Chapter 19.
Naira melangkahkan kakinya dengan gontai menuju perpustakaan. Setelah mendengarkan perkataan Oliv tadi pagi, Naira tidak henti-hentinya melamun, memikirkan semua kebenaran yang telah Oliv ungkapkan tanpa ada sirat kebohongan. Tetapi ketika jaraknya dengan spot favoritnya tersebut hanya tinggal lima langkah lagi ia memutuskan berhenti dan mematung.
Dilihatnya Agha sudah berada di tempat itu dengan pandangan yang terpaku ke arah lapangan. Dengan lambat tapi pasti, kaki Naira melangkah menghampiri Agha, namun dilihatnya Agha tidak menyadari keberadaannya. Agha tetap fokus menatap ke bawah meniupkan semilir rasa kecewa yang bisa Naira hirup.
Penasaran dengan apa yang terjadi, Naira pun ikut melemparkan pandangannya ke arah bawah. Ditangkapnya dua sosok figur yang sudah ikut andil dalam masalah kehidupannya terutama percintaannya. Igo dan Risa. Mereka berdua terlihat hangat bersama dengan senyuman-senyuman yang sesekali Risa tebarkan saat berbicara dengan Igo.
Naira menatap Agha lekat. Merasa diperhatikan, Agha pun menolehkan kepalanya ke arah Naira dan melemparkan senyuk khasnnya. Agha memberikan isyarat dengan matanya yang menyuruh Naira untuk duduk di sampingnya. Naira pun mengikutinya.
"Mereka balikan?" tanya Agha pelan dan dalam. Terlihat jelas sorot matanya yang memancarkan rasa kecewa. Sorot mata laki-laki itu ditangkap oleh Naira, dan membuatnya menjadi semakinm erasa tidak berdaya.
Naira hanya menjawab dengan mengangkat bahunya. Ia tahu Agha merasa kecewa melihat Igo dan Risa sedang bercengkrama dengan asiknya, yang tidak ia tahu adalah bagaimana caranya bersikap agar tidak mencerminkan rasa kecewanya yang lebih dalam.
Niat awalnya untuk menenangkan pikirannya harus dibatalkan. Bukannya menjadi lebih tenang, Naira malah lebih kacau daripada sebelumnya.
***
Pulangnya, Risa mengajak kedua sahabatnya untuk berkumpul di rumahnya karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan. Baik Naira ataupun Oliv tidak ada yang tahu apa yang akan dibicarakan oleh Risa.
"Ada apaan sih? Tumben banget sampe harus ke rumah lo segala," Oliv yang daritadi sangat penasaran tentang sesuatu yang akan dibicarakan Risa langsung bertanya sesaat mereka sampai di depan rumah.
"Ke kamar dulu aja deh, nanti di atas gue bilang," jawab Risa lalu menghilang di balik pintu.
Kedua sahabatnya itu langsung menaiki tangga menuju kamar Risa, sedangkan empunya sibuk menyiapkan sesajen untuk tamu-tamunya tersebut.
"Gue mau balikan deh kayaknya," ujar Risa ketika dia sudah berada di dalam kamar. Baik Naira ataupun Risa tidak terlalu kaget dengan ucapan Risa barusan. Karena keduanya sama-sama tahu bahwa Risa sebenarnya masih teramat menyukai Igo.
Naira memilih untuk meminum minuman yang telah di sediakan daripada menanggapi omongan Risa yang hanya akan berputar.
"Sama Igo?" akhirnya Oliv memilih untuk menanggapi Risa.
"Kok Igo sih? Agha Liv, Agha."
Mendengar nama yang daritadi mengisi pikiranya, Naira langsung terdiam tidak menelan minumannya. Karena jika ia melakukannya, dapat dipastikan Naira akan tersedak.
Mata Naira langsung menatap lurus ke depan, semakin tidak ingin menanggapai pembicaraan ini. Ia meletakkan gelasnya dengan perlahan agar tidak terlihat ganjil di mata Risa. Sedangkan Oliv sudah mengerti gerak-gerik Naira yang terlihat sangat jelas di matanya.
"Gue kira lo tadi balikan sama Igo waktu di lapangan," Naira bersuara dengan nada yang dibuat senormal mungkin. Perasaan Naira semakin bercampur aduk ketika mendengar pernyataan Risa. Ia semakin tidak tahu apa yang akan ia lakukan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Far Away
Teen FictionMencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seperti ini. Keadaan, mencintai dalam diam. Tidak seorang pun tau tentang perasaan ini. Siapa yang menyan...