Bab 26. Delayed

3.2K 192 1
                                    

Baron's POV
"bro, kok lo belom ngepack? besok kita pulang"
tanya Ben, teman seperjuanganku dari jaman kuliah. Dia pengganti adikku selama Ania melanjutkan studinya di Aussie, semua wanita yang pernah mendekatiku atau aku dekati dia tahu semua tak terkecuali Alista.

"gue udah cinta Paris" jawabku masih berkutat pada layar monitorku.

"jadi, udah ga cinta Alista lagi nih?"

"gue udah tutup buku masalah cewek"

"patah hati ya patah hati tapi jangan sampe salah jalur dong, horror bro kalo lo suka sama gue"

Aku hanya menggeleng saja, dia mulai ngawur mencerna ucapanku aku tahu Ben hanya bercanda cuma saat ini aku tak ingin orang lain lebih tahu perasaanku daripada diriku sendiri.

"lo sama Paris cuma cinta sesaat, lo sama Alista baru cinta selamanya"

"gue ga mau ngerusak kebahagiaannya lagi, dia udah bahagia sama Dennis"

"Baron Alatas, seorang pria yang memperjuangkan Alista Emery dari SMA bahkan dari SD angkat tangan cuma karena satu pria yang belum tentu jadi jodohnya, pengecut lo bro, kebanyakan nulis puisi lo, ga pernah bertindak, maunya diumpanin terus"

Kami terdiam beberapa saat. "lo tau banci cibubur? nah satu species tuh lo sama mereka" katanya lagi.

Tanpa pikir panjang aku lalu menelepon Alista dan memencet tombol loudspeaker agar Ben yang didepanku sekarang percaya kalau aku benar menelponnya, jujur aku berharap dia tak menjawab panggilanku.

Tuttt..

Tuttt..

"see? ga diangkat" kataku pasrah lalu mematikan sambungannya dan melempar ponselku disembarang tempat.

"yauda, kalo lo masih mau stay disini, tapi besok gue pulang, take care bro"

"ga usah sweet gitu, mau lo gue gebet?"

"aahh, mau dong mas Baron" katanya memperagakan dirinya seperti banci. Lihatkan siapa yang banci disini.

"geli bajingan!"

"tiket lo gue taro sini ya, barangkali besok lo berubah pikiran" katanya lagi menaruh tiket pesawatku diatas meja kerjaku dan pergi meninggalkan kamar apartmentku.

Ga tahu mengapa malam itu aku ga bisa tidur, mataku ingin selalu melihat ponselku berharap Alista memanggil atau mengirimiku pesan. Paris sedang mengalami salju, dingin sekali malam ini padahal AC di kamarku sudah kumatikan dari tadi. Kemudian aku menyeduh kopi sambil memanaskan diriku pada tungku dekat ruang tamu, aku masih mengecek ponselku.

Sampai tegukkan terakhir dari kopi yang ku buat Alista sama sekali belum menghubungiku kembali, mungkin mereka sedang bersama. Ku putuskan untuk tidur walau tak bisa sama sekali.

**

Pagi tiba, udara semakin dingin aku melapisi tubuhku dengan 3 lapis pakaian untuk menghangatkanku. Aku mengecek ponselku, jantungku berdebar ketika nama Alista terpampang jelas di layar ponselku. Dia mengirimiku pesan. Ada dua pesan darinya.

Aku sejahat itu, ya Ron? Maaf, aku ga bisa jadi pacar yang baik, yang mengerti dan paham kamu tentang hidup. Aku hanya bisa mengeluh, mengkhianti dan mencaci kamu dengan semua masa lalu dibelakangmu.

Baron kamu harus tahu satu hal, kamu adalah laki - laki yang tak pantang menyerah, kamu ada disaat aku butuh, kamu selalu ada disana tanpa pernah berkata tidak bisa. Maafkan aku sudah membuatmu menjadi orang pertama yang tahu aku sedih sekaligus orang terakhir yang tahu aku bahagia.

Single LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang