22 - Untuk Terakhir Kalinya

6.2K 444 21
                                    

Chapter 22.

Dengan pelan Agha menyeruput kopi hangat yang telah ia pesan 30 menit yang lalu, dan perempuan di hadapannya terus berkutat dengan ponselnya.

"Udahlah, Nai, jangan cemberut terus, mending diminum tuh kopinya. Sayang loh kalo sampe dingin," kata Agha meledek.

Disinilah mereka, di kedai kopi salah satu mall sejuta umat dibilangan Kasablanka. Tidak ada unsur kesengajaan yang di atur atas pertemuan mereka sore ini, semuanya murni campur tangan alam.

Satu jam yang lalu

"Mah, ini mau belanja apa lagi? Udah penuh banget loh keranjangnya," dumel Naira. Sudah lebih dari 3 jam mereka mengitari swalayan untuk berbelanja kebutuhan bulanan.

"Kamu tuh bawel deh, Nai, jarang-jarang kan Mamah bisa belanja kaya gini," ujar Sarah, mamah Naira sambil terus memasukkan berbagai macam produk ke kereta dorongnya.

Sebenarnya kalimat belanja bulanan kurang tepat, momen belanja hari ini lebih tepat dikatakan sebagai belanja untuk waktu yang tidak dapat ditentukkan.

"Oh iya Nai, mamah lupa bilang sama kamu," tiba-tiba Sarah membalikkan badannya untuk menatap anak semata wayangnya.

Naira hanya diam menunggu mamahnya melanjutkan kalimat.

"Papah sama Mamah ditawarin untuk naik jabatan bareng," ujar Sarah.

"Bagus dong," hanya itu yang bisa Naira ucapkan sebagai respon.

"Kamu support Mamah sama Papah untuk naik jabatan nih?" tanya Sarah sambil mendorong kembali kereta belanjanya menuju kasir. Sepertinya belanja hari ini sudah akan berakhir dan itu membuat Naira bernapas lega.

"Ya pasti dong, Mah, masa ngga aku support, sih," jawab Naira dengan mensejajarkan langkah mereka menuju kasir. Sarah menanggapi jawaban anaknya dengan senyum tulus.

Setelah membayar belanjaan, mereka menuju tempat parkir untuk meletakkan belanjaan-belanjaan tersebut agar dapat kembali berbelanja kebutuhan yang tadi belum sempat terbeli.

"Mah, mau beli apa lagi sih emangnya?" tanya Naira. Ia pikir sesi berbelanja hari ini sudah selesai, ternyata tadi mamahnya bilang bahwa ada beberapa barang belum sempat terbeli.

"Vitamin kulit, Nai, tadi kan di swalayan gak ada," jawab Sarah. Tiba-tiba ponsel yang selalu berada di genggamannya bergetar, tanda satu pesan masuk.

"Naira, Mamah harus ke kantor sekarang, kamu yang beli vitamin ya terus kamu pulang sendiri gapapa kan?"

Menurut Naira yang barusan dikatakan Mamahnya bukanlah suatu pertanyaan apalagi penawaran, itu adalah perintah yang harus ia kerjakan.

"Iya nanti aku pulang sendiri," jawab Naira akhirnya.

Sarah pun langsung mencium cepat puncak kepala Naira lalu menutup pintu bagasi kemudian masuk ke dalam mobil.

"Mamah berangkat ya," Sarah melambaikan tangannya. Menyisakkan Naira yang berdiri sendiri di tempat parkir.

Udah biasa. Dumelnya dalam hati.

Untuk mempersingkat waktu Naira langsung masuk lagi ke dalam untuk membelikan vitamin pesanan mamahnya. Naira merasa sangat menyedihkan saat ia harus mengitari pusat perbelanjaan sendirian. Ditambah banyaknya pengunjung yang datang bersama pasangannya.

Naira menatap malang diri sendiri ke pantulan dirinya yang ada di cermin toko.

Dengan cepat ia memilih beberapa vitamin yang dibutuhkan, dan juga beberapa keperluan pribadinya.

Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang