Hal konyol kemarin malam sangat membekas dipikiranku pagi ini, ditemani mba Dina, mas Juna, Adrian dan Ayah aku menyantap sarapanku di rumah baru, lumayan cukup besar untuk seukuran keluarga kecil kami. Ibu sudah meninggal sekitar sepuluh tahun yang lalu karena penyakit jantungnya, aku sangat sedih karena selang waktu dua hari saja aku juga harus mendengar kabar yang buat hatiku semakin terpuruk.
Pacarku, Dennis yang ku pacari lima tahun itu harus meninggalkanku karena kecelakaan motor saat akan menuju rumahku. Rasanya hari itu Tuhan benar - benar menjungkir balikkan duniaku, hampir putus asa karena tidak ada lagi orang - orang yang mengerti aku selain mereka tapi, untungnya aku punya Karis dan Karin sahabat kembar terbaikku, they are always be there when i need them. Thanks guys!
Aku mengendarai mobilku yang kubeli sendiri dari hasil jeripayahku selama ini, di umurku yang ke-32 tahun ini aku sudah bisa menduduki jabatan sebagai direktur di sebuah perusahaan ternama yang ada di Jakarta. Ga sia - sia aku pergi merantau meraih gelar masterku di Stanford.
"pagi, Bu" sapa karyawan - karyawanku di kantor.
"potong rambut, Bu?" tanya Edi, si office boy berambut klimis.
"lagi" jawabku singkat sambil meneguk teh buatannya.
"new hair, new bonus, dong Ta?" tanya Karin, oya sekarang Karin menjadi sekretarisku, satu ruangan denganku. Kalau Karis dia sekarang tinggal di Thailand ikut dengan suaminya yang punya restoran disana. Diantara kami bertiga memang hanya Karislah yang memutuskan untuk menikah muda, dia menikah dengan Thorn, seorang pengusaha sekaligus chef dari Thailand yang tidak sengaja di temuinya.
[Flashback On]
Juni, 2000"Ris, liat deh kembaran kamu ke Thailand aja sampe bawa 2 koper gitu" ujarku melirik Karin yang sedang mengemasi barang - barangnya.
"harus dong, wajib malah, ini kan trip pertama kita"
"yayaya, tapi jangan nyuruh kita ya kalo kamu pegel gerek tuh koper"
"santai kan ada Karis, ga mungkin tega dia liat aku pegel hehe"
"endas mu!" kata Karis sambil melempar underwearnya ke Karin.
Hari ini aku senang sekali bisa liburan bareng sama sahabatku, Karis dan Karin ke Thailand. Ini liburan pertama kita keluar negeri, alasan kita memilih Thailand karena itu permintaan Karis yang kekeuh pengen kesana. Dan karena dua hari lagi dia ulang tahun jadi kita kabulkan permintaannya untuk pergi ke negeri gajah putih itu.
Sesampainnya di Thailand kami langsung check in hotel kami, aku dan Karin langsung tertidur lelap di atas ranjang yang sangat luas sementara Karis.. sepertinya dia keluar mencari sesuatu untuk dipotret, itu salah satu hobinya.
Karis's POV
Akhirnya aku bisa menapakkan kakiku ke negara yang aku adore ini, yeay!Aku menyusuri tiap sudut kota Phuket, aku jatuh cinta sama kota ini lalu ku potret beberapa view yang menurutku bagus untuk di simpan di memori kameraku tapi, kok perutku keroncongan ya? hm makan dulu deh.
"sawaddi kha" sapaku pada seorang kakek tua yang sedang menusuk - nusukkan sate sosis di perempatan jalan depan terminal. Semuanya serba ditusuk. Mulai dari sosis, shrimp, baso, tofu, cumi, pork, beef, dan chicken. Sate tersebut digoreng, dan dimakan dengan saus khas Thailand dan potongan timun segar. Cukup mengganjal perut ku sampai nanti.
"sawaddi kab" sapanya lagi.
"rap a-rai kab?" tanyanya. (mau pesan apa?)
Lalu aku dipersilahkan masuk kerumahnya yang merupakan tempat jualannya si kakek dan memesan 15 sosis dan 10 beef. Tak lama kemudian si kakek memberiku beberapa sate yang kupesan tadi, karena waktu menjelang senja kuputuskan untuk makan di hotel kasian juga Karin dan Alista belum makan.
"nee raka tao-rai kha?" (berapa harganya?)
"32 baht"
Aku mencari dompetku yang tinggal di dalam ranselku, astagaaa hanya ada 13 baht atau lima ribu saja di dalam dompetku, bagaimana ini?
"kothot kha.." kataku meminta maaf karena didompetku hanya ada lima ribu. Kakek itu mengernyitkan dahinya. Kuakui bahasa Thailandku memang pas - passan dan ini beneran nekad banget sih jalan - jalan tanpa ada guidenya.
Aku kebingungan karena tidak tahu harus berkata apa padanya. Kakek itu terus mengernyitkan dahinya.
"enggh, begini saja, duh.. KTP apa ya bahasa thailandnya.."
Kemudian dahi kakek itu tidak mengkerut lagi, dia justru sumringah. Aku membalikkan badanku dan melihat seorang cowok tampan, berbadan tegap dan mempunyai mata yang benar - benar indah! Dia menghampiri kami. Gila kenapa jantungku tiba - tiba berdebar gini?
"sawaddi kab" sapanya memberi senyuman manis yang buat jantungku semakin berdebar.
"sawaddi kha" jawabku sambil mengatupkan kedua tanganku di depannya.
"Thorn, dia orang Indonesia" kata kakek itu, aku kaget.. Jadi kakek ini bisa bahasa Indonesia? kenapa dari tadi ga ngomong.
"kamu juga tinggal di Indonesia?" tanyaku padanya.
"ya, tepatnya di Bandung"
Setelah itu, Thorn mengajakku untuk menjajakan sate sosis yang masih tersisa sebagai pengganti bayaranku yang kurang, dia baik sekali. Lalu kami berbincang di restonya, ternyata dia itu sedang kuliah di Aussie semester 5 dan ke Indonesia sedang magang di sebuah hotel berbintang di Bandung. Ah benar - benar suatu kebetulan yang ga akan pernah aku lupakan seumur hidup karena dari kejadian itu, aku dan Thorn jadi semakin dekat, dekat sampai akhirnya kami menikah.
Aku mencintai pria ini! aku pernah bilang sama dia, aku itu tipe cewek yang sangat praktis ga mau repot jadi kalau dia mau nikahin aku ya, siap - siap makan makanan cepat saji terus, walaupun dia jago masak tapi aku harus sadar tugasku sebagai seorang istri.
Namun, dengan tulusnya dia menjawab "tugasmu hanya mengurus dan merawat anak - anakku, urusan dapur biarlah menjadi urusanku" idaman ga? hehe. Ya Tuhan terima kasih diumurku yang ke 18 aku sudah dipertemukan dengan Thorn, jodohku yang ku pinta dalam setiap doa yang kupanjatkan pada-Mu.
[Flashback Off]
"bonus apa? project kemarin aja lewat deadline ini lagi mau bonus" jawabku ketus sambil menaruh tas tanganku di atas meja dengan kasar.
"haha santai dong mba, lagi bunting ya? dari kemaren sensi mulu"
Eh iya, dua bulan ini aku belum haid. Deggg! masa aku hamil? ga mungkin terakhir aku pacaran aja sama Dennis dan itu berakhir belasan tahun yang lalu. Dan ya memang di umurku yang udah kepala tiga ini aku sama sekali belum pernah melakukan one night stand, sekalipun. Kira - kira Karin udah pernah melakukan itu belum ya?
"heh mba! bengong lo?" tanya Karin menghentikan lamunanku.
"apasih lo, kerja sana!"
"Karin, pending meeting hari ini ya, gue mau pergi sebentar"
"sepenting itu sampe di pending? mau nemuin siapa sih? udah punya calon?"
"ssstt.. bawel deh lo! pokoknya pending agenda gue sampe jam 1 nanti, ini perintah"
"siap bos!"
Setelah ini aku akan pergi kerumah sakit memeriksakan keadaanku, aku telat haid dua bulan lebih, ya ampun kalo beneran hamil gimana? tapi sama siapa duh dong-dong lo, Ta.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Single Lady
Teen FictionSebuah kisah cinta yang tak pernah usai dialami oleh seorang wanita karir yang sibuk bekerja dan menyesampingkan urusan cintanya. Namun, ketika teman - temannya sudah menikah Alista mulai kewalahan mencari cinta sejatinya. Dia terjebak dalam perang...