"Alista!" teriak Riza dari kejauhan, dia mengenakan kemeja putih dengan lengan yang digulung sampai siku, kok dia tambah ganteng ya?
"hey!" jawabku.
"berapa jam nunggu?" tanyanya menggodaku.
"hahaha"
"ih aku nanya serius tau. Maaf ya telat"
"gpp, aku pengen ngerasain jadi Riza 17 tahun yang lalu"
"kok?"
"iya, Riza yang selalu dateng pagi - pagi nunggu dibawah tiang listrik anter aku sekolah"
"hahaha. Masih ingat aja"
"ingetla, tu memorable persahabatan kita tau"
"jadi, gimana masih ada hairdryernya apa udah jadi bangkai?"
"masih kupakai sampai sekarang"
"bagus deh, pasti Nico seneng disana"
"Nico?"
"hmmpph.. Ta. I want to be honest with you."
"tunggu.. tunggu ini maksudnya apa ya? aku, kamu, Nico itu apa hubungannya?"
"sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu.. selama belasan tahun ini aku nutupin semuanya. Sebenernya hairdryer itu adalah pemberian dari Nico"
"hah?!"
"dia dulu suka kamu, Ta. Jauh sebelum Dennis atau Baron suka sama kamu"
"barang, kaset, mawar dan surat yang pernah aku kasih ke kamu itu, dari Nico, Ta. Bukan dari aku, aku bingung, Ta. Sumpah aku bingung, Nico ga mau kamu tau kalo semua itu dari dia. Makanya dia ngasih semua itu lewat aku" lanjutnya.
Kata - kata Riza berhasil buat kaki jenjangku lemas tak bisa bergerak, lalu aku menangis di bahunya. Dia mengelus lenganku lalu mendekapku. Rasanya hangat sekali, aku benci keadaan seperti ini, seharusnya aku benci dengan Riza.
"Daddy!" teriak seorang anak kecil dibelakangku, aku menoleh. Siapa yang disebut "Daddy" olehnya?
"Kenzo" Kemudian Riza melepas dekapannya, dia berlari menghampiri anak kecil itu. Ga mungkin.. GAKK!!
"siapa yang beliin kamu es krim?" tanya Riza pada anak kecil yang sekilas mirip dengan Riza itu.
"Mommy... tuh!" katanya sambil menunjuk ke seorang wanita hamil yang sedang berjalan menghampiri kami. Kakiku bertambah lemas, ketika tau wanita hamil itu adalah.. Arum. Wanita yang dipacari Riza waktu SMU.
"Alista? Kamu, Alista kan?" tanyanya sumringah. Brengsek! tapi aku tetap menahan air mata yang sudah ingin keluar ini. Dia menghampiriku lalu memelukku dengan eratnya, seperti kala itu aku bertemu dengan Riza.
"ini Kenzo, Ta. Anakku dan ini.. teman SMU kita sekaligus my true love" katanya memperkenalkan mereka semua. His true love? Brengsek! Aku ga bisa menahan air mataku lagi.
"Daddy, kok aunty nangis?" tanya anak kecil itu.
"aunty kelilipan, sayang"
Halah, aku ini ngomong apasih..
Kenapa kata - kata itu keluar dari mulutku?!!Aku menjawab karena melihat Arum dan Riza yang nampak kebingungan menjawab pertanyaan anaknya. Mungkin itu jawaban terklasik yang sering didengar dalam sinetron - sinetron jaman sekarang, aku juga bingung harus jawab apa. Aku menatap mereka, rasanya sesak sekali melihat mereka bahagia punya buah hati yang sangat perhatian. Aku menyeka air mataku dengan cepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Single Lady
Fiksi RemajaSebuah kisah cinta yang tak pernah usai dialami oleh seorang wanita karir yang sibuk bekerja dan menyesampingkan urusan cintanya. Namun, ketika teman - temannya sudah menikah Alista mulai kewalahan mencari cinta sejatinya. Dia terjebak dalam perang...