20 - Berbesar Hati

5.1K 415 23
                                    

Setelah kejadian di rumah Risa, Naira tidak terlihat batang hidungnya selama dua hari. Karena selama itu pula Naira memilih untuk mengurung diri di kamar, ia memantapkan hatinya untuk melupakan segala sesuatu yang telah ia lakukan bersama Agha.

Oliv yang tahu seluruh kejadiannya memilih bungkam saat Risa maupun Agha secara bergantian menanyakan keberadaan Naira. Karena Oliv mengerti, Naira butuh waktu sebelum merelakan apa yang hampir menjadi miliknya.

Oliv yang awalanya sangat memaksa Naira untuk melupakan Agha kini merasa bersalah, kini ia mengerti sudah seberapa dalam perasaan Naira untuk Agha. Dan seberapa dekat hubungan mereka.

Sementara Agha sangat merindukan sosok Naira yang telah mengisi kekosongannya selama ini. Namun akhir-akhir ini Risa menunjukkan sikap yang lebih bersahabat dengannya dan itu membuat hatinya seperti diberikan secercah harapan baru.

Setelah mengurung diri selama dua hari, akhirnya Naira memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya. Ia telah menyiapkan hatinya untuk hasil terburuk. Kemunculan Naira hari ini tidak terprediksi oleh kedua sahabatnya terutama Oliv. Karena awalnya Oliv mengira Naira akan muncul setelah satu minggu.

"Unpredictable," ujar Oliv saat melihat Naira masuk ke kelas. Naira hanya menjawab dengan senyum tipis. Sudah cukup Naira menghabiskan dua harinya dengan menangis.

Sesaat setelah Naira duduk di bangkunya tiba-tiba sosok yang selama dua hari ini ia tangisi telah berada di ambang pintu. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kelas, kemudian pandangannya terhenti saat menangkap mata Naira yang ternyata sudah memandangnya terlebih dahulu.

Agha tersenyum lebar, ia seperti telah melepas beban berat yang selama ini ia pikul sendirian. Agha kemudian berjalan menuju tempat duduk Naira tanpa melepaskan tatapan intens mereka.

Degup jantung Naira memulai ritme yang tidak teratur. Bukan ini yang Naira inginkan di hari pertama ia mengukuhkan hati untuk mengikhlaskan segalanya.

"Ra, ke kantin yuk? Temenin beli sarapan," seperti mengerti posisi Naira, Oliv langsung menarik lengan sahabatnya itu dan berjalan melewati Agha yang tepat lima langkah lagi sampai di tempat duduk mereka.

Tak tinggal diam, Agha juga berbalik arah menyusul Naira dan Oliv yang berjalan bak ombak, cepat dan tak teraih.

Istirahat pertama kita harus ngobrol. Jangan ngehindar dari gue Nai.

Agha merasa bahwa Naira sedang menghindarinya. Ia jadi penasaran kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai akhirnya sikap Naira berubah 180 derajat.

Naira tersenyum pahit melihat pesan teks yang tertera di layar ponselnya.

***

"Gak usah temuin dia dulu, Ra," larangan Oliv telah terucap berulang kali. Tetapi Naira tetap teguh pendirian. Menghindari masalah bukanlah jati diri Naira, ia meneguhkan hati untuk menghadapi semuanya.

"Gue harus temuin dia, Liv, gue gak kenapa-kenapa kok. Biar clear semua," ujar Naira dengan senyum tenang.

Naira melangkakan kakinya ke kantin dengan degup jantung yang ia berusaha atur agar tetap pada ketukannya. Namun itu semua sia-sia saat kakinya sampai di depan kantin, matanya langsung menemukan sosok yang ia hindari beberapa hari ini.

Kini Agha dan Naira telah duduk berhadapan dengan segelas teh manis yang mereka pesan. Naira seperti mati kutu karena Agha tidak mengalihkan pandangannya bahkan barang sedetik pun.

Far AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang