Bab 29. Pernikahan Karin

5.3K 177 0
                                    

"Baron.." kataku bergetar. "aku.."

Kini, aku menatapnya lebih dalam memastikan dia benar - benar jodohku dari Tuhan yang selalu ku tunggu. "aku mau.." kataku mantap mengatakannya. Kemudian dia memasangakan cincin di lingkar jari manisku lalu mencium bibirku lembut.

Keluargaku serta para sahabatku keluar dari mobil mereka masing - masing menggunakan payung yang disediakan, aku terharu karena kata mereka Baron sudah merancang ini semua dari bulan lalu. Baron terima kasih.

"kesampean ya, Ta? kapal lo berlabuh juga di Baron.." bisik Karis padaku. Aku tersenyum sambil terus dirangkul Baron.

[Flashback On]
Kedua kalinya Baron ke Indo tanpa sepengetahuan Alista.

"kamu benar ingin serius dengan Ita?" tanya Ayah menatapnya tajam.

"iya, Yah, seperti yang Ayah tau, saya dengan Alista tidak main - main, saya sangat mencintainya" jawabnya penuh keyakinan. Ya, sebelum Ayah masuk ke rumah sakit disaat bersamaan pula Baron datang kerumah ingin maksud meminta izin untuk melamar Alista.

"baiklah, saya hanya berdoa yang terbaik buat kalian"

"terima kasih, Yah!" ucapnya sambil memeluk Ayah erat.

Sepulang dari rumah Alista, Baron langsung mengontak Karis dan Karin untuk mau membantunya merancang segala kebutuhan yang akan dibutuhkan nanti saat Baron melamarnya. Tadinya dia ingin melamarnya di bandara tapi itu tidak memungkinkan karena Alista tidak suka dengan keramaian.

Setelah diputuskan Baron akan melamarnya di tempat kenangan mereka berdua, ketika Baron memberi Alista jas hujan saat rintik hujan turun menurutnya itu adalah kenangan yang paling manis, untuk pertama kalinya Alista mau menerima pemberian darinya, dan semoga saat lamaran nanti hujan turun membawa suasana kenangan manis itu kembali.

[Flashback Off]

Minggu lalu aku dan teman - teman kumpul mengadakan bridal shower untuk Karin dan siang ini aku disibukkan menjadi bridesmaid untuk pernikahannya. Aku benar - benar ga nyangka dia akan menikah dengan Alex aku tahu betul perjalanan kisah asmaranya yang tidak pernah terembus oleh aku dan Karis sedikitpun.

"Rin, lo cantik banget!" pujiku melihat Karin yang sudah selesai di dandani. Ia mengenakan backless dress dan veil yang cantik. Dia hanya tersenyum menanggapi pujianku.

Upacara pernikahannya diadakan di dalam hutan pinus tepatnya di Bandung. Keduanya sepakat mengadakan pemberkatan pada sore hari dan dilanjutkan dengan resepsi. Semua nampak cantik dengan dekorasi yang amat mengagumkan, lampu - lampu sejajar yang dipasang di tiap pohon juga beberapa pot bunga lily kesukaan Karin.

Pukul sudah empat sore, satu jam lagi Karin dan Alex sah menjadi seorang suami dan istri. Karin tampak tegang, jari-jarinya yang di cat merah itu diketukkan keatas meja di depannya, aku dan Karis mencoba menenangkannya.

Inilah waktunya, Karin berjalan menuju altar ditemani kakak Ayahnya, karena Ayahnya sendiri sudah meninggal saat dirinya masih kecil. Aku dan Karis tak henti - hentinya menangis mendengar janji suci yang keduanya ucapkan.

"saya, Alex Handryan, menerima Karina Aulia untuk menjadi istri yang memiliki dan menerima, mulai hari ini dan seterusnya, dalam suka dan duka, kaya maupun miskin, sakit dan sehat untuk saling menyayangi dan menghargai hingga maut memisahkan"

"saya, Karina Aulia menerima Alex Handryan sebagai suami saya yang setia akan tetap mengasihi dan melayaninya pada waktu suka maupun duka, pada waktu sehat maupun sakit dan akan merawat dia dengan kasih. Saya berjanji akan menuntut hidup suci dengan suami saya sampai maut memisahkan"

Single LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang