Aku terbangun dari tidurku, mataku masih agak lemah. Disampingku ada Alex yang sedang melamun memandang jendela apartemenku, dimana Alista?
"udah bangun Rin?" tanyanya di dapur dan berjalan ke arah kami. Alex menolehkan kepalanya kepadaku. Tunggu, ini pasti kerjaan Alista bawa - bawa dia kemari. Ah!
"udaah.." jawabku lirih. Alex memandang Alista, seperti tak betah lama - lama berada didekatku, ya aku tau, kalau Alista ga nelpon Alex pasti dia ga bakal kesini.
"gue udah buat bubur, dimakan ya"
"kamu kenapa, Rin?" tanyanya seakan terpaksa cara bicaranya.
"iya kenapa sih? bikin khawatir aja deh lo"
Aku mau jawab, cuman masa iya aku bilang aku sedang hamil dan Ayahnya itu Alex di depan dia, ga mungkin. Aku tau seperti apa Alista itu kalau aku bilang sekarang pasti Alex sudah di caci maki abis - abissan sama Alista. Aku ga mau ada keributan disini. Aku sudah cukup stres menanggung masalah ini sendirian.
Tiba - tiba Alex mendapat panggilan dari seseorang, aku ingin dia cepat pergi.
"kayaknya gue ga bisa lama - lama, mau lembur juga dikantor" kata Alex.
"revisi yang gue minta belum kelar?"
"belum, Bu"
"yaudah, Ta, gpp, kan ada lo disini" kataku.
"bosnya aja disini, lo stay disinlah!"
"tapi, Bu"
"gua bilang stay paham ga?!" kata Alista meninggikan suaranya. Ya ampun. Alex duduk kembali tepat disampingku selang beberapa menit Alista pamit ada meeting di kantor. Alista.. jangan pergi.. sumpah ini bakalan awkward banget ga ada kamu.
"kamu kenapa, Rin?" katanya mengulang pertanyaannya. Dia memegang poniku dan menaruhnya dibelakang telingaku.
"i'm fine.." jawabku singkat.
"really? kata Alista kamu pingsan di toilet"
"apaan sih lo, jadi sok care gini. Gue gpp Lex" kataku mencoba mencairkan suasana yang super kaku ini. Dia mengangguk. "lo kalo mau pulang, pulang aja, gua mau mandi"
"gue disuruh stay sama bos"
"kok lo jadi ngikutin rule gini sih? gue mau mandi.."
"ya terus? lo telanjang didepan gue juga fine.. fine aja kan?" tanyanya buatku ingin menamparnya. IYA FINE TAPI LO LIAT GA ATAS PERBUATAN GUE YANG SUKA TELANJANG DI DEPAN LO AKHIRNYA APA?!! GUE HAMIL ANAK LO, LO TAU GAK?!
Aku melengos pergi, sialan. Terpaksa aku buka baju di toilet. Kulihat Alex membaringkan tubuhnya di kasurku. Lalu, kutaruh handukku di depan toilet karena kupikir Alex akan terlelap jadi dia ga bakal kesini.
Ketika aku mandi, tiba - tiba pintu terbuka. Alex! dia mau ngapain? astaga. Ternyata dia buang air kecil di closet, jantungku berdebar takut dia menggeser pintu showerku. Memang kejadian seperti ini bukan sekali dua kali tapi mengapa aku baru merasakan hal seperti ini sekarang?
Setelah aku mandi aku mengendap - endap keluar mengambil handukku.
"Rin, TV nya kok ga bisa nyala?" tanyanya agak berteriak menengokkan kepalanya kepadaku, aku meraih handuk didepanku dan melilitkannya di tubuhku dengan cepat, ya ampun. Lagi - lagi jantungku berdebar. Aku tidak menjawab pertanyaannya aku langsung pergi ke lemari pakaian. Setelah selesai aku menghampiri Alex yang sedang menyetel TV ku yang aku sendiri juga ga tau kenapa bisa ga nyala.
"kabelnya putus nih, Rin. pantesan kayak bau kebakar"
"biar gue panggil service aja ya"
"lo kira gue cowok apaan? benerin hal sepele kayak gini ga bisa"
"yaudah coba sana, awas aja kalo ga bisa"
"kalo bisa malam ini gue tidur sini ya?" katanya menggodaku. Sialan.
Hari mulai sore Alex tidur di atas pahaku, rasanya ingin sekali aku mencium bibirnya yang kemerahan itu, namun kuurungkan niatku karena aku yakin dia akan membalas ciumanku nanti, tapi ga tau juga sih, biasanya begitu. Alista datang dan berteriak memanggil namaku. Ssssttt.. kataku menutup mulutku dengan jari telunjukku. Kemudian Alista menaruh buah - buahan di atas meja samping kasurku dia tersenyum melihat kami.
"udah pantes jadi istri lo, Rin" bisiknya lalu pergi keluar. te-ri-ma-ka-sih kataku mengejanya tanpa mengeluarkan suara apapun, aku berterima kasih bukan karena Alista yang memujiku seperti itu melainkan buah - buahan yang dibelinya untukku.
Memandang wajahnya ternyata buatku mengantuk, omong - omong ini udah hampir 5 jam aku memandangnya tanpa bergerak sedikitpun aku takut mengganggu tidurnya. Tunggu, mengapa aku peduli dia terganggu apa enggak? biasanya aku bodoamat. Ya sudahlah anggap saja ini balasan karena dia sudah baik mau menemaniku.
Alex's POV
HOAAAAA...
Ngantuk banget deh, gue liat jam di tangan gue, jam 6 sore gila gua tidur lama banget. Gue liat Karin duduk sambil tidur lucu juga sambil nganga bikin gemes. Cewek cantik kalo tidur gini ya ternyata.Gue membaringkan tubuhnya perlahan, juga melapisinya dengan selimut. Gua musti ke kantor nih, besok udah deadline lagi semoga keburu. Gue ambil kemeja di lemarinya karena memang kadang - kadang gue suka nginep disini jadi cadangan gitu. Enak ya jadi sahabatnya bos ga kerja ga diomelin malah nyuruh karyawan nemenin karyawan. Gue kecup keningnya dan pergi menuju kantor.
Ternyata kantor ga sepi malah rame, ada Alista juga. Si cewek pekerja keras yang sangat ambisius. Dia cantik banget sih kalo lagi mikir. Gue kepergok ngeliatin dia, jarak kami tidak terlalu jauh dari meja kantor yang gue duduk saat ini. Ga sadar dia sudah tepat di samping gue sambil tolak pinggang.
"ngapain lo disini?" tanyanya seram.
"kan saya udah bilang, Bu. Saya belum ngerjain revisi. Besok deadline jadi malam ini saya lembur"
"kan saya bilang kamu stay disana"
"maaf, Bu"
"Karin gimana? udah baikan?" tanyanya menyenderkan badannya ke meja gue.
"udah.."
"inget ya, sampe lo ga mau tanggung jawab lo gue pecat!" bisiknya buat gue heran. Tanggung jawab apa maksudnya? oh, mungkin dia pikir gue yang buat Karin sakit, jadi gue harus tanggung jawab iya kali ya?
[Flashback On]
Alista di Apartemen KarinAku telpon Alex ga ya?
Ketika sudah menelponnya untuk datang kemari, lalu aku pergi buang air kecil karena sudah kebelet dari tadi aku kembali ke toilet dan menemukan sebuah benda yang agak asing di dekat wastafel, aku mengambilnya. Testpack? ada tanda dua garis di dalamnya. Aku bingung ini pertanda apa aku telpon mba Dina untuk menanyakan apa arti tanda ini. Aku polos ya?
"mba, kalo orang positif garisnya ada berapa?"
"positif apa? lo hamil?!" tanya mba Dina panik.
"enggak bukan gue.."
"jangan macem - macem deh Ta" kata mba Dina seakan menghakimiku. Salah orang buat ditanya nih kayaknya aku. Aku memutuskan saluran telponnya. Maaf mba. Aku telpon Karis kali ya? .... Hhhh ga diangkat lagi. Telpon siapa lagi ya? ..... Arum. Karena aku penasaran maka aku menelponnya.
"garis satu tandanya negatif, garis dua tandanya positif" jelasnya buatku terbelalak. Yang benar saja masa Karin hamil. Gila.
"kamu yakin?"
"aku ini udah puluhan kali tes urin dan berpengalaman hampir dua kali jadi ga mungkin salah"
"oh, gitu ya, thanks ya, Rum!"
APA?! JADI KARIN HAMIL?!!!
Seketika aku menangis. Kejadian yang sama saat mba Dina juga hamil diluar nikah terulang kembali kepada Karin, sahabatku. Ya Tuhan mengapa engkau berikan cobaan seperti ini pada Karin? Aku menghampirinya, dia tertidur sambil memegang perutnya seakan melindungi janin yang sedang dikandungnya itu. Aku tak tega melihatnya seperti itu, lantas siapa yang menghamilinya?
Suara bel berbunyi, Alex pun datang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Single Lady
Ficção AdolescenteSebuah kisah cinta yang tak pernah usai dialami oleh seorang wanita karir yang sibuk bekerja dan menyesampingkan urusan cintanya. Namun, ketika teman - temannya sudah menikah Alista mulai kewalahan mencari cinta sejatinya. Dia terjebak dalam perang...