nembak gue di depan orang-orang. Kan kasian juga kalo gue tolak, apalagi lo sama Naira nasehatin gue mulu."
Oliv hanya diam, begitu juga dengan Risa.
"Yaudah jalanin aja dulu, gak ada salahnya kan?" Oliv akhirnya membuka suara, menjawab Risa dengan bijak.
***
Jangan lupa vote and commentnya.
Terimakasih.
All the Love -i
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...