Bab 23. Nasihat Ayah

3.1K 207 5
                                    

Malam ini aku makan malam bersama Dennis,  setelah pulang dari rumah sakit dia menjemputku di rumah. Kok makin lama dia ini semakin tampan saja sih? dia mengenakan kemeja putih menyisingkan lengannya di kedua sikutnya. Aku tersenyum. Beruntung sekali aku  pernah menjadi wanita di hatinya.

"you look beautiful.. princess" katanya memujiku dari kejauhan, aku mengenakan mini lacey dress lalu aku berjalan mendekatinya.

"princess apa? ada princess yang umurnya 30 tahun keatas?"

"hahaha"

"but anyway, thank you for calling me princess, you look good malam ini" pujiku dan menggapai jemarinya, dia  merangkul pinggangku menuju mobilnya. Sepertinya bukan aku yang seperti princess tapi he treat me like a princess, aku cekikikan yang sudah salah mengartikan pujiannya itu.

Setelah sampai kita dipandu pelayan untuk menuju meja yang sudah ia pesan. Dia memberiku bangku untuk kududuki, lalu  makan dengan tenang di depanku. Kemudian dia mengajakku berdansa dengan iringan biola yang mengayun lembut. Aku bahagia bukan kepayang. Dennis romantis sekali aku takut jatuh cinta lagi dengannya.

Setelah makan malam dan berdansa kami pergi ke stadion GBK, sebenarnya dia siapa sih? saudaranya menpora? saudaranya presiden? kok kami main masuk saja ke stadion ini tanpa di langgar oleh petugas?

Aku ga tau mengapa Dennis membawaku kemari yang jelas ini mengingatkanku pada kenangan kami saat dia berhasil mencuri ciuman pertamaku di stadion Mandala Krida. Saat itu usia kami genap 20 tahun dan masih merasakan getaran aneh di hati masing - masing. Kami duduk di bangku vip menikmati malam bersama, malam yang cukup indah untuk kami mengukir sejarah.

"Ayah masih ingin kamu segera menikah?"  tanyanya, aku kecewa sama Dennis seharusnya bukan pertanyaan seperti itu yang aku inginkan, aku kecewa pokoknya.

"enggak, Ayah udah nyerahin semua ke aku,  mungkin dia udah pasrah" jawabku diselingi tawa yang garing. Dia memegang tanganku lalu menatapku dalam, ada apa sih?

"Ta.. maaf"

"karena?"

"maaf karena aku belum bisa berkomitmen sama kamu, tapi aku cinta kamu"

"Dennis aku ga minta kamu nikahin aku sekarang, kamu ada di samping aku, aku udah seneng, kamu hadir dihidupku lagi juga aku udah seneng" Dia tersenyum lalu mencium tanganku.

"kamu percaya takdir?" tanyanya. "kata Nico, kalau kita dipisahkan oleh waktu dan tempat maka kita akan dipertemukan oleh takdir, aku percaya ini takdir kita, Ta"

"Dennis, kamu tau apa yang aku rasakan malam ini?" tanyaku buatnya menggeleng.

"aku merasakan sisi feminim ku lagi, aku merasakan semuanya lagi, semuanya.. Perasaan itu seakan hidup kembali dan cuma kamu yang bisa menghidupkannya. Untuk kedua kalinya aku harus bilang ini ke kamu, aku.. cinta kamu dan bintang - bintang merestuinya"

Tanpa berkata apapun Dennis mencium bibirku lagi, tapi ini lebih lama, aku merasakan lidahnya membasahi kulit bibirku. Lalu kami pergi dari tempat itu melaju ke rumah Dennis. Entah, setan apa yang merasuki tubuhnya dalam perjalanan tak hentinya Dennis meremas payudaraku, aku mulai terangsang apa yang dia lakukan terhadapku.

Ketika sampai, Dennis mulai agak tenang dia memelukku dari belakang dan perlahan membuka retsleting dress ku dibelakang, aku merasakan hembusan nafasnya yang memburu disekitar pundak juga punggungku aku benar - benar terangsang, ku balikkan tubuhku dan menciumnya dengan penuh nafsu aku membuka kancing kemejanya satu persatu, mencium tiap lekuk tubuhnya yang atletis itu. Tuhan, hukum aku jika aku berhak mendapatkannya tapi jangan salahkan aku jika aku tidak bisa menahan semuanya. Aku cinta pria ini.

Single LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang