Bab 22. Ada Apa Dengan Baron?

3.3K 203 2
                                    

Setelah kejadian di rumahku beberapa waktu lalu, Ayah mantap ingin menikahkanku dengan Dennis dan melupakan Baron yang 2 minggu lagi akan kembali dari Paris. Aku sama sekali belum menentukan pilihanku. Di satu sisi aku mencintai Baron disisi lain aku juga mempunyai cinta yang lain. Untuk memilih salah satunya terasa sulit, memilih keduanya jelas tidak mungkin, memilih tidak keduanya akan ada banyak hati yang tersakiti. Jadi, apa yang harus aku lakukan?

Aku menghadiri acara lamaran Alex dan Karin, aku datang sendiri karena Dennis masih sibuk memeriksa pasiennya sore ini, aku maklumi.

Bulan depan Karin akan dipersunting Alex. Sepertinya memang hanya aku disini yang belum mencicipi segala macam hal - hal pernikahan. Aku turut senang sahabatku akhirnya akan menikah dengan pria pilihannya, aku sempat ga percaya ketika mereka berdua datang dan membawa sebuah undangan pernikahan ke mejaku, dulu aku yakin diantara aku, Karis dan Karin, Karinlah yang akan menjadi single lady atau akan menikah kalau usianya sudah kepala 4 tapi justru keyakinanku menjilat ludahku sendiri. Justru aku yang jadi single lady sekarang. Tuhan, mengapa nasibku buruk sekali?

"eh, Rin, kalau masalah catering biar gue aja yang urus, harga bisa nego kok" kata Delina mempromosikan usaha cateringnya. Aku duduk di ujung meja, mungkin sejak tadi Karis memperhatikanku yang murung sepanjang acara.

"gapapa" kataku ketika Karis menanyakan keadaanku. Setelah pulang dari acara itu, aku langsung dihadang Karis ia memaksaku untuk tinggal di apartemennya malam ini, sebenarnya aku tidak ingin Karis mencampuri urusanku namun aku juga ga bisa memendam ini sendirian, aku ga sanggup.

"kenapa, Ta?" tanya Karis sekali lagi, dia mengambil beberapa kaleng bir untuk kami.

"gue bingung, Ris, gue ga tau harus pilih siapa"

Karis menghela nafas. "Alista Emery.. hati lo ini ga perlu memilih.." katanya menunjuk dadaku. "karena dia selalu tahu kemana harus berlabuh"

"lo ngomong gitu karena lo udah punya Thorn kan?"

"ya.. iya.. engghh gini deh kata Thorn love is like a ship, ada saatnya untuk berlayar dan ada saatnya untuk berlabuh, kayak cinta lo sekarang, udah saatnya lo berlabuh, Ta. Lo ga perlu berlayar lagi ngerti ga?" aku menggeleng.

"ya pokoknya setelah lo di masa lalu udah berlayar nyari - nyari yang tepat buat lo dan sekarang lo harusnya udah tau dimana kapal lo berlabuh" jelas Karis buatku makin menggeleng. Aku tersenyum dalam hati, sejak kapan Karis sebijak ini?

"lo ngomong kayak gitu bikin gue tambah bingung" kataku sambil mengusap dahiku.

"ya, gue cuma pengen ngebantu lo, sorry kalo ga ngebantu sama sama sekali"

"ngebantu kok, makasih ya" kataku memeluknya.

"gue kira Thorn ngomong gitu ga ada gunanya tapi berguna juga sama lo jadi, kapal lo berlabuh dimana, Ta?"

Lalu, aku membisikkan satu nama di telinganya, satu nama yang aku, Karis dan Tuhan saja yang tahu. Yang lain hanya perlu membaca cerita ini sampai habis jika penasaran.

**

Hari ini kantorku kedatangan Ayah juga Adrian, sementara mba Dina dan mas Juna pergi berbulan madu yang aku kira ini pertama kalinya bagi mereka merasakan hal seperti itu.

Mba Dina sudah membuka dirinya untuk mas Juna, senangnya. Mereka berbulan madu ke Korea, mba Dina sendiri yang memilih tempat alasannya karena dia mau punya anak yang mirip artis korea Song Joong Ki jadinya dia milih negara Korea sebagai tempat bulan madunya, ga nyambung sebenarnya tapi yasudahlah semoga mereka pulang dari Korea dengan keadaan mba Dina yang sudah berbadan dua, agak cepat mungkin tapi yasudahlah di aminkan saja.

Adrian asik bermain dengan beberapa karyawan kantorku, mereka terlihat menyukai Adrian yang mudah bergaul itu. Sedangkan Ayah, ku ajak dia bersantai ria di cafe sambil meneguk kopi yang kami pesan.

"Ayah bangga sekali dengan Ita, dulu Ita kecil sukanya nyanyiii terus, pengennya jadi penyanyi tapi sekarang sudah jadi direktur di perusahaan sebesar ini" katanya membuka obrolan dengan melihat sekeliling cafe yang masih satu unit dengan perusahaanku.

"we never know what the future holds, Yah. Aku juga ga nyangka bakalan jadi direktur kayak sekarang, dulu memang aku pengen jadi penyanyi, itu dulu ya kalo sekarang mungkin orang - orang kabur denger aku nyanyi, termasuk Ayah, toh?"

"hahaha. Kalo Ayah sih bakalan dengerin kamu nyanyi.." katanya kemudian mendekat dan berbisik. "tapi pakai ear muffs" lanjutnya.

"hahaha. Ketebak"

Bahagia sekali aku hari ini, aku bisa berbincang dengan Ayah tanpa rasa tegang atau canggung sekalipun karena akhir - akhir ini kami selalu membicarakan tentang pria pilihanku yang buatku muak karenanya. Beberapa menit kemudian Karin datang dan menyapa kami.

"hai, om Syerif, apa kabar? makin muda aja om" sapa Karin menyalami Ayah.

"haha, saya baik, Karin gimana?"

"seperti yang om lihat, i'm taken and very happy!" katanya seperti menyindirku, sialan kamu Rin mancing Ayah saja.

"haha bagus deh, eh iya Ayah tinggal dulu ya, Ta, Karin, Adrian belum makan siang soalnya" pamit Ayah meninggalkan kami berdua disana.

"Baron masih suka ngirim pesan - pesan gitu sama lo?" tanya Karin mengambil kopi milikku.

"masih, tapi belum gue baca pesan dia tadi pagi"

"ohya? coba gue liat.." katanya menyerobot ponselku dari tanganku. Karin mengernyitkan dahinya. "Baron sebenernya di Paris atau di Jakarta sih, Ta?" tanyanya setelah membaca pesan dari Baron.

"ya di Paris lah, Rin, kenapa sih?"

"engga, Baron nulis pesan ini seolah - olah dia ada di Jakarta bukan di Paris"

"maksud lo?" tanyaku tidak mengerti.

"iya, dia nulis kayak gini 'aku berusaha kuat melihatmu dengannya karena aku tahu kamu bahagia dengannya' nih, kalo ga percaya" kata Karin menunjukkan pesan dari Baron. Aku juga mengernyitkan dahiku sama seperti Karin. Aneh. Mengapa tiba - tiba Baron mengirimiku pesan seperti itu? Tapi, kalau dia benar sudah pulang seharusnya dia mengabariku terlebih dahulu. Apa dia punya mata - mata disini? atau  dia diam - diam pulang lalu melihatku dengan Dennis? enggak, itu jauh lebih ga mungkin, Baron bukan orang yang seperti itu.

***

Single LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang