Chapter 27 – Goodbye are bittersweet 2/2
Tiba-tiba suara bel rumahnya berbunyi. Naira langsung berlari menuju pintu rumah, ia sangat berharap yang datang adalah Agha. Tapi nyantanya, tamunya kali ini lebih mengagetkan dari pada kedatangan Agha.
Oliv.
Dan Risa.
"Hai!" sapa Oliv untuk menghilangkan ketegangan. Risa yang selama ini memberikannya tatapan benci terlihat lebih bersahabat dan memberikan senyuman untuk Naira.
"Hai," Naira membalas sapaan Oliv dengan canggung.
Naira tidak tahu harus berbuat apa, jadi dia hanya membuka pintu rumah dan membiarkan Risa dan Oliv masuk dan mereka bertiga langsung berjalan menaiki tangga menuju kamar Naira. Seperti yang biasa mereka lakukan.
Risa dan Oliv langsung duduk di sofa kamar, membiarkan Naira duduk di kasur. Tidak ada yang mengeluarkan suara. Hanya saling memandang dengan perasaan dan pertanyaan yang memenuhi otak.
"Jadi," Oliv berdiri dan membuka pembicaraannya.
"Risa mau ngomong sesuatu," lanjut Oliv. Dan Risa memandang Oliv tidak setuju. Tapi Oliv malah menarik Risa agar berdiri.
"Oke, oke," Risa mulai bicara. Jantung Naira memulai ritmenya yang cepat.
"Fuck everything.First of all, gue kangen banget sama lo," Risa meneteskan air matanya. Naira masih berdiam. Mencerna kata-kata Risa yang asing di telinganya.
"Gue bener-bener udah gak peduli lo sama Agha gimana, lo sama Agha ngapain, gue gak peduli. Cukup buat gue kehilangan cowok, gue gak mau cuma gara-gara cowok, gue kehilangan lo Ra. Sahabat rasa kakak, sahabat yang..." ucapan Risa terputus menyisakan isakan-isakan kecil.
Naira pun berdiri dan memeluk sahabatnya itu.
"Gue minta maaf ya, Ris," ujar Naira di telinga Risa.
"Gue yang minta maaf sama lo," jawab Risa dengan masih sesenggukan. Mereka berduapun berpelukan sambil menangis. Tidak ada kata-kata, hanya air mata yang berbicara. Mungkin hanya lewat air mata mereka dapat saling mengerti dan melepas kata-kata yang tidak dapat terucap.
Oliv pun tak kuat menahan tangisnya, ia pun ikut memeluk kedua sahabatnya. Setelah beberapa saat, mereka bertiga pun melepas pelukan masing-masing. Entah mengapa sekarang ada sesuatu yang membuat hati Naira lebih ringan. Tidak ada lagi sesak ataupun belati yang menusuk diam-diam.
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Mereka bertiga pun langsung berhenti menangis. Takut-takut bahwa mamahnya Naira terganggu oleh suara tangis mereka.
"Naira! Mandi dulu," mereka bertiga pun langsung tertawa mendengar perintah Sarah, mamahnya Naira.
"Gue mandi dulu ya," Naira pun mengambil handuk dan pakaiannya, lalu keluar dari kamar.
Setelah Naira keluar, Sarah pun masuk ke kamar membawa gelas-gelas minuman dan beberapa cemilan.
"Hai, Tante," sapa Risa dan Oliv bersamaan.
"Ini kenapa mukanya pada sembab-sembab gitu?" tanya Sarah.
Risa dan Oliv hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala mereka.
"Oh, Tante ngerti nih."
"Kalian nginep aja malem ini, terus besok kita bareng-bareng anterin Naira, deh."
Risa dan Oliv saling memandang. Tidak mengerti maksud pembicaraan Sarah.
"Kalian tenang aja, Naira pindah ke Austria sama Tante sama Om, gak lama kok, sampe Naira lulus kuliah dan bisnis Om sama Tante udah stabil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...