Sembilan - Little
Because I - Lasse Lindh
Agha duduk di sofa home teater rumahnya sambil terus memperhatikan jam. Hari ini Risa akan datang ke rumahnya untuk mengerjakan perintah yang sudah diberikan Naira, yaitu mengaudisi band regist yang sudah mendaftarkan diri. Sebenarnya Agha dan Risa hanya disuruh menonton video yang sudah dikirim oleh band tersebut, lalu memilih 6 terbaik dari beberapa band yang sudah mengirim video performing mereka.
Awalnya Risa menyarankan untuk mengaudisinya secara terpisah, tentu saja Agha menolaknya. Laki-laki itu menyarakan untuk mengaudisinya bersama agar mendapatkan hasil yang lebih cepat dan maksimal, karena Naira sudah memintanya dari kemarin. Akhirnya dengan sedikit terpaksa Risa pun menyetujui untuk mengaudisi bersama.
"Bang ada temennya nih!" Teriak Neta, adik perempuan Agha satu-satunya.
Agha langsung turun dan melihat Risa sedang mengobrol dengan ibunya. Wajah Risa dipenuhi senyuman saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Bunda -panggilan Agha kepada ibunya- Agha terpaku di anak tangga terakhir, memperhatikan dua wanita yang ia sayangi sedang bercengkrama bersama.
"Jadi ini bang pacarmu?" Kini giliran Agha yang diberikan pertanyaan introgasi.
"Bunda kepo deh." Agha berjalan mendekati kedua wanita tersubut.
"Bunda sama Neta perlu keluar gak nih biar gak ganggu kalian?" Lagi-lagi pertanyaan yang membuat Risa tersenyum, entah apa yang sebenarnya lucu.
Dikira gue mau ngapain sama Risa.
"Emangnya Abang sama Risa mau ngapain coba, Bunda mikirnya macem-macem nih, mending Bunda bikinin minum buat kita."
"Ris naik aja yuk? Biar cepet selesai." Agha mengajak Risa untuk naik ke ruang home teater dan memberi kode Bundanya untuk tidak banyak bertanya.
"Tuh apaan tuh cepet selesai? Bang, Bunda gak mau loh ya ngelamar deket-deket ini, Papah kamu mana setuju nanti." ledek Bunda sekali lagi sebelum menghilang ke pintu dapur.
"Lo deket banget ya sama Bunda lo?" Tanya Risa saat Agha menyalakan laptop yang akan mereka gunakan untuk melihat video yang telah masuk.
"Bunda aja tuh yang sok deket." Agha hanya menjawab sekenanya, dan Risa hanya membalas dengan tersenyum, lagi.
***
Agha dan Risa sudah menonton semua video yang masuk dan sudah menetapkan 8 band yang menurut mereka layak. Sebenarnya hanya dibutuhkan 6, tapi Risa memaksa harus mempunyai back up plan, karena katanya "Naira bisa aja gak suka beberapa bandnya, ya dari pada dia ngomel-ngomel."
Risa memang paling tahu tentang Naira.
"Laper gak?" Sebenarnya Agha sudah ingin memesan makanan daritadi, tapi ia tetap harus menanyakannya kepada tamu special nya hari ini.
"Lumayan lah, pegel juga 2 jam nontonin video beginian." Perempuan di sampingnya itu menjawab sambil sedikit merenggangkan kakinya. Agha tidak merasakan lelah sedetikpun selama dua jam ini, karena ia terhibur oleh pacarnya itu. Agha terus mengamati wajah Risa yang serius saat sedang mengamati video yang sedang ditonton sambil beberapa kali ikut menyanyikan lagu yang dibawakan.
"Delivery pizza aja yuk?" Tawar Agha
"good idea" Risa menjawab semangat, sambil mencepol rambutnya yang daritadi tergerai hingga punggungnya. Ia lalu bangkit dari duduknya dan mulai memperhatikan sekitar, Agha sibuk menelfon untu memesan pesanan kami.
Risa terlihat sangat tertarik dengan tumpukan-tumpukan DVD yang ada di bawah meja TV. Keningnya terus saja mengerut-ngerut sambil sesekali mengangguk-ngangguk, lalu membolak-balik setiap DVD yang ada digenggamannya.
"Gha boleh nonton ini gak?" suaranya membuyarkan lamunan Agha.
"Apa sih yang engga buat lo." Jawaban Agha membuat pipi Risa memerah, Agha menghampirinya dan mengambil DVD yang ada ditangannya. Risa ini memilih DVD berjudul 'Grown Ups 1" film ini bergenre komedi.
Risa terus saja tertawa, tawanya sangat nyaring padahal filmnya baru saja diputar. Agha merentangkan tangannya ke senderan sofa untuk merenggangkan ototnya yang terasa pegal, tiba-tiba saja badan Risa menyender ke tangan Agha yang sedang direntangkan sambil terus tertawa dan memegang perutnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Agha, Ia membiarkan Risa menyender di lemngannya. Rambut yang tercepol daritadi tiba-tiba terurai, menyentuh lembut lengan Agha.
Agha mengelus rambut Risa pelan agar ia tidak merasa terganggu. Perempuan di sampingnya ini sangat menikmati film yang sedang ditontonnya. Agha sangat senang dengan situasi ini, mungkin hari ini termasuk ke dalam deretan hari terbaiknya.
"Bang nih Pizza nya, udah bunda bayarin" tiba-tiba Ratna sudah masuk ke dalam ruang home teater dan Risa langsung menegakkan badannya kaget, Risa melemparkan senyum untuk Ratna, berbeda dengan Agha yang tetap pada posisinya dan sedikit mengumpat.
"Ganggu nih bunda" Agha memutuskan untuk berdiri dan mengambil pizza yang dipegang Ratna.
"Tadi bunda mau keluar sama Neta, katamu gak usah, sekarang bunda bayarin pizza aja gak bilang makasih"
"Makasih Bundanya Abang yang cantikkkkk banget" Agha mencium pipi Ratna. Ini adalah cara yang paling ampuh untuk membuat Bundanya diam dan keluar dari kamar.
"Bunda lo kok masih keliatan muda banget ya Gha?" Risa mengeluarkan suara sambil memakan potongan pizza pertamanya.
"Dia sebenernya bukan nyokap kandung gue." Agha menjawab santai tanpa beban. Risa yang daritadi sibuk mengunyah pizzanya diam, menatap Agha lekat.
"Gak usah ngeliatin kaya gitu dong, berasa abis nyopet gue"
"sorry Gha, emang nyokap asli lo kenapa?" Risa buru-buru menelan gigitan pizza yang tadi ia makan dan meletakkan makanan itu kembali.
"Nyokap sama bokap udah lama pisah dari gue kelas 2 SD, ya terus nyokap pindah ke Bandung, bokap nikah lagi sama Bunda, terus Neta lahir. Yaudah gitu aja sih sebenernya gak sedih-sedih banget kok. Jadi gak usah segitunya juga ngeliatin pacarnya" Agha menutup mata Risa dengan telapak tangannya yang menatapnya kasihan.
"Iya ngerti." Risa mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti, lalu Agha melepaskan telapak tangannya yang menutup kedua matanya.
"Terus lo sama nyokap asli lo itu masih berhubungan kan?"
"Udah jangan nanya terus mending makan pizza nya lagi nih," Agha menyodorkan potongan pizza yang tadi diletakkan Risa.
Agha kembali mengunyah pizza nya lagi, pertanyaan Risa yang terakhir membuat hatinya pilu. Membuatnya terbangun dari kenyataan selama ini, ia rindu ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...